JAKARTA, KOMPAS - Kepergian ekonom senior Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, A Tony Prasetiantono, bukan tanpa jejak. Tony telah menjadi inspirator bagi ekonom muda untuk berkarya.
Tony meninggal di Jakarta, Rabu (16/1/2019), malam. Kepergian Tony kembali membangkitkan memori tentang sepak terjangnya yang sudah tidak perlu diragukan lagi di bidang ekonomi.
Ekonom Institute For Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira, Kamis (17/1/2019) di Jakarta, mengatakan, Tony adalah model ekonom yang langka di Indonesia. Tony mampu menguasai teori ekonomi, menulis artikel populer, dan sekaligus menjadi pembicara yang mengagumkan.
Cara berkomunikasi Tony dengan publik pun unik dan menghibur. Padahal, seorang ekonom biasanya identik dengan kesan kaku. “Tanpa inspirasi dan bimbingan Pak Tony, mungkin saya tidak akan memutuskan menjadi seorang ekonom seperti saat ini,” tutur Bhima, mahasiswa Tony ketika berkuliah di UGM.
Bhima melanjutkan, Tony adalah sosok yang adil dalam memberikan masukan atau pun apresiasi terhadap kebijakan pemerintah di bidang ekonomi. Di samping itu, analisisnya dalam berbagai artikel di media massa selalu membawa unsur kebaruan sehingga memunculkan perspektif menarik untuk diskusi.
Menurut Bhima, contoh analisis Tony yang menarik adalah “Ekonomika Jokowi” di Harian Kompas, edisi 30 April 2018. Tulisan tersebut membahas solusi yang mungkin dilakukan ketika perekonomian Indonesia dalam keadaan terjepit.
Dalam tulisan tersebut, timbul pertanyaan apakah pemerintah perlu memangkas proyek infrastruktur, menambah utang, atau memperlebar batas defisit anggaran. Tony menegaskan, negara harus hadir dan terus belanja untuk membangun infrastruktur vital, tentunya dengan penyesuaian yang telah diperhitungkan.
“Pendapat ini sempat menimbulkan diskursus di kalangan ekonom bahwa pelebaran defisit anggaran bisa berdampak belanja pemerintah menjadi sembrono,” kata Bhima. Namun, Tony mampu menguraikan masalah struktural pemerintah yang membuat pendapat infrastruktur harus tetap dibangun tetap diterima.
Secara terpisah, ekonom PT Bank Permata Tbk Josua Pardede menceritakan, Tony merupakan ekonom senior dan sahabat yang mengajarkannya untuk menjadi pengamat ekonomi yang berpikiran tajam dan obyektif.
Josua melanjutkan, Tony mampu menunjukkan bahwa seorang ekonom dapat menjelaskan masalah perekonomian dengan bahasa yang “membumi”. “Dunia perekonomian kini kehilangan salah satu pengamat ekonomi yang terbaik,” ucapnya.