Rekaman Suara Kokpit Lion Air PK-LQP Ditemukan Setelah Pencarian 2,5 Bulan
Oleh
J Galuh Bimantara
·3 menit baca
KOMPAS/JOHANES GALUH BIMANTARA
KRI SPICA dikerahkan untuk mencari rekaman suara kokpit (CVR) pesawat Lion Air PK-LQP di perairan Karawang, Jawa Barat, Senin (14/1/2019).
JAKARTA, KOMPAS - Proses pencarian kotak hitam Lion Air dengan nomor badan PK-LQP akhirnya membuahkan hasil. Petugas menemukan cockpit voice recorder atau CVR, bagian dari kotak hitam, setelah 2,5 bulan setelah kejadian.
CVR ditemukan pada Senin (14/1/2019) sekitar pukul 09.00. Adapun pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan JT-610 rute Jakarta-Pangkal Pinang jatuh di lepas pantai Karawang, Jawa Barat, 29 Oktober 2018.
"Iya, ditemukan oleh penyelam Kopaska dan Dislambair," tutur Kadispen Koarmada I Letkol Laut (P) Agung Nugroho, dalam keterangan pada Senin pagi.
Pencarian CVR dilakukan dengan kapal KRI Spica.
Sebelumnya, perekam data penerbangan (flight data recorder/FDR) pesawat itu ditemukan pada 1 November. Setelah itu, proses pencarian CVR belum membuahkan hasil.
Investigasi awal
Adapun dari FDR diketahui bahwa pesawat tersebut terbang 385 kali dengan 6 penerbangan di antaranya mengalami kerusakan. ”Dari enam kerusakan, empat kerusakan berurutan dan telah diperbaiki sehingga laik terbang,” kata Kepala Subkomite Penerbangan KNKT Nurcahyo Utomo saat memaparkan hasil investigasi awal di Jakarta, Kompas (29/11).
Pada 28 Oktober, pesawat diterbangkan dari Denpasar ke Bandara Internasional Soekarno- Hatta, Banten. Dalam pemeriksaan sebelum penerbangan, pilot berdiskusi dengan teknisi terkait perawatan pesawat, termasuk informasi penggantian sensor angle of attack (AOA) yang juga telah diuji.
Dalam penerbangan ke Jakarta itu, pesawat mengalami trimming aircraft nose down (AND). Pesawat itu secara otomatis mengarahkan ”hidungnya” ke bawah. ”Pilot memutuskan menghentikan autopilot dan terbang secara manual. Pilot sempat mendeklarasikan pan-pankepada petugas kontrol udara (ATC) karena kegagalan instrumen,” ujarnya.
Setelah terbang 1 jam 36 menit, pesawat mendarat di Jakarta. Pilot pun melaporkan masalah itu kepada teknisi. Laporan ditindaklanjuti dengan perbaikan dan pengetesan operasional di darat. Hasilnya dinilai baik. Namun, masalah serupa terjadi lagi pada penerbangan tujuan Pangkal Pinang, 29 Oktober.
”Saat penerbangan dari Jakarta menuju Pangkal Pinang, pilot tidak bertemu teknisi. Pilot hanya membaca informasi dari buku perawatan yang berisi laporan teknisi. Praktik seperti ini diperbolehkan. Pilot tidak harus bertemu teknisi,” kata Nurcahyo.
Terkait dengan hal itu, President and CEO Lion Air Group Edward Sirait menyatakan, pihaknya akan bersurat kepada KNKT untuk memberikan klarifikasi. Menurut dia, saat di Denpasar, pesawat telah diperbaiki dan dinyatakan laik terbang oleh teknisi.
Managing Director Lion Air Group Daniel Putut Kuncoro Adi merinci perbaikan yang dilakukan teknisi, yakni penggantian AOA atau indikator penunjuk pesawat.
”Para pilot juga sudah konfirmasi bahwa tidak ada masalah. Itu cukup untuk membuktikan pesawat itu laik terbang,” ujar Daniel.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan, investigator KNKT dan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara sedang terbang ke Seattle, Amerika Serikat, untuk memaparkan temuan dan mendiskusikannya dengan produsen pesawat Boeing dan National Transportation Safety Board. Diharapkan ada analisis dan rekomendasi tertentu. ”Karena prosesnya masih berjalan, kami belum memberikan rekomendasi apa pun kepada Lion Air, Boeing, dan pihak terkait lain,” ujarnya.
Pemerhati penerbangan, Alvin Lie, mengatakan, empat kerusakan berturut-turut menunjukkan ada masalah di sistem tersebut. ”Menurut saya, rekomendasi dari KNKT tidak hanya untuk pilot, tetapi juga untuk teknisi dan Boeing,” ujarnya.
Boeing, dalam keterangan yang dirilis pada Selasa (27/11) waktu setempat, dan dimuat di laman resminya, mengapresiasi KNKT atas upaya menyelidiki penyebab kecelakaan. Boeing berkomitmen menjamin keselamatan pesawat, para penumpang, dan kru penerbangan.