Dewi Indriastuti dari Washington DC, Amerika Serikat
·2 menit baca
WASHINGTON DC, KOMPAS — Hubungan ekonomi Indonesia dan Amerika Serikat sejauh ini positif sehingga perlu ditingkatkan. Namun, posisi AS yang defisit dalam perdagangan dengan Indonesia menjadi sorotan.
”Namun, yang menjadi catatan adalah kita diminta tidak memberikan pembatasan apa pun terhadap AS,” kata Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita di Washington DC, AS, Selasa (15/1/2019) waktu setempat.
Perdagangan RI dan AS pada 2017 senilai 25,916 miliar dollar AS yang memberikan surplus bagi Indonesia sebesar 9,672 miliar dollar AS. Pada Januari-Oktober 2018, Indonesia surplus 6,992 miliar dollar AS dari perdagangan senilai 23,96 miliar dollar AS.
Enggartiasto, yang didampingi antara lain Duta Besar RI untuk AS Budi Bowoleksono dan Deputi Bidang Kerja Sama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator Perekonomian Rizal Affandi Lukman, bertemu Presiden dan CEO Kamar Dagang dan Industri (Kadin) AS Thomas J Donohue di kantornya. Dalam kesempatan terpisah, Enggartiasto juga bertemu dengan sejumlah anggota Kadin AS yang dipimpin Senior Vice President Kadin AS Wilayah Asia Charles Freeman.
”Pertemuan dengan Thomas Donohue sangat positif. Ada pengertian yang sama, yakni agar hubungan ekonomi Indonesia-AS ditingkatkan,” ujar Enggartiasto.
Sementara dalam pertemuan dengan anggota Kadin AS, muncul sejumlah pertanyaan, antara lain mengenai kepemilikan saham perusahaan asing di Indonesia, pusat data bagi perusahaan yang bergerak di bidang teknologi komunikasi di Indonesia, dan penyediaan energi alternatif di Indonesia.
Adapun perwakilan perusahaan yang hadir di antaranya dari Prudential, Tellurian Inc, Morgan Stanley, Cargill, Fed Ex, dan Amazon.
”Kami ingin tahu mengenai pasar penyediaan energi alternatif di Indonesia,” kata Albert Nahas dari Tellurian.