Dewi Indriastuti dari Washington DC, Amerika Serikat
·3 menit baca
Washington DC, Kompas - Indonesia diyakini bisa meningkatkan pangsa pasar tekstil dan produk tekstil di Amerika Serikat. Pasar di negara tersebut masih luas, sehingga bisa dimanfaatkan untuk kerja sama perdagangan yang lebih kuat.
Amerika Serikat bisa meningkatkan impor tekstil dan produk tekstilnya dari Indonesia. Sebaliknya, Indonesia bisa menambah impor bahan baku kapas dari AS. Saat ini, Indonesia mengimpor kapas senilai 1,3 miliar dollar AS dari seluruh dunia.
"Kerja sama Indonesia dengan Amerika Serikat dalam bidang tekstil dan produk tekstil berpotensi ditingkatkan. Untuk itu, pemerintah RI memberikan prioritas bagi tekstil dan produk tekstil dan perjanjian perdagangan," kata Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita seusai bertemu sejumlah pengusaha di sektor tekstil dan kapas AS di Kedutaan Besar RI di Washington DC, AS, Rabu (16/1/2019) waktu setempat.
Pertemuan itu sekaligus menjadi ajang lobi Indonesia kepada pengusaha AS untuk mendukung upaya Indonesia mempertahankan kebijakan pembebasan tarif (generalized system of preference/GSP) dari pemerintah AS. Kebijakan GSP dalam proses peninjauan ulang oleh pemerintah AS, yang sementara ini masih bisa dinikmati RI.
Dalam kesempatan itu, hadir pengusaha tekstil dan produk tekstil dari Indonesia, yakni Wakil Direktur Utama PT Sri Rejeki Isman Tbk Iwan Kurniawan Lukminto dan Managing Director PT Leading Garment Industries Vincent Yo.
Data Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) yang dipaparkan dalam pertemuan itu menunjukkan, Indonesia mengimpor kapas senilai 547,7 juta dollar AS dari AS pada Januari-September 2018. Nilai ini meningkat 30 persen dibandingkan dengan Januari-September 2017 yang mencapai 421,8 juta dollar AS. Pada Januari-September 2018, kontribusi Indonesia sekitar 9,6 persen dari total impor kapas AS ke berbagai negara.
Sementara, pada Januari-Oktober 2018, Indonesia mengekspor tekstil dan produk tekstil senilai 4,06 miliar dollar AS ke AS. Nilai ini turun 0,8 persen dari periode yang sama pada 2017, yang mencapai 4,1 miliar dollar AS.
Nilai ekspor RI tersebut sekitar 4,3 persen dari total impor tekstil dan produk tekstil oleh AS dari berbagai negara di dunia. Secara keseluruhan, AS mengimpor tekstil dan produk tekstil senilai 94,57 miliar dollar AS, dengan porsi terbesar dari China yang mencapai 34,48 miliar dollar AS.
"Pangsa pasar kita masih kecil. Masih bisa kita tingkatkan," kata Enggartiasto.
Secara terpisah, Vincent Yo menyampaikan optimismenya dalam meningkatkan ekspor tekstil dan produk tekstil dari Indonesia ke AS. "Sulit untuk menggeser peran China dalam ekspor tekstil dan produk tekstil ke AS. Tapi, kita bisa meningkatkan pangsa ekspor kita sedikit demi sedikit," katanya.
Penting
Dalam pertemuan dengan pengusaha kapas dan tekstil AS tersebut, Duta Besar RI untuk AS Budi Bowoleksono menyampaikan, GSP adalah hal yang sangat penting dalam perdagangan Indonesia-AS.
Sejumlah pengusaha menanyakan proses peninjauan ulang GSP bagi Indonesia yang sedang dilakukan United States Trade Representative (USTR).
Menjawab pertanyaan itu, Enggartiasto menyampaikan, peninjauan ulang GSP masih dalam proses dengan beberapa hal yang mesti dituntaskan. "Kami perlu dukungan Anda dari sektor swasta. Tekstil dan produk tekstil adalah industri yang penting, artinya kami juga bisa menyerap kapas dari AS," kata Enggartiasto.
Sementara, Vincent Yo menyampaikan, potensi ekspor produk tekstil ke AS sangat besar. Ia berharap, kerja sama antarpelaku bisnis RI-AS di bidang kapas, tekstil, dan produk tekstil bisa berlanjut, bahkan meningkat.
Sebelumnya, Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan Kementerian Perdagangan, Kasan, Selasa (15/1) mengatakan, peningkatan impor kapas dari AS bisa dilakukan dengan mengalihkan impor dari negara lain. "Bisa dilakukan tanpa menambah volume impor. Tapi ada sebagian impor dari negara lain dialihkan ke AS," katanya.