WASHINGTON, KAMIS – Pemerintahan Presiden AS Donald Trump akan mengeluarkan strategi baru sistem pertahanan rudal berbasis antariksa yang lebih agresif untuk melindungi ancaman Korea Utara dan Iran serta untuk menangkis sistem persenjataan mutakhir yang dikembangkan Rusia dan China.
Rincian detail Kajian Pertahanan Rudal itu diperkirakan akan diumumkan dalam kunjungan Trump beserta beberapa pejabat seniornya ke Pentagon, Kamis (17/1/2019) waktu setempat atau Jumat ini (18/1) WIB.
Isi kajian itu, salah satunya, adalah untuk melindungi AS dengan baik, Pentagon harus mengembangkan teknologi pertahanan luar angkasa dan menggunakan sistem itu untuk mendeteksi, melacak, dan dengan lebih cepat menghancurkan rudal musuh yang datang.
Strategi baru tersebut disusun AS dengan tujuan untuk memiliki sistem pertahanan yang lebih baik di hadapan musuh, seperti Rusia dan China yang sedang mengembangkan lebih banyak rudal jarak jauh, yang bisa mengancam AS dan sekutunya.
Tahun lalu, peluncuran strategi baru ini sempat ditunda tanpa alasan yang jelas. Sementara AS terus mengupayakan perdamaian dengan Korea Utara, Pyongyang justru memberikan ancaman serangan rudal nuklir terhadap AS dan sekutunya serta meneruskan pengembangan rudal balistiknya. Sementara Iran juga tetap mengembangkan rudal balistiknya yang lebih canggih.
Kantor berita AFP, merilis, seorang pejabat senior AS yang tidak disebutkan namanya, menyatakan bahwa secara khusus, AS mencoba menempatkan sensor berlapis di luar angkasa agar bisa mendeteksi rudal musuh ketika diluncurkan. AS melihat ruang angkasa sebagai area kritis yang perlu dikuasai dengan teknologi terbaru agar bisa selangkah lebih maju dari ancaman.
Pemerintahan Trump juga berencana melakukan studi untuk melihat peluang menempatkan senjata pencegat di luar angkasa sehingga AS bisa menyerang rudal musuh yang datang pada menit pertama rudal itu diluncurkan.
AS juga menilai ancaman dari musuh tidak terbatas pada persenjataan tradisional dan rudal balistik tapi juga dari senjata hipersonik.
Sebagai contoh, Presiden Rusia Vladimir Putin mengungkapkan strategi baru persenjataan yang diklaim tidak bisa dicegat. Salah satunya adalah angkutan peluncur hipersonik yang bisa terbang 20 kali lebih cepat dari kecepatan suara dan mampu bermanuver tajam untuk menghindar dari sistem pertahanan rudal.
Selain Rusia, China juga sedang mengembangkan hulu ledak rudal balistik yang canggih dengan pesat dan angkutan peluncur hipersonik untuk menandingi sistem pertahanan rudal balistik.
"Pengembangan tenaga penggerak hipersonik akan mengubah perang dengan memberikan kemampuan untuk menyerang target lebih cepat pada jarak yang lebih jauh dan dengan daya tembak yang lebih besar,” kata Direktur Badan Intelijen Pertahanan Letjen Robert Ashley kepada Kongres tahun lalu.
Senjata pertahanan rudal AS yang ada saat ini berada di darat dan kapal. Presiden Trump dan Wapres Mike Pence telah menekankan kemampuan berbasis luar angkasa sebagai tahap selanjutnya pertahanan rudal.
Sebelumnya, pejabat senior AS memberikan sinyalemen bahwa mereka tertarik mengembangkan dan menggunakan cara yang lebih efektif dalam mendeteksi dan melacak dengan satelit di luar angkasa yang bisa, menggunakan sensor termutakhir untuk mengikuti arah rudal musuh sehingga senjata antirudal bisa mencegatnya langsung.
Namun, program perluasan dan penambahan dana untuk pengembangan sistem rudal pertahanan akan bersaing dengan prioritas lain di bidang pertahanan termasuk anggaran miliaran dolar AS untuk pengembangan senjata nuklir generasi baru yang jadi komitmen Pemerintahan Trump.
Perluasan juga akan berdampak penting pada diplomasi Amerika, memengaruhi bahkan membuat hubungan dengan Rusia dan China lebih tegang.
Pemerintah AS menyatakan kemampuan pertahanan AS sepenuhnya bersifat defensif dan AS sudah sangat terbuka soal kekuatan rudal pertahanannya terhadap Rusia dan China.(AP/REUTERS)