Deteksi Dini Kanker Beri Harapan Sembuh hingga 43 Persen
Oleh
Pascal S Bin Saju
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penderita kanker beri harapan sembuh hingga 43 persen jika penyakitnya terdeteksi sejak dini. Pengobatan yang tepat sesuai stadium kanker dan pola hidup sehat juga jadi faktor penting bagi kesembuhan pasien.
“Sekitar 40 persen dari jumlah kasus kanker bisa dicegah. Bila terdeteksi dini, sepertiganya bisa disembuhkan,” kata Ketua Perhimpunan Onkologi Indonesia (POI) JAYA Cosphiadi Irawan di Jakarta, Kamis (17/1/2019).
Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, angka prevalensi kanker di Indonesia adalah 1,4 per 100 penduduk. Sementara itu, data dari Global Cancer Statistic 2018 mencatat ada 348.809 kasus kanker baru di Indonesia. Dari data tersebut, angka kematian akibat kanker mencapai 207.210 kasus.
Tingginya angka kematian itu disebabkan oleh pengobatan yang terlambat dan tidak optimal. Perhimpunan Onkologi Indonesia mencatat, ada 65 persen penderita kanker yang datang berobat ketika penyakitnya telah mencapai stadium lanjut, yaitu stadium tiga dan empat. Jika kanker diobati sejak stadium awal, yaitu stadium satu dan dua, pasien berpeluang besar untuk sembuh.
“Sekitar 40 persen dari jumlah kasus kanker bisa dicegah. Bila terdeteksi dini, sepertiganya bisa disembuhkan,” kata Ketua Perhimpunan Onkologi Indonesia (POI) JAYA Cosphiadi Irawan di Jakarta, Kamis (17/1/2019).
Mengutip dari laman resmi Kementerian Kesehatan, ada sekitar sembilan juta orang yang meninggal dunia karena kanker pada 2017. Angka ini diprediksi akan terus meningkat hingga mencapai 13 juta orang pada 2030.
Ketua Komite Penanggulangan Kanker Nasional (KPKN) Soehartati A Gondhowiardjo mengatakan, bila terdeteksi sejak dini, probabilitas kanker untuk disembuhkan bisa mencapai 43 persen. Namun, masih banyak pasien yang tidak langsung mengobati kanker yang diidap. Akibatnya, pengobatan kanker terancam terlambat.
“Banyak beredar informasi yang tidak tepat tentang pengobatan kanker, misalnya saran untuk makan jahe mentah. Orang-orang tidak langsung berobat ke dokter atau rumah sakit. Padahal, selama pasien mengikuti informasi-informasi yang beredar itu, kankernya semakin memburuk,” kata Soehartati.
Ia mengatakan, mengidentifikasi stadium kanker adalah hal pertama yang harus dilakukan pada pasien. Dengan begitu, penanganan dan tindakan medis selanjutnya bisa segera dilakukan sesuai tingkatan kanker.
Menurut Direktur Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dokter Cipto Mangunkusumo (RSUPNCM) Lies Dina Liastuti, tren pasien kanker cenderung naik pada 2017-2018. Tercatat ada 110.000 pasien rawat jalan dan lebih dari 4.000 pasien rawat inap karena kanker di RSUPNCM.
Sementara itu, menurut data dari Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta, ada sekitar 10.000 pasien kanker yang menjalani rawat jalan per bulan. Jumlah pasien kanker rawat inap ada 300-400 orang per hari. Mayoritas pasien mengidap kanker stadium lanjut.
Mencegah kanker
Edukasi dan sosialisasi kanker perlu dilakukan secara luas kepada masyarakat. Menurut Soehartati, pihaknya telah melakukan sejumlah upaya tersebut, antara lain memberi advokasi kepada sejumlah pemangku kepentingan. Selain itu, ada pula pelatihan khusus bagi masyarakat awam agar menjadi agen pembawa perubahan pada isu kanker dan penyusunan pedoman pelayanan kanker di Indonesia.
Selama ini, kanker disebabkan oleh sejumlah faktor, seperti genetika, paparan rokok, hingga pola hidup tidak sehat. Menurut Soehartati, cara mencegah kanker adalah dengan menerapkan pola hidup sehat. Pola hidup sehat, antara lain mencakup manajemen stres yang baik, berolahraga, hingga makan makanan sehat.
Menurut data dari Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan tentang Situasi Penyakit Kanker, lebih dari 30 persen dari kematian akibat kanker disebabkan oleh lima faktor risiko perilaku dan pola makan. Kelima faktor itu adalah indeks massa tubuh tinggi, kurang konsumsi buah dan sayur, kurang aktivitas fisik, penggunaan rokok, dan konsumsi alkohol berlebihan.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Yayasan Kanker Indonesia Aru W Sudoyo mengatakan, ada beberapa hal untuk mendeteksi kanker secara umum. Ada beberapa gejala yang bisa dijadikan indikator deteksi kanker sejak dini, yaitu berat badan yang turun drastis, perubahan tekstur feses saat buang air besar, pendarahan di tempat dan waktu yang tidak sewajarnya, adanya benjolan, serta rasa nyeri yang tidak kunjung hilang.
“Bila merasakan satu saja dari gejala-gejala ini, langsung memeriksakan diri ke dokter. Gejala ini berlaku untuk semua jenis kanker,” kata Aru. (SEKAR GANDHAWANGI)