JAKARTA, KOMPAS—Basis suara para loyalis pendukung calon presiden di daerah perlu diperkuat. Mereka dinilai cenderung lebih fanatik dalam memilih figur dibandingkan partai politik yang mengusungnya. Meski demikian, peranan partai tetap dibutuhkan dalam menggerakkan mesin partai guna meraup suara pilpres.
Berdasarkan hasil survei Charta Politika tentang “Peta Elektoral Terkini Pemilihan Presiden dan Pemilihan Legislatif 2019” disebutkan elektabilitas Joko Widodo-Ma’ruf Amin unggul sebesar 53,2 persen dibandingkan elektabilitas Prabowo Subiyanto- Sandiaga Uno yaitu 34,1 persen. Ada perubahan dinamika elektabilitas pemilih di beberapa daerah bila dibandingkan dengan survei sebelumnya, Oktober 2018.
“Daerah Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten, Sumatera, dan Sulawesi menjadi titik tempur kedua paslon ini. Angka suara pemilih kedua paslon di daerah itu masih naik-turun, kedua paslon masih berpotensi untuk memenangkan suara di daerah itu,” kata Yunarto Wijaya, Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia, Rabu (16/1/2019), di Jakarta.
Peningkatan elektabilitas Joko Widodo-Ma’ruf Amin terjadi di Jawa Tengah dan Yogyakarta sebesar 1,5 persen, DKI Jakarta dan Banten peningkatan sebesar 5 persen, serta Kalimantan meningkat sebanyak 6,4 persen. Pada daerah Sumatera, Jawa Barat, Bali, Nusa Tenggara Timur, dan Nusa Tenggara Barat angka pemilih tidak berubah signifikan.
Penurunan elektabilitas paslon nomor urut 01 ini terjadi di Jawa Timur dan Sulawesi. Padahal mayoritas masyarakat Jawa Timur merupakan pengikut Nahdlatul Ulama. Jika dilihat secara keseluruhan dari grafik tiga kali survei diadakan, basis suara pemilih Jokowi cenderung stabil.
Berbeda dengan paslon nomor urut 02, selama tiga kali survei yaitu, April, Oktober, dan Desember 2018, perolehan suara pemilih terlihat fluktuatif di daerah, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Timur, dan Nusa Tenggara Barat, dan Kalimantan. Peningkatan elektabilitas terjadi di Sumatera, DKI Jakarta, Banten, dan Sulawesi. Sedangkan, penurunan elektabilitas terjadi di Jawa Tengah dan Yogyakarta.
Elektabilitas Joko Widodo-Ma’ruf Amin meningkat di Jawa Tengah dan Yogyakarta sebesar 1,5 persen, DKI Jakarta dan Banten peningkatan sebesar 5 persen, serta Kalimantan meningkat sebanyak 6,4 persen
Jokowi kalah pada perolehan suara Pemilu 2014 lalu di Jawa Barat, sedangkan Prabowo menang. Meski demikian, menurut Yunarto, Jawa Barat belum bisa disebut sebagai basis suara unggulan salah satu paslon. Kedua paslon masih berpotensi untuk meraup suaranya terbanyak dari daerah itu.
Jokowi mengalami penurunan elektabilitas di Sulawesi, sedangkan Prabowo elektabilitasnya meningkat. Salah satu faktor yang berpengaruh pada elektabilitas bagi Jokowi pada Pemilu 2014 adalah hadirnya sosok Jusuf Kalla sebagai wakil Jokowi. “Jokowi masih bisa mengambil alih elektabilitas di Sulawesi dengan program sektor ekonomi perkebunan yang diperkuat,” ujar Yunarto.
Efek ekor jas
Figur capres dan wapres dinilai lebih unggul bila dibandingkan partai politik yang mengusungnya. Yunarto mengatakan, para mesin partai tetap harus bekerja ekstra untuk mengangkat partai sekaligus paslon yang diusung dengan menguatkan akar rumput.
“Mereka tidak bisa bergantung pada fenomena pilpres. Mereka harus melakukan intervensi khusus di tengah euforia pilpres,” kata Yunarto.
Dalam hasil survei itu disebutkan, ada delapan partai politik yang menjadi pilihan masyarakat secara berurutan yaitu, PDI Perjuangan sebesar 25,2 persen, Partai Gerindra sebanyak 15,2 persen, Partai Golkar sebanyak 8,1 persen, Partai Kebangkitan Bangsa sebesar 8,1 persen, Partai Nasdem 5,3 persen, Partai Demokrat sebesar 4,5 persen, Partai Persatuan Pembangunan sebesar 4,3 persen, Partai Keadilan Sejahtera sebanyak 4,2 persen, dan Partai Perindo yaitu 2,7 persen.
Adapun elektabilitas partai lain yaitu, Partai Amanat Nasional memperoleh 2,6 persen dan Partai Solidaritas Indonesia sebanyak 1,5 persen. Diikuti Partai Hanura mendapat 0,6 persen, Partai Bulan Bintang 0,4 persen.
Direktur Riset Charta Politika Muslimin menyebutkan, PDI Perjuangan dan Partai Gerindra memperoleh efek ekor jas karena kedua figur yaitu Jokowi dan Prabowo melekat dalam kedua partai itu. Sedangkan, sosok figur tersebut bagi partai pengusung belum berpengaruh dalam meningkatkan elektabilitas partai politiknya.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Partai Soidaritas Indonesia (PSI) Raja Juli Toni mengatakan, partainya optimistis ke depan akan memperoleh elektabilitas hingga delapan persen. Upaya untuk meningkatkan elektabilitas pun dilakukan, contohnya, lewat program “Solidarity Tour Jawa dan Bali” yang saat ini masih berlangsung. Selain itu, PSI juga akan berkeliling ke sejumlah daerah untuk konsolidasi dengan menggerakkan mesin partai di akar rumput. Harapannya melalui program itu dapat meraup suara yang signifikan.
Eddy Soeparno, Sekretaris Jenderal Partai Amanat Nasional (PAN) menyebutkan, PAN optimistis untuk meraup elektabilitas minimal sepuluh persen. Upaya yang dilakukan adalah dengan menggerakkan mesin partai di akar rumput. “Untuk memperkuat suara, pemetaaan daerah kekuatan terus dilakukan. Basis suara PAN cenderung kuat di Sumatera, Sulawesi, Jawa Barat dan NTB,” kata Eddy. (MELATI MEWANGI)