Wali Kota Denpasar: Bekerja Bukan untuk Dapat Penghargaan
Kota Denpasar meraih penghargaan Indeks Kota Cerdas Indonesia 2018 yang diselenggarakan oleh Kompas. Penghargaan diberikan karena Denpasar dinilai berhasil menerapkan konsep kota cerdas atau smart city. Penghargaan itu dimaknai sebagai momentum meningkatkan kinerja bagi pembangunan Denpasar.
Penilaian untuk Indeks Kota Cerdas Indonesia (IKCI) 2018 dilakukan terhadap 93 kota otonom. Ada enam dimensi penilaian IKCI 2018. Dimensi yang dimaksud adalah lingkungan (smart environment), mobilitas (smart mobility), pemerintah (smart government), ekonomi (smart economy), masyarakat (smart people), dan kualitas hidup (smart living).
Agar penilaian setara, kota-kota tersebut dibagi ke dalam empat kategori berdasarkan jumlah penduduk, yaitu Kota Metropolitan, Kota Besar, Kota Sedang, dan Kota Kecil. Hal itu sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Skor penilaian berkisar dari angka 1-100.
Denpasar meraih peringkat satu pada kategori Kota Besar dengan skor 61,7. Sementara itu, peringkat kedua dan ketiga pada kategori serupa ditempati Surakarta dan Malang.
Berikut adalah hasil wawancara Kompas dengan Wali Kota Denpasar IB Rai Dharmawijaya Mantra di Jakarta, Rabu (9/1/2019).
Ini bukan penghargaan pertama yang diperoleh Denpasar. Apa arti atau nilai khusus penghargaan yang diberikan oleh Kompas?
Independensinya yang luar biasa. Kami sebenarnya tidak merasa sedang dinilai. Jadi penilaian ini murni dan tentunya jadi motivasi bagi kami.
Kami pun sebenarnya bekerja bukan untuk memperoleh penghargaan. Tapi, jika kami betul-betul dinilai dan dihargai seperti sekarang, justru kami jadi tahu hasil kinerja kami dan ingin meningkatkannya.
Apa arti penghargaan ini untuk Denpasar?
Arti penghargaan itu sebetulnya monumental atas apa yang telah kami lakukan. Ternyata ada hasilnya meskipun ketika bekerja, kami tidak berharap pada hasil. Tapi dengan ini, kami mampu mengukur kemampuan diri kami sehingga tahu langkah apa yang akan kami ambil selanjutnya.
Program atau kondisi apa yang membuat Denpasar layak menerima penghargaan ini?
Kami bekerja dengan dimensi kesejahteraan yang jelas, baik visi dan misi Denpasar, ada pula culture mission. Artinya, ada dimensi yang jelas untuk isu pertumbuhan dan kebahagiaan masyarakat, seperti daya beli, kesehatan, pendidikan, dan hubungan sosial masyarakat. Nanti kami break down dimensi-dimensi ini menjadi kegiatan dan program kota.
Kami bekerja dengan dimensi kesejahteraan yang jelas, baik visi dan misi Denpasar, ada pula culture mission. Artinya, ada dimensi yang jelas untuk isu pertumbuhan dan kebahagiaan masyarakat, seperti daya beli, kesehatan, pendidikan, dan hubungan sosial masyarakat.
Contoh kegiatan dan program yang dimaksud?
Misalnya, ada anak di Denpasar yang terhambat untuk bersekolah. Mereka sudah dapat beasiswa, baju, dan lainnya. Rupanya, mereka tidak punya biaya untuk jajan di sekolah. Nah di situ kita wajib membantu.
Mereka kami berikan bekal sebesar Rp 5.000-10.000 per hari. Jadi, Dinas Pendidikan akan membuat account (tabungan) untuk mereka. Dalam sebulan, mereka dapat Rp 100.000. Mereka tinggal tarik uangnya di bank karena akun tabungannya dipegang oleh siswa.
Program apa yang akan jadi prioritas selanjutnya?
Ekonomi kreatif. Saya akan melahirkan sejumlah startup untuk mengurangi jumlah pengangguran dan memberikan kesempatan kerja kepada masyarakat muda. Kami juga sedang mempersiapkan tempat dan ekosistem untuk ekonomi kreatif.
Kita harus inklusif dan bisa menyediakan kesempatan bagi semua orang. Kami ingin startup dapat mengasah kemampuan dan mengeksplorasi talenta. Mereka juga tidak perlu kesulitan untuk mendapat izin UKM, modal, dan tempat kerja.
Sekarang usaha izin mikro kecil bisa diurus di kecamatan sekitar lima jam. Izin itu bisa terhubung untuk memperoleh KUR (Kredit Usaha Rakyat) sebesar Rp 1 juta hingga Rp 25 juta. Syaratnya mereka harus jujur. Jika warga perlu virtual office untuk peningkatan kreativitas, kami akan sediakan coworking space tahun ini.
Kami baru saja bekerja sama dengan Pemerintah Kota Perth, Australia dalam bidang startup dan pariwisata. Perth itu bagus sekali dalam memberdayakan komunitas masyrakat.
Selain itu, kami baru saja bekerja sama dengan Pemerintah Kota Perth, Australia dalam bidang startup dan pariwisata. Perth itu bagus sekali dalam memberdayakan komunitas masyrakat. Kami juga punya beberapa partner kerja di luar negeri lainnya, misalnya Korea.
Kami juga sudah berkomunikasi dengan anak-anak muda Denpasar. Ada Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) juga di sana. Sekarang tinggal memperkuat lagi (kerja samanya).
Bagaimana membangun komunitas berbasis masyarakat?
Membangun komunitas itu prosesnya panjang, susah, dan luar biasa lama. Kita ambil contoh komunitas di Sungai Tukad Bindu.
Malah, komunitas di Tukad Bindu yang lebih agresif dibandingkan saya. Setelah bersih, pemerintah pun menjadikan tempat itu sebagai destinasi untuk rekreasi, olahraga, permainan, dan untuk kuliner. Di sana ada Sunday Market juga.
Baca juga: Penghargaan bagi 12 Kota Cerdas
Kalau tidak ada komunitasnya di sana, saya tidak mau habis-habisan bantu mereka (membersihkan sungai). Sebab, bisa saja program di sungai itu tidak dilanjutkan lagi ketika saya tidak lagi menjabat. Nanti kotor dan ada pencemaran lagi.
Saya tidak mau sekadar membenahi sungai. Saya mau sungai itu punya nilai tambah sehingga komunitas masyarakat terbentuk.
Apakah Denpasar punya model panutan sebagai patron pengembangan kota?
Pertama, kita harus punya dimensi (pengembangan) dan visi-misi yang jelas. Ekonomi kreatif jelas ada di target pertama kami. Hal itu juga untuk menjawab isu bonus demografi di masa depan dan ekonomi pariwisata.
Pariwisata itu tidak bisa berdiri sendiri. Harus ada bisnis pendamping. Makanya, saya genjot ekonomi kreatif. Jika salah satu (dari pariwisata atau ekonomi) goyah, maka satunya bisa menopang. Itu yang kami sebut orange economy.
Orang economy ini kondisi ketika tradisi bergabung dengan digitalisasi dan milenial. Patron inilah yang kami pegang untuk membangun karakteristik ekonomi dan kebudayaan di Denpasar.
Kami juga memerhatikan keberlanjutan budaya. Kami ingin menjaga dan mengembangkan ini dengan baik. Sebab, mindset orang tentang Bali adalah kebudayaannya. Itu juga berdampak besar ke pertumbuhan Bali sehingga mengembangkan Denpasar pun tidak boleh jauh-jauh dari aspek kebudayaan.
Kenapa masyarakat luar Denpasar harus mengunjungi Denpasar? Apa yang menjadi nilai khusus?
Denpasar itu jantungnya Bali. Kalau belum ke Denpasar seperti orang tidak punya jantung. Denpasar itu titik nol kilometernya Bali. Selain itu, aspek historis dan spirit di Bali pun luar biasa. (E07)