A Tony Prasetiantono. Nama itu tidak asing di dunia perekonomian Indonesia. Tony adalah pengajar di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta.
Tony pernah menjabat sebagai komisaris di PT Bank Mandiri Tbk pada 2003-2005. Ia pernah berperan sebagai Kepala Ekonom PT Bank Negara Indonesia Tbk. Tidak hanya itu, Tony juga pernah menjabat sebagai komisaris independen di PT Bank Permata Tbk pada 2010-2018 dan PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia.
Terakhir, Tony menjabat sebagai Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik UGM pada 2010-2018. Tony juga anggota Badan Supervisi Bank Indonesia untuk periode 2017-2020.
Sebelumnya, Tony menyelesaikan gelar doktorandus di FEB UGM pada 1986. Ia meraih gelar master of science dari University of Pennsylvania, Philadelphia, Amerika Serikat, pada 1991. Pada 2006, Tony mendapatkan gelar Doctor of Philosophy, The Australian National University, Australia.
Minat riset dan studi Tony berkisar di antaranya pada bidang ekonomi pembangunan, ekonomi makro, dan ekonomi mikro.
Rabu (16/1/2019) kemarin, pukul 23.30 di Jakarta, Tony berpulang. Jenazah Tony akan dibawa dari Jakarta ke Yogyakarta pada hari ini.
Latar belakang Tony sebagai ekonom membuatnya telah merilis berbagai artikel. Tony kerap menjadi narasumber bagi berbagai media, termasuk harian Kompas. Terakhir, Tony menjadi narasumber bagi artikel Kompas berjudul ”Bebas Tarif Masih Berlaku” pada Rabu (16/1/2019).
Tony juga merupakan kolumnis ekonomi rutin di harian Kompas. Kolom terakhirnya di harian Kompas terbit tanggal 8 Januari 2019 berjudul ”Masih Ada Ruang”.
Dalam menyampaikan kritik, Tony merupakan pribadi yang menyejukkan. Ia memberikan masukan dengan membangun, tetapi tetap menjaga tutur kata dan sikap yang lembut.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira, saat dihubungi di Jakarta, Kamis (17/1/2019), mengatakan, Tony merupakan sosok yang adil dalam memberikan masukan ataupun apresiasi terhadap kebijakan pemerintah di bidang ekonomi.
Tony merupakan sosok yang adil dalam memberikan masukan ataupun apresiasi terhadap kebijakan pemerintah di bidang ekonomi.
”Cara berkomunikasinya dengan publik pun unik dan menghibur. Biasanya, ekonom itu kaku dan textbook. Beliau adalah model ekonom yang langka karena menguasai teori, lancar menulis artikel populer, sekaligus pembicara yang mengagumkan,” kata Bhima.
Bhima merupakan murid Tony ketika berkuliah di UGM. Ia kerap menjadi partner dalam diskusi bersama Tony. Bhima pun menjadi seorang ekonom karena berkat Tony sebagai sumber inspirasi dan pembimbing.
Tony memang telah pergi, tetapi semangat dan sumbangsih pemikirannya untuk membawa Indonesia maju tidak akan terlupakan. Terima kasih, Pak Tony.