BANYUWANGI, KOMPAS — Rampungnya Jalan Tol Trans-Jawa yang menghubungkan Jakarta hingga Surabaya mengubah perilaku masyarakat dalam berkendara. Perubahan perilaku tersebut yang harus diantisipasi pengampu kebijakan dalam menghadapi angkutan Lebaran 2019.
Perubahan berkendara masyarakat tersebut tampak pada angkutan Natal dan Tahun Baru. Fenomena perubahan tersebut dicatat oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan.
”Adanya Jalan Tol Trans-Jakarta hingga Surabaya berpengaruh pada perilaku berkendara masyarakat. Saat ini masyarakat lebih senang menggunakan kendaraan pribadi daripada angkutan umum, misalnya bus, kereta api, dan pesawat. Namun, angkutan penyeberangan kapal justru mengalami kenaikan,” ujar Budi Setyadi di sela kunjungannya ke Banyuwangi, Selasa (15/1/2019).
Budi menuturkan, pengguna Jalan Tol Cikampek hingga Cawang pada angkutan Natal dan Tahun Baru mengalami kenaikan. Dalam sehari, pengguna tol naik dari yang biasanya 5.000 per hari menjadi 10.000 per hari.
Hal serupa terjadi di sejumlah pintu tol. Budi menyebut rata-rata kenaikan pengguna tol di sepanjang Jalan Tol Trans-Jawa mencapai 28 persen.
”Pada saat Lebaran 2019, Tol Cikampek sudah dapat berfungsi hingga Kilometer 46. Ini tentu semakin menjadi magnet bagi warga untuk menggunakan tol. Terlebih saat ini pertumbuhan mobil juga tinggi,” kata Budi.
Atas dasar itulah, Budi dan jajarannya berkeliling ke sejumlah tempat untuk menyiapkan antisipasi jika nantinya terjadi lonjakan pengguna tol. Antisipasi juga dilakukan di sejumlah jalur penyeberangan, misalnya Merak-Bakauheni dan Ketapang-Gilimanuk.
Hal itu dilakukan karena Direktorat Jenderal Perhubungan Darat mencatat, adanya kenaikan jumlah pengguna layanan penyeberangan di saat sejumlah pengguna transportasi umum lainnya mengalami penurunan ketika masa angkutan Natal dan Tahun Baru lalu.
Secara terpisah General Manager PT Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan cabang Ketapang Gilimanuk Solikin membenarkan hal itu.
”Apabila dibandingkan dengan angkutan Natal dan Lebaran tahun lalu, jumlah penyeberang dari Bali ke Jawa dan sebaliknya melalui Pelabuhan Gilimanuk dan Ketapang mengalami kenaikan. Hal serupa juga terjadi pada jumlah kendaraan roda empat dan lebih. Sementara kendaraan roda dua justru menurun,” ungkapnya.
Solikin merinci, jumlah penumpang naik 9,34 persen dari 813.039 orang pada 2017-2018 menjadi 888.969 pada 2018-2019. Jumlah kendaraan roda empat atau lebih meningkat 6,85 persen dari 118.938 unit menjadi 127.085 unit. Sementara kendaraan roda 2 turun 0,63 persen dari 75.541 unit menjadi 75.067 unit.
Senada dengan Budi, Solikin menduga, tingginya jumlah kendaraan roda empat atau lebih yang menyeberang turut dipengaruhi perubahan perilaku berkendara akibat layanan Tol Trans-Jawa.
”Mungkin banyak masyarakat dari Jawa bagian barat yang ingin berlibur ke Bali sambil menjajal Tol Trans-Jawa. Atau banyak orang dari Bali dan Lombok yang ingin berlibur ke sejumlah tempat di Jawa dengan melintasi tol baru tersebut,” tuturnya.
Ditanya terkait antisipasi saat Lebaran, Solikin mengatakan, pihaknya akan melakukan penambahan loket khusus untuk pengendara roda empat atau lebih, memprioritaskan operasional kapal-kapal berkapasitas besar, serta mempercepat waktu sandar tiap kapal.
PT ASDP Cabang Ketapang-Gilimanuk juga akan menyediakan buffer zone untuk menampung kendaraan roda empat atau lebih agar tidak ada antrean di jalan raya.
Di sisi Banyuwangi, buffer zone dibuka di Jembatan Timbang Watu Dodol dan Terminal Sri Tanjung. Sementara di sisi Bali buffer zone dibuka di Lapangan Jembatan Cekik.
Perubahan cara mobilitas tersebut antara lain dilakukan Benedicta Amadhea. Karyawan swasta tersebut biasa melakukan perjalanan dari Surabaya ke Yogyakarta menggunakan kereta api, kini beralih menggunakan kendaraan pribadi.
”Saya biasanya naik kereta Sancaka atau Argowilis dengan biaya tiket Rp 250.000 hingga Rp 290.000 per sekali jalan. Sementara jika naik mobil sendiri, saya mengeluarkan biaya Rp 410.000 sekali jalan. Kalau untuk jalan sendiri memang lebih murah naik kereta, tapi kalau liburan bersama keluarga, jelas saya akan memilih naik mobil,” ujarnya.
Benedicta juga menilai menggunakan kendaraan pribadi melewati Tol Trans-Jawa juga lebih menghemat waktu. Apabila menggunakan kereta, ia membutuhkan waktu lebih dari 5 jam, sementara jika menggunakan kendaraan pribadi menggunakan Tol Trans-Jawa ia hanya butuh waktu 4 jam.