Tampung Pasien DBD, Rumah Sakit di Kediri Tambah Kasur
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
KEDIRI, KOMPAS—Rumah Sakit di Kediri menambah tempat tidur untuk menampung pasien demam berdarah dengue. Tempat tidur yang tersedia sudah tak mencukupi lagi. Dalam dua pekan ini, jumlah pasien demam berdarah melonjak di Kabupaten dan Kota Kediri, Jawa Timur.
Di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pare di Kabupaten Kediri, Kamis (17/1/2019), pasien dengan gejala DBD terus berdatangan. Hingga sore ini jumlah pasien suspect demam berdarah yang dirawat telah mencapai 20 orang. Pasien itu terdiri atas pasien dewasa dan anak-anak. Selama Januari ini, RSUD pare telah memulangkan lebih dari 50 orang penderita DBD.
Di Ruang Anak Nusa Indah RSUD Pare, masih ada tujuh anak suspect demam berdarah. Sebelumnya ada 38 penderita positif demam berdarah. Mereka kini sudah membaik dan pulang ke rumah masing-masing. “Alhamdulillah mereka tertangani semua,” kata Kepala Bagian Humas RSUD Pare dr Budi Sanjaya.
Menurut Budi Sanjaya, ruang Anak Nusa Indah sebenarnya hanya berkapasitas 20 orang pasien. Namun, karena jumlah pasien demam berdarah bertambah, maka ruang tersebut saat ini ditempati oleh 26 pasien. Enam pasien lainnya menggunakan tempat tidur tambahan (ekstra bed). Peningkatan pasien demam berdarah terjadi sejak pertengahan Desember 2018.
“Meski jumlah penderita meningkat, semua pasien masih bisa dirawat di dalam ruang perawatan. Beda dengan tahun 2008 lalu, saat terjadi lonjakan kasus yang sama, saat itu banyak pasien harus dirawat di luar ruang, bahkan di dalam ruang Unit Gawat Darurat juga,” katanya.
Budi menambahkan, sejauh ini tidak ada kekurangan obat-obatan. Pihak rumah sakit sudah memersiapkan diri—menghadapi lonjakan pasien demam berdarah--sejak beberapa bulan lalu. Sehingga tidak sampai ada penolakan terhadap pasien.
Peningkatan pasien demam berdarah juga terjadi di RSUD Gambiran, Kota Kediri. Humas RSUD Gambiran, Nitra Sari, mengatakan RS-nya merawat 57 orang pasien demam berdarah, terdiri atas 41 anak-anak dan 16 orang dewasa. Adapun data total pasien dalam rentang 1-12 Januari mencapai 39 orang. Sebagian besar pasien berasal dari wilayah Kabupaten Kediri. “Sejauh ini mencukupi dengan kapasitas ruang. Meski, terkadang, jika penuh, ada pasien yang kami titipkan di ruang lain,” ucapnya.
Iwan (40), warga Dusun Pogar, Desa Tunglur, Kecamatan Badas, Kabupaten Kediri--salah satu orangtua pasien demam berdarah--mengatakan dirinya baru hari ini membawa anaknya yang berumur 3,5 tahun menjalani perawatan inap di RSUD Pare. Sebelumnya, sang anak telah menjalani pengobatan di Puskesmas Badas.
“Oleh pihak puskesmas anak saya dirujuk ke rumah sakit. Waktu di puskesmas sempat diambil darah untuk tes laboratorium. Anak saya sudah dua hari panas dan mengeluh perutnya sakit. Katanya demam berdarah,” ujarnya. Menurut Iwan ada beberapa anak di desanya yang saat ini juga terkena demam berdarah.
Jumlah penderita demam berdarah di Kabupaten Kediri melonjak pada bulan Januari 2019 ini. Data dari Dinas Kesehatan setempat menyatakan, pada 1-15 Januari terdapat 232 kasus demam berdarah, yang mana 102 di antaranya positif dan sisanya 130 masih suspect. Dalam rentang 1-15 Januari jumlah korban meninggal sebanyak sembilan orang.
Peningkatan kasus juga terjadi di wilayah Kota Kediri namun jumlahnya tidak sebanyak Kabupaten Kediri. Kepala Dinas Kesehatan Kota Kediri Fauzan Adhima, mengatakan, sejak awal Januari sampai saat ini ada sekitar 21 kasus demam berdarah, yang mana 11 di antaranya positif dan 10 orang suspect. “Ada satu korban meninggal dunia di Kelurahan Campurejo, Kecamatan Mojoroto,” ucapnya
Tahun lalu jumlah penderita demam berdarah di Kota Kediri mencapai 30 dan nihil korban meninggal. “Trennya tahun ini ada peningkatan,” ujar Fauzan. Fauzan akan segera mengumpulkan para lurah di Kota Kediri untuk menyosialisasikan pemberantasan sarang nyamuk dan pengasapan.