JAKARTA, KOMPAS — Meninggalnya ekonom senior Universitas Gadjah Mada, A Tony Prasetiantono, membuat Bank Indonesia kehilangan seorang ahli ekonomi sekaligus kritikus yang masukannya kerap dijadikan bahan evaluasi dalam menelurkan kebijakan.
Hal tersebut disampaikan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo sebelum menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur BI di Jakarta, Kamis (17/1/2019).
Menurut Perry, pemikiran-pemikiran Tony kerap memperluas dimensi kebijakan moneter yang tengah dimatangkan oleh bank sentral. ”Semasa hidupnya, beliau banyak berkontribusi dalam menyusun kebijakan bagi bank Indonesia,” ujarnya.
Selain menjabat Direktur Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik UGM, Tony juga terdaftar sebagai anggota Badan Supervisi BI periode 2017-2020.
Dalam kapasitasnya sebagai anggota Badan Supervisi BI, Tony kerap memberikan masukan terkait langkah yang harus ditempuh BI. Sikap preemtif BI yang menelurkan kebijakan mendahului situasi global yang ada juga merupakan salah satu masukan dari Tony.
”Masukan beliau, baik sebagai akademisi maupun anggota Badan Supervisi, betul-betul diterima dengan baik,” lanjutnya.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Agusman Zainal menambahkan, pemahaman Tony yang menyeluruh terhadap ekonomi makro membuatnya mampu menunjukkan alternatif solusi yang paling memungkinkan untuk diimplementasikan.
”Jadi, dalam memberi kritik, beliau tidak hanya sekadar berteori, tetapi juga menawarkan solusi yang terbaik,” ujarnya.