JAKARTA, KOMPAS — Para pemuda dituntut untuk memiliki kompetensi yang andal untuk perbaikan masa depan bangsa. Karakter kepemimpinan yang profesional dan integritas yang tinggi mutlak dibutuhkan.
Sekolah Tinggi Filsafat Islam (STFI) Sadra mengadakan Konferensi Internasional Aqidah dan Filsafat Islam (ICIPh) bertema ”Filosofi dan Kemanusiaan” di Gedung Nusantara DPR, Jakarta, Jumat (18/1/2019). Acara tersebut dihadiri oleh ratusan mahasiswa dan mahasiswi dari beberapa perguruan tinggi.
Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi, yang berhalangan hadir, menyampaikan sambutan tertulisnya yang dibacakan oleh Staf Ahli Menpora Bidang Ekonomi Kreatif, Jonni Mardizal.
Dalam sambutan tersebut, Imam mengatakan kepada para pemuda bahwa sikap kepemimpinan yang ideal harus mereka kuasai untuk menjamin masa depan bangsa. Karakter kepemimpinan tersebut antara lain peduli dan profesional.
Menurut Imam, karakter ini tidak bisa didapatkan melalui ruang belajar, tetapi dari aktivitas keorganisasian, baik di kampus maupun di lingkungan masyarakat. Di lingkup itulah para pemuda ditempa untuk menyelesaikan berbagai konflik dan persoalan.
”Pemuda diasah kemampuan manajerialnya, serta dituntut peduli dan memahami lingkungan serta masyarakatnya,” kata Imam.
Menurut Imam, kemampuan lain yang harus dimiliki oleh para pemuda, antara lain, ialah memiliki kualitas integritas tinggi dan mentalitas antikorupsi. Sebab, korupsi saat ini tengah mengganggu kehidupan barbangsa.
Pemuda dituntut menguasai sikap kepemimpinan yang ideal untuk menjamin masa depan bangsa. Karakter kepemimpinan tersebut antara lain peduli dan profesional.
Oleh karena itu, Imam menilai perlu adanya inisiatif dari pemerintah dan institusi pendidikan untuk membangun mentalitas antikorupsi di kalangan pemuda, pelajar, dan mahasiswa.
Selain itu, pemuda juga diharapkan mampu memiliki kapasitas keahlian dan intelektual yang mumpuni. Oleh sebab itu, para pemuda perlu mendalami studi secara serius agar mampu menjadi spesialis keilmuan tertentu.
”Pemuda perlu memiliki kemampuan tertentu untuk bersaing di dunia kerja,” kata Imam.
Imam mengatakan bahwa para pemuda Indonesia memiliki peran besar untuk menggalang optimisme massal. Pemuda saat ini dituntut untuk tetap kritis dalam mengawal perjalanan bangsa dan optimis terhadap masa depan bangsa.
”Itu yang dimaksud dengan gerakan inklusif dan integral,” kata Imam.
Imam mengatakan, gerakan moral, intelektual, dan membangun optimisme kolektif bangsa perlu disiapkan sejak sekarang. Dengan harapan, saat Indonesia merayakan peringatan satu abadnya pada 2045, hal itu mampu diwujudkan.
Angkat derajat
Wakil Ketua Asosiasi Aqidah dan Filsafat Islam Robby Habiba Abror berharap pemimpin yang akan memimpin Indonesia kelak harus mampu mengangkat derajat bangsa. ”Jangan sampai Indonesia hanya dijadikan data bagi orang lain untuk berbicara ketidakadilan,” ujarnya.
Lebih dari itu, Robby berharap agar Indonesia bisa dijadikan rujukan bangsa lain dalam hal kemanusiaan, pluralisme, dan integrasi. Ke depan, bangsa lain harus belajar dari Indonesia.
”Konferensi internasional ini menjadi salah satu upaya untuk memberi pesan kepada bangsa lain,” ujarnya.
Guru Besar Universitas Al Mustofa Iran Hakim Ilahi mengingatkan manusia cenderung berpikir bahwa kekuasaan bisa memenuhi kebahagiaan mereka. Banyak orang salah kira, setelah mencapai kekuasaan itu, apa yang mereka cari tidak ditemukan.
”Karena semua itu adalah kamuflase. Kebahagiaan akan kembali kepada Tuhan,” katanya. (FAJAR RAMADHAN)