Pemain Stapac Jakarta Savon Goodman memenangkan MVP All-Star dan kontes Slam Dunk, pada Minggu (13/1/2019), di GOR Sritex Arena, Solo, Jawa Tengah.
Sejumlah pemain dan pelatih tim-tim IBL tidak menyangka mereka terpilih ke dalam gelaran IBL All-Star 2019. Namun, dari hal yang tidak diduga sebelumnya, mereka justru tampil mengejutkan dan menjadi sorotan utama dalam laga bertajuk “Battle of Supernova” itu.
Bak kisah dongeng, center Stapac Jakarta Savon Goodman menyabet dua gelar sekaligus pada malam IBL All-Star 2019, Minggu (13/1/2019), di GOR Sritex Arena, Surakarta, Jawa Tengah. Pemain yang baru pertama kalinya masuk All-Star itu memenangi gelar most valuable player (MVP) dan kontes Slam Dunk.
Savon mencetak double-double, 39 poin dan 10 rebound. dan membawa Divisi Putih menang 112-109 atas Divisi Merah. Dari tim Divisi Putih, hanya Madarious Gibbs yang mampu mendekati catatannya dengan 22 poin dan 8 rebound.
Sementara itu, pemain asal Amerika Serikat itu juga memenangkan kontes Slam Dunk. Dia mendapatkan nilai nyaris sempurna (9-9-10) dari tiga juri. Nilainya tak mampu didekati oleh peserta lain, M. Sandy Ibrahim, Brachon Griffin, Jammar Andre Johnson, dan Indra Muhammad.
Dua gelar itu seperti jatuh dari langit. Karena, sebelumnya dia tidak terpilih sebagai pemain All-Star. Savon yang mendapatkan 1.264 suara dari penggemar IBL kalah bersaing dengan center Pelita Jaya Kore White (1.319 suara).
Savon masuk ke tim All-Star berdasarkan pilihan pelatih tim Divisi Putih, Giedrius Zibenas, pelatihnya juga di Stapac. Adapun, lima pemain mula masing-masing divisi di All-Star ditentukan oleh pilihan penggemar. Sedangkan, lima pemain cadangan ditentukan pelatih.
“Jangankan memenangkan gelar ini. Bahkan untuk bermain malam ini saja saya tidak menyangka. Karena saya tidak terpilih sebelumnya. Untungnya pelatih memanggil saya,” kata Savon.
Hal serupa juga terjadi di Divisi Merah. Pemain terbaik malam itu adalah Gary Jacobs Jr asal Hangtuah. Jacobs tidak otomatis masuk ke dalam tim All-Star karena hanya mendapatkan 1.092 suara, tertinggal jauh dari Jammar Johnson (1.755 suara).
KOMPAS/KELVIN HIANUSA
Gary Jacobs Jr, Pemain Divisi Merah IBL All-Star 2019
Meski begitu, pelatih Divisi Merah Wahyu Widayat Jati memanggil Jacobs sebagai pemain cadangan. Keputusan Wahyu terbayar lunas saat Jacobs mencatatkan 37 poin, 7 asis, dan rebound. Sayangnya, tembakan tiga poin terakhir Jacobs gagal. Tim Divisi Merah pun harus menelan kekalahan dan Jacobs gagal menjadi MVP.
“Itulah All-Star. Kami memang tidak bisa mengontrol lima pemain inti karena itu hak penonton. Namun, saya sendiri pasti memilih pemain terbaik untuk lima sisanya,” kata pelatih yang berhasil membawa NSH memuncaki klasemen sementara Divisi Merah itu.
IBL All-Star pun menjadi panggung bagi pemain veteran, Kelly Purwanto (35). Meski memulai dari bangku cadangan, pemain yang sudah bermain di liga utama basket nasional selama 15 tahun itu mampu mencuri perhatian 2.500 penonton di GOR Sritex.
Pemain dengan jargon “No Kelly No Party” itu masuk dengan dribel gaya bebas yang atraktif. Dia melakukan dribel melewati kolong kaki, serta operan lewat punggung dan tanpa melihat. Penonton pun menyambutnya dengan tepuk tangan dan sorakan.
KOMPAS/KELVIN HIANUSA
Kelly Purwanto, Pemain Divisi Putih IBL All-Star 2019
“Saya tidak menyangka bisa kembali ke All-Star lagi di usia 35 tahun. Apalagi tahun lalu sempat absen. Kalau saya sih intinya selalu menjaga kondisi tubuh agar bisa berada di performa puncak,” kata pemain yang sudah terpilih All-Star sejak 2005 itu.
Pelatih dari dua Divisi pun sempat mengejutkan penonton. Ghibbi dan Wahyu bukanlah pelatih unggulan saat awal musim. Ghibbi hanyalah debutan bersama Stapac pada musim ini. Sementara itu, tim asuhan Wahyu musim lalu merupakan juru kunci Divisi Merah.
Selain itu, Divisi Merah memiliki pelatih Satria Muda, juara bertahan IBL, Youbel Sondakh. Sementara itu, di Divisi Putih terdapat pelatih Pelita Jaya dan pelatih tim nasional, Fictor Roring.
KOMPAS/KELVIN HIANUSA
Wahyu Widayat Jati, Pelatih Divisi Merah IBL All-Star
Namun, hingga paruh musim. Keduanya mampu membuktikan kehebatannya. Ghibbi kini membawa Stapac menjadi pemuncak Divisi Putih dengan rekor sembilan kemenangan beruntun. Meski rekornya tidak sebaik Ghibbi, Wahyu pun mampu menjadi pemuncak Divisi Merah, melampaui juara bertahan.
“Ya penggemar pasti akan kaget pada awalnya. Namun, kami berhasil membuktikan itu. Dan sekarang lihat kami berada di posisi yang diimpikan semua tim” ucap Ghibbi.
Melihat kejutan-kejutan tersebut, pihak penyelenggara All-Star, My Pertamina, akan meningkatkan kualitas pemilihan pemain. Musim depan, mereka akan meniru NBA yang membebaskan penggemar memilih pemain mana pun dengan tidak membatasi jumlah memilih.