Wali Kota Padang Panjang: Semangat Perubahan dari Kota Kecil
Padang Panjang, Sumatera Barat, meraih peringkat pertama Indeks Kota Cerdas Indonesia (IKCI) 2018 kategori kota kecil atau kota yang berpenduduk 50.000-100.000 jiwa. Dalam ajang yang diselenggarakan Harian Kompas itu, Padang Panjang meraih total skor 55,14 unggul atas Sungai Penuh dan Solok yang memperoleh skor 55,02 dan 51,64.
Kota Padang Panjang dinilai serius membangun kota cerdas karena mampu memanfaatkan jaringan teknologi telekomunikasi. Bukan hanya untuk mendorong peningkatan layanan publik melainkan juga inklusivitas sosial.
Bagi Wali Kota Padang Panjang Fadly Amran, dalam sebuah kota kecil peluang inovasi terbuka lebih besar. Sebab, tantangannya relatif lebih ringan. Perubahan kecil pun lebih mudah dilihat masyarakat.
Baca juga: Penghargaan bagi 12 Kota Cerdas
Berikut petikan wawancara Kompas dengan Fadly Amran seusai penganugerahan penghargaan IKCI 2018 di Gedung Kompas Gramedia, Jakarta, Rabu (9/1/2018).
Apa arti penghargaan dari Kompas ini untuk Padang Panjang?
Saya yakin, terlepas dari peringkat berapa, ini adalah sebuah tantangan bagaimana kami mewujudkan inovasi untuk memberikan solusi terhadap permasalahan masyarakat. Kami ingin penghargaan ini memacu kami untuk benar-benar menyejahterakan dan menyenangkan masyarakat dengan inovasi-inovasi yang kami buat.
Dibandingkan dengan penghargaan-penghargaan sebelumnya yang pernah diterima Padang Panjang, adakah nilai khusus atas penghargaan ini?
Kami sangat senang karena dikumpulkan di sini dengan para ahli. Kami pun sempat berbagi dalam diskusi tadi. Dalam ajang ini, saya rasa bukan sekadar nama saja melainkan juga ada asistensi. Sangat luar biasa.
Program atau kondisi apa yang membuat Padang Panjang layak menerima predikat kota cerdas?
Sebagai kota kecil, kami selalu berinovasi. Pemerintah pun sangat dekat dengan masyarakat. Saya rasa itu yang utama.
Kami selalu update dengan permasalahan-permasalahan yang ada di tengah masyarakat. Karena ini kota yang sangat compact sekali, kami bisa mendengar langsung dari masyarakat, hubungan itu yang selalu kami jaga.
Di luar itu adalah kekompakan kami. Saya selalu menekankan bagaimana kami harus selalu belajar. Saya yakin, banyak kota yang lebih sukses ketimbang kami tetapi keinginan untuk mempelajari dan mengevaluasi apa yang sudah kami berikan kepada masyarakat ini yang paling penting.
Program apa yang akan menjadi prioritas ke depan?
Kami akan mencoba lebih gencar. Kami memiliki banyak program-program besar yang tentu memerlukan energi, pemikiran, dan kerja sama dari semua pihak.
Saya rasa ini adalah sebuah tantangan kami akan menyiapkan infrastruktur, command center, dll. Itu pun tidak akan terlepas dari saran masyarakat. Sebab, kami tidak mau membangun semuanya tanpa ada manfaatnya bagi masyarakat banyak.
Untuk program prioritasnya, ada banyak. Salah satunya sebagai kota pendidikan kami akan meningkatkan mutu pendidikan dengan metode terbaru.
Baca juga: Kota Padang Panjang Terus Berbenah
Kami juga memiliki program rumah wirausaha, karena mayoritas kami masyarakat Padang Panjang adalah pedagang kecil. Kami ingin coba untuk meningkatkan kapasitas mereka, bekerja sama dengan berbagai pihak. Kami ada smart gerobak, smart warung.
Ada program pemanfaatan energi agar tidak perlu mencuri lagi. Kami ada solar panel dll. Bagaimana sistemnya itu terekam.
Dan, kami juga ada kebijakan pajak 5 persen untuk kuliner. Jadi untuk seluruh restoran, pedagang kaki lima, hanya bayar pajak 5 persen. Program ini bertujuan menggiatkan mereka agar terus berinovasi.
Bagi publik di luar Padang Panjang, mengapa mereka harus berkunjung ke sana? Adakah alasan khusus?
Pelajari Minangkabau di Padang Panjang, karena kami memiliki pusat kajian dan dokumentasi di Padang Panjang. Jadi ada Minang Village, berasa sekali di sana itu makan, berolahraga, pergi ke sawah, latihan silat semuanya ala Minangkabau lengkap. Pelajarilah Minangkabau di Padang Panjang.
Menurut Anda, mengapa integritas kepala daerah berbeda-beda. Ada yang berprestasi, biasa saja, bahkan ditangkap KPK?
Saya pikir itu dimulai dengan niat ya. Untuk menjadi wali kota, pemerintah, atau pemimpin sekarang itu perlu komitmen dan pengorbanan. Saya selalu sampaikan integritas. Karena pemimpin hadir untuk berkorban, mengabdi kepada masyarakat. Itu yang utama, kalau niatnya sudah salah, untuk kongkalikong atau menyenangkan beberapa pihak, mengembalikan modal kampanye, itu kan sudah salah.
Untuk menjadi wali kota, pemerintah, atau pemimpin sekarang itu perlu komitmen dan pengorbanan. Saya selalu sampaikan integritas. Karena pemimpin hadir untuk berkorban, mengabdi kepada masyarakat.
Jadi, memang harus berangkat dari pemikiran bahwa negara ini membutuhkan pemimpin-pemimpin. Karena ujung tombaknya adalah wali kota dan bupati. Kalau kami salah, otomatis apapun kebijakan yang bagus dari pusat tidak akan bisa diimplementasikan dengan baik.
Saya yakin, ini perlu berangkat dari niat yang baik. Mudah-mudahan masyarakat dengan sistem demokrasi kita yang lebih bagus ini lebih bisa menilai lebih baik. KPU juga sudah membatasi beberapa hal supaya tidak hanya (calon) yang memiliki kapital besar saja yang bisa maju/memimpin. Tetapi ini pasti masih terus berkembang, semoga masyarakat lebih jeli melihat ketulusan hati dan niat baik dari pemimpin-pemimpinnya nanti.
Apakah semangat itu bisa ditularkan kepada kepala daerah lain?
Saya rasa bisa. Saya baru sebentar saja duduk di sini sudah tertular semangat Bapak Ibu di sebelah saya. Makanya, yang penting itu jangan tertutup. Bukan hanya untuk wali kota, melainkan juga semua. Kita harus open minded dan terus belajar, melihat situasi, dan menerima kritik. Saya kira itu adalah sesuatu yang bisa ditularkan.
Bagaimana caranya?
Tentu kami berharap pemimpin-pemimpin besar di atas kita juga memperlihatkan itu kepada masyarakat banyak, sebagai panutan. Jadi, cara menularkannya adalah dengan bagaimana kita tahu bahwa di posisi kita ini tanggung jawab tidak sama, lebih besar (dari warga biasa). Kita harus jaga itu sebisa mungkin demi Indonesia.