DEMAK, KOMPAS - Petani cabai di Kabupaten Demak dan Jepara, Jawa Tengah, merugi hingga Rp 10 juta per hektar lahan akibat harga komoditas yang anjlok seiring panen raya tiga hari terakhir. Harga cabai keriting turun menjadi Rp 6.000 per kilogram dari Rp 15.000 per kg. Pasokan melimpah di pasaran jadi kambing hitam.
Minggu (13/1/2019) di sejumlah sentra pertanian di Demak, harga cabai keriting tingkat petani rata-rata Rp 6.000 per kg. Bahkan, ada yang hanya Rp 5.000 per kg. Pekan lalu masih Rp 15.000 per kg.
Sejumlah petani di Desa Kedungori, Jerukgulung, dan Karangrejo, Kecamatan Dempet, Demak, mengaku frustrasi. “Bagi petani, harga rendah itu biasa. Tapi, kali ini yang bikin jengkel dan frustasi, banyak cabai tidak dibeli. Pedagang angkat tangan karena banyak daerah juga panen, termasuk pasar utama di Sumatera,” ujar Nasuka, petani cabai di Kedungori, Demak.
Pada hamparan lahan cabai sekitar 300 hektar (ha) di Desa Kedungori, banyak cabai tak dipanen, dibiarkan membusuk. Banyak berjatuhan di tanah.
Menurut Nasuka, harga ideal bagi petani setidaknya Rp 15.000 per kg. Sebab, biaya tanam cabai tinggi. Untuk lahan seperempat hektar misalnya, modalnya Rp 5 juta, belum termasuk biaya pestisida dan pemupukan Rp 1,5 juta. Jika hanya Rp 6.000 per kg, petani merugi Rp 2,5 juta untuk 0,25 ha atau Rp 10 juta per ha.
Pengurus Kelompok Tani Cabai Sumber Rejeki, Dempet, Ahmad Sukran mengatakan, sebagian petani frustrasi sehingga sempat aksi buang cabai di tengah jalan arah Dempet-Godong di Kabupaten Demak.Itu dilakukan saat petani hendak membawa pulang hasil panen. Di Demak, saat ini 1.000 ha lahan cabai siap panen.
Petani cabai di Welahan, Kabupaten Jepara, Slamet (57), mengatakan, saat ini 200 ha tanaman cabai di desanya mulai panen. Pedagang pengepul, dua pekan lalu sudah memberi peringatan kalau banyak daerah sedang panen cabai keriting, termasuk Sumatera Utara. Sentra cabai di Sumatera Utara dan Jawa Timur menjadi daerah pemasok utama cabai.
“Petani tidak menyangka harga cabai di pasaran bebas juga anjlok hingga Rp 6.000 per kg,” ujar Slamet.
Mutu turun
Slamet mengakui, mutu panen kali ini kurang bagus. Cabai yang ditanam setelah bulan Oktober terlambat kena hujan sehingga tidak maksimal. Belum lagi hama patek yang menyerang tanaman pada umur 1,5 bulan. Tidak banyak lahan yang mampu menghasilkan 5-6 ton per ha. Serangan hama menyebabkan produksi anjlok 5 kuintal hingga 1,5 ton per ha.
Ketua Asosiasi Champion Cabai Indonesia, Tunov Mondro Atmodjo mengatakan, harga cabai mulai turun sepekan sebelum panen. Sebelumnya, harga cabai cukup menguntungkan, Rp 16.000-Rp 22.000 per kg di tingkat petani.
“Kalau harga cabai minggu ini memang ada penurunan. Dua hari lalu masih Rp 12.000 per kg terus turun di angka Rp 6.000 per kg. Harga segitu pasti kualitasnya rendah. Kalau cabai super, saya kira akan naik 2-3 hari ini menjadi sekitar Rp 10.000 per kg,” ujar Tunov.
Dia menambahkan, sentra cabai di Sumatera Utara saat ini juga sedang panen, sehingga daerah itu menutup pasokan cabai dari Pulau Jawa. Ia berharap pemerintah membantu memberi solusi bagi petani cabai yang kini mulai panen. Jika perlu, ada pembelian cabai dari petani dengan harga eceran tertinggi.
Menyusul anjloknya harga cabai di Jateng, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mengeluarkan edaran supaya para aparat sipil negara (ASN) di tingkat pemprov membeli cabai keriting minimal satu kilogram dengan harga Rp 19.000 per kg. Menurut Sekretaris Daerah Jateng, Sri Puryono, pembelian itu bisa dikoordinasi oleh Korpri Mart. Adapun cabai bisa langsung dikirim ke masing-masing bagian ASN.
Dihubungi terpisah, Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan), Suwandi, mengatakan, aksi protes petani di Desa Dempet, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, beberapa hari lalu sudah diselesaikan. Dinas terkait sudah menemui petani tersebut.
"Adapun kesepakatan yang diperoleh adalah menyediakan alat pengering cabai. Di samping itu, petani juga membutuhkan pelatihan untuk membuat pupuk dan pestisida hayati," ujar dia.
Menurut Suwandi, tim Kementan juga telah ke Demak untuk bertemu langsung dengan petani. Tujuannya merealisasikan kesepakatan yang sudah dibuat. Alat pengering rencananya akan dibeli langsung oleh petani. “Mereka beli sendiri karena yang tahu ukuran kan mereka,” kata Suwandi.
Suwandi melanjutkan, pasca-natal dan tahun baru, harga cabai memang turun di Demak. Namun, harga masih di atas biaya modal atau BEP. Untuk petani yang menyewa lahan, BEP berkisar Rp 10.000-Rp 12.000 per kilogram. Adapun BEP untuk petani yang mempunyai tanah sendiri adalah Rp 8.000 per kilogram. (E10)