"Sonaldo", Asa Korea Selatan Akhiri Puasa Gelar 59 Tahun
Oleh
Hendriyo Widi
·3 menit baca
AL AIN, KAMIS – Semangat juang Son Heung-min menginspirasi skuad Taeguk Warriors dalam laga puncak Grup C Piala Asia saat mengalahkan Cina 2-0 di Stadium Al Nahyan, Abu Dhabi, Rabu (16/1/2019). Kemenangan tersebut memastikan Korea Selatan lolos ke babak 16 besar dengan status juara grup.
Kehadiran pemain berjuluk "Sonaldo" itu memupuk asa juara Korea Selatan mengakhiri puasa gelar Piala Asia selama 59 tahun. Son berpeluang membawa Korea Selatan mengukuhkan diri sebagai "raja" sepak bola Asia setelah mengantar Taegok Warrios meraih medali emas Asian Games 2018 yang digelar di Indonesia.
Pada September 2018, Son Heung-min, membawa Korea Selatan meraih medali emas sepak bola Asian Games 2018 seusai mengalahkan Jepang 2-1, di Stadion Pakansari, Bogor. Medali emas itu menjadi tonggak bersejarah bagi Son dan Korsel yang kini menjadi ”raja” sepak bola Asia.
Penyerang Tottenham Hotspur Son Heung-min untuk pertama kali tampil bersama skuad besutan Paulo Bento. Awalnya, pada laga melawan Cina, pemain berusia 26 tahun ini diperkirakan tidak akan bermain. Sebab, dia baru tiba dari London pada hari Senin menyusul kekalahan klubnya dari Manchester United.
Namun, Korea Selatan membutuhkan kemenangan untuk memastikan posisi puncak dan lolos lebih cepat ke babak 16 besar Piala Asia. Akhirnya Bento memasukan nama Son Heung-min ke dalam skuad.
“Tentu saja saya sedikit lelah. Namun, suatu kehormatan memakai baju merah ini dan bermain untuk tim nasional. Ini adalah pertandingan pertama saya dan kami menang 2-0. Ini merupakan sore yang bahagia,” ujarnya di Abu Dhabi.
Tentu saja saya sedikit lelah. Namun, suatu kehormatan memakai baju merah ini dan bermain untuk tim nasional. Ini adalah pertandingan pertama saya dan kami menang 2-0. Ini merupakan sore yang bahagia.
Son bersama teman-teman berharap bisa mengakhiri puasa gelar Piala Asia selama 59 tahun. Semifinalis Piala Dunia 2002 tersebut mendambakan gelar tim terbaik se-Asia seperti saat merah raih back-to-back pada tahun 1956 dan 1960.
Bento mengatakan, Korea Selatan menjadi tim yang kuat ketika memiliki pemain terbaik, dan Son adalah salah satu pemain terbaik yang dimiliki. Keberadaan Son memberikan lebih banyak opsi serangan di posisi depan.
“Area tersebut perlu kami perkuat. Kami membuat keputusan untuk memainkan Son karena setiap pelatih ingin menurunkan pemain yang dapat mempengaruhi permainan. Son adalah pemain yang dapat bermain di posisi berbeda yang, pada gilirannya, memungkinkan tim untuk bermain dengan cara yang berbeda,” kata mantan pelatih Sporting CP dan tim Nasional Portugal.
Pengaruh pemain termahal di Asia yang dibeli Tottenham dengan nilai transfer 30 juta euro itu, terlihat di lapangan. Son mampu mengatur permainan, memberikan daya dobrak lebih di area pertahanan lawan, dan memberikan umpan pas melalui tendangan pojok.
Saat menerima umpan tarik dari Kim Moon-hwan di kotak penalti, Son berusaha melepaskan diri dari hadangan kapten Zheng Zhi dan bek Shi Ke. Son terjatuh karena dilanggar Shi Ke, wasit pun memberikan hadiah penalti pada menit ke-14. Hwang Ui-jo maju sebagai algojo, tendangannya tidak mampu dihalau Yan Junling.
Memasuki babak kedua, Korea Selatan menambah pundi gol pada menit ke-51. Melalui sepak pojok yang dilepas Son, Kim Min-jae memenangkan duel udara, sundulannya berhasil menggetarkan gawang Yan Junling.
Sampai wasit meniup peluit panjang, anak asuh Marcello Lippi tidak mampu mengejar keunggulan Korea Selatan. Meski kalah, Cina tetap dipastikan lolos ke babak 16 besar menghadapi Thailand.
“Sejujurnya, tim Korea jauh lebih kuat dari kami. Mereka lebih cepat, unggul secara teknis, dan bermain dengan intensitas yang lebih besar. Kami harus menerima itu dan fokus pada tantangan selanjutnya,” kata Lippi. (AFP/Reuters/AGUIDO ADRI)