Upaya Tangerang Merawat Komunitas dalam Membangun Kota
Suatu kota dapat bertumbuh kembang dan berkelanjutan sebenarnya bergantung pada dinamika kehidupan warga kotanya. Namun, dalam upaya membangun suatu perkotaan, sering kehidupan warga terabaikan. Namun, lain dengan Kota Tangerang, Banten.
Justru kebangkitan komunitas dan warga mewarnai pembangunan kota yang memasuki usia ke-26 tahun pada 28 Februari 2019. Kota Tangerang tidak menyabet posisi tiga besar dalam program Indeks Kota Cerdas Indonesia (IKCI) 2018, tetapi masuk dalam jajaran 10 besar kota cerdas untuk kategori kota metropolitan atau kota berpenduduk di atas 1 juta jiwa. Partisipasi masyarakat, seperti tecermin dalam program Kampung Kita Kampung Tematik, dinilai berperan penting dalam membawa Kota Tangerang menuju kota cerdas.
Lebih dari setahun terakhir, setidaknya telah terbentuk sejumlah kampung tematik di Kota Tangerang. Sebut saja Kampung Bekelir di Kelurahan Babakan, Kampung Markisa (Pasar Baru, Kecamatan Karawaci), Kampung Batik (Larangan Selatan, Kecamatan Larangan), Kampung Grenpul (Gerendeng Pulo) di Gendereng, Kecamatan Tangerang, Kampung Lidah Buaya (Sukajadi, Karawaci), Kampung Hidroponik (Cimone, Karawaci), dan Kampung Olahraga di Cibodas, Kecamatan Cibodas.
Kampung Bekelir meraih juara kedua kategori Wisata Kreatif Terpopuler pada Anugerah Pesona Indonesia (API) 2018 oleh Kementerian Pariwisata pada akhir November 2018.
Kampung-kampung tematis ini terbentuk dari Kampung Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang dibangun di setiap kecamatan dan kelurahan agar mengubah lingkungan wilayah yang kumuh menjadi layak huni, rapi, hijau, asri, sehat, bersih, dan indah, serta menghasilkan tambahan pendapatan warga sekitarnya.
Kampung tematik ini merupakan partisipasi warga dalam pembangunan kota dalam menata lingkungan tempat tinggalnya.
Dalam kampung tematik ini, warga secara mandiri dan bersama-sama menata wilayahnya menjadi hunian yang layak huni sekaligus layak dikunjungi.
Wali Kota Tangerang Arief R Wismansyah mengatakan, kehadiran kampung tematik ini dapat bermanfaat bagi masyarakat. Tak hanya mengangkat potensi wisata, estetika kota, mengubah prilaku untuk menciptakan lingkungan indah, bersih, dan asri, serta sehat, juga meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan mendatangkan pemasukan tambahan pendapatan.
”Kami ingin meningkatkan kesejahteraan warga dengan program Kampung Tematik. Ada investasi yang masuk, lingkungan menjadi bersih. Satu hal yang lebih penting, warga merasa lebih memiliki kampung dan kota,” kata Arief di pusat pemerintahan Kota Tangerang, akhir Desember 2018.
Tahun 2019, program tersebut akan dijalankan dan dikembangkan dengan mengintegrasikan 19 organisasi perangkat daerah (OPD), mulai di tingkat lurah hingga kota. Kami menamakan program ini Kampung Kita.
Dalam program besar tersebut, setiap OPD ini membuat kegiatan di RW dan RT agar menjadi hidup. Bahwa setiap OPD di Pemkot Tangerang akan membuat suatu program kerja yang bisa mengakomodasi kebutuhan kampung tematik yang dihimpun melalui program Kampung Kita.
Setiap RW akan didampingi OPD Pemkot Tangerang, seperti Dinas Kebudayaan dan Pariwisata yang akan membangun Kampung Budaya dan Kampung Wisata, Dinas Olahraga membangun Kampung Olahraga dan Kampung pemuda.
Selanjutnya, Dinas Sosial dengan Kampung Sejahtera Mandiri, Dinas Lingkungan Hidup melanjutkan program Kampung Iklim dan Kampung Hijau, DP3AP2KB membangun Kampung anak dan Kampung Samawa, serta Satuan Polisi Pamong Praja akan membentuk Kampung Aman dan Tertib.
Selain itu, Dinas Kesehatan membangun Kampung PHBS, Dinas Ketenagakerjaan dengan Kampung Terampil dan Siap Kerja. Semenatara Dinas Ketahanan Pangan membangun Kampung Logistik dan Kampung Bibit. Sementara Dinas Koperasi dan UKM menyelenggarakan Kampung UMKM dan Kampung Koperasi.
Ada juga Dinas Pendidikan melalui Cerdas, Dinas Komunikasi dan Informasi dengan Kampung Masyarakat Informatika, Badan Penanggulangan Bencana Daerah membangun Kampung Tangguh Bencana, DPAD membentuk Kampung Baca kemudian Kesbangpol dengan Kampung Bersinar dan Kampung Rukun, serta Kampung Laris Manis oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan.
Arief mengatakan, program Kampung Kita akan membangun kampung tematik di setiap RW yang tersebar di 13 kecamatan di 104 kelurahan se-Kota Tangerang.
”Maunya, ke depannya, Kampung Kita diupayakan dalam satu wilayah memenuhi 23 jenis kampung tematik yang dibentuk oleh OPD. Pemenuhan ini merupakan upaya pemkot dalam menjadikan kotanya semakin layak huni, layak investasi, layak dikunjungi dan kota pintar,” kata Arief.
Dengan adanya Kampung Kita di tiap RW, Arief berharap, aktivitas ideal di lingkungan terbangun, seperti adanya kegiatan keagamaan, kegiatan bermain anak, kegiatan usaha asli masyarakat, kegiatan kepemudaan, kegiatan pendidikan luar sekolah, kegiatan kebudayaan, dan kegiatan olahraga,” ujar Arief.
Partisipasi warga
Ketika memasuki Kampung Hidroponik, RT 001 RW 002 Cimone, Karawaci, Rabu (9/1/2019), tidak menyangka kalau dulunya kawasan ini kumuh dan kotor. Di sisi kiri dan kanan lorong sempit yang selebar lebih dari 1 meter dipenuhi botol plastik bekas yang berisi tanaman hias dan sayuran.
Semakin ke dalam terdapat sebuah taman main anak dengan beberapa permainan. Sisi kiri kanan, muka, dan belakang taman tampak hijau. Di tempat itu dulunya bertumpuk sampah yang dihasilkan warga.
”Dengan susah payah yang tidak mengenal lelah, saya berjuang untuk mengubah perilaku hidup masyarakat menjadi mencintai lingkungan,” kata Suherman (37), ketua RT.
Ia yang memprakarsai dan mengampanyekan kampung ini menjadi Kampung Hidroponik. Ia mengajak warga untuk berpartisipasi bangun kampung agar mereka bisa hidup sehat, bersih, dan becocok tanam hidroponik.
”Mengubah sikap dan perilaku warga untuk hidup bersih memang tidak mudah. Perlu kesabaran dan telaten sebagai kunci keberhasilannya. Kita harus menunjukkan contoh yang baik setelah masyarakat melihat kita berhasil, mereka pasti akan mengikutinya. Alhamdulillah, warga mau berubah dan kami bangun lingkungan asri dan menyegarkan,” kata Suherman.
Ia bersama warga mengubah lingkungan yang dulu kumuh dan kotor kini menjadi bersih dan mendapatkan tambahan pendapatan.
Termasuk Endarwati (50) yang dalam enam bulan terakhir sudah tidak kali panen pokcay. ”Bibit kami beli sendiri. Sementara untuk hasil panennya, biasanya kami pakai sendiri. Kalau ada tamu yang datang ke sini, kami jual ke tamu,” kata Endrawati.
Ia menjual satu pot pokcay seharga Rp 5.000. Dalam satu peralatan terbuat dari paralon, Endarwati bisa memanen hingga 100 pot. ”Setidaknya dengan adanya panen pokcay, saya dapat menambah pendapatan keluarga,” kata Endarwati.
Kampung tematik sepintas telah meraih keberhasilan. Namun, harus diingat, semua keberhasilan ini baru seumur jagung dan belum semua kampung di Kota Tangerang turut serta dalam program Kampung Kita.
Ke depan, upaya meningkatkan kualitas hidup warga melalui pembangunan kampung tematik bakal menemui banyak kendala. Keteguhan pemerintah kota menjalankan programnya bakal terus teruji. Menjadi kota cerdas memang bukan program jangka pendek, terlebih hanya sekadar untuk meraih penghargaan sesaat.