Seni dan Industri Kreatif Tak Tergantikan di Era Revolusi Industri 4.0
Oleh
Kornelis Kewa Ama
·5 menit baca
Dalam dunia digital di era industri 4.0, seni dan kreativitas tak akan tergantikan. Diyakini, seni sejak zaman musik klasik sampai musik moderen tidak mengalami perubahan, meski kemajuan teknologi dan pengetahuan terus berkembang. Kreativitas manusia tidak akan digantikan oleh media robot. Ke depan, karakter dan kreativitas seniman menjadi ukuran sebuah perubahan.
Paling tidak itulah keyakinan Kepala Sekolah Menengah Menengah Musik (SMM) Negeri Agus Suranto ketika membuka “67th SMM Anniversary Consert Of Classical Music” di Bantul, DI Yogyakart, Sabtu (12/1). Dalam kurun waktu 67 tahun itu, sekolah menengah musik Indonesia mengalami berbagai perubahan, diantaranya pergantian nama lembaga, masa (lama) pembelajaran, kepindahan lokasi sekolah, dan perubahan kurikulum.
“Perubahan memang terus berlanjut di segala bidang. Termasuk diantaranya perubahan era kemajuan suatu zaman. Dalam revolusi industrki 4.0 yang sedang dihadapi saat ini, seni dan industrik kreatif menjadi salah satu yang dinilai unggul dan tetap original, sementara yang lain-lain bisa bergeser dan dikerjakan oleh robot. Seni dan industri kreatif tidak akan pernah diganti robot. Meski pun revolusi industri terus menerus berupaya menggeser dan mengalihkan tugas-tugas manusia untuk dikerjakan oleh mesin,” tambah Agus.
Agus mengatakan, seni dan kreativitas butuh aspek-aspek khusus yang tidak dimiliki sebuah robot, ciptaan manusia. Dalam dunia seni musik dan industri kreativitas, yang dibutuhkan adalah imaginasi, perasaan, inovasi, nilai rasa, empati, simpati, dan kedalaman jiwa untuk menyelami. Hal ini tidak dimiliki oleh mesin digital mana pun.
Karena itu seni musik dan industri kreatif tetap eksis dan hidup. Ini keunggulan seni musik dan industri kreatif, yang bisa membedakan peran manusia dengan peran dunia robot atau mesin. Keunggulan ini akan dimanfaatkan dunia seniman untuk terus bertahan dan berinovasi, dengan mengandalkan kekuatan jiwa, imaginasi, inovasi, dan kreativitas.
Guna mencapai sasaran ini perlu sumber daya manusia yang handal. Perlu dipertahankan dan ditingkatkan adalah karakter manusia, dalam hal ini seniman dan pelaku industri kreatif. Karakter ini sama dengan watak atau soft skill, artinya sifat batin yang mempengaruhi seluruh pikiran, perasaan, perilaku, budi pekerti, dan tabiat seseorang. Karakter ini sangat menentukan perkembangan sebuah seni musik, dan industri kreatif.
Selain itu, ada unsur luar yang bersifat dukungan untuk mengembangkan seni dan industri kreatif itu. Unsur luar itu berupa ketersediaan sarana, prasarana, dan kebijakan (aturan). Jika hal-hal ini dipenuhi, seni dan industri kreatif diyakini tetap digandrungi masyarakat umum, meski dunia memasuki era 4.0.
Karakter ini sama dengan watak atau soft skill, artinya sifat batin yang mempengaruhi seluruh pikiran, perasaan, perilaku, budi pekerti, dan tabiat seseorang.
Musik klasik ini musik yang tumbuh pada abad 19 dengan tingkat kesulitan tersendiri, tetapi tetap menjadi musik favorit dalam dunia musik sampai hari ini. Musik jenis ini tidak akan digantikan oleh kekuatan mesin robot sekalipun.
Ia mengatakan, revolusi industri pertama ditandai dengan penemuan mesin uap, pesawat, dan kereta api. Revolusi industri kedua ditandai dengan penemuan listrik, bahan kimia, dan minyak. Revolusi industrik ketiga ditandai dengan penemuan komputer, internet, dan ponsel.
“Sekarang kita berada di revolusi industri 4.0. Meski di era ini banyak yang berubah terutama kehadiran robot di segala bidang, tetapi robot tidak bisa menggantikan peran seni, dan industri kreatif,”kata Agus.
Ia mengajak para tamu undangan menikmati konser musik yang dibawakan oleh para siswa SMM. “Silakan bapak ibu mendengar dan menginterprestasikan, itu sah-sah saja termasuk juga cara komponis dan aransemen,”katanya.
Pada kesempatan itu, para siswa SMM membawakan empat lagu klasik. Lagu klasik pertama, The Messiah karya George Fredric Handel dengan konduktor Fajar Ganif, staf guru SMM Bantul Yogyakarta. The Messiah dibawakan dalam karya orkestra solo dan paduan suara. Musik klasik ini ditampilkan pertama di Dublin, 13 April 1741.
Lagu klasik kedua, yakni Trio In E Mayor karya Yoseph Hayden, ditulis tahun 1797 dengan genre kategories for violin, cello, piano, kemudian diedit oleh Fredrick Hertmann (1828-1907). Trio In E Mayor dibagi tiga bagian yakni gitar satu, gitar dua, dan gitar tiga. Ansemble gitar ini dengan konduktor Andi Nusantara (staf guru SMM).
Musik klasik ketiga Alleluya karya Wolfgang Amadeus Mozart, ditulis di dalam Jubilate tahun 1065. Alleluya dinyanyikan pertama oleh Mozart saat masih di bawah umur.
Musik klasik keempat, yakni The 9th Symphony of Ludwig van Beethoven dengan konduktor Fajar Ganif. Simfoni ini merupakan salah satu karya terbaik Beethoven, 1809-1812.
Lagu terakhir yakni musik modern berjudul Finlandia karya Jean Sibelius, sebuah karya musik klasik paling populer pada tahun 1899 dan direvisi 1900. Karya ini diyanyikan pertama tahun 1899. Finlandia merupakan sebuah simfoni musik yang terbagi dalam tujuh bagian. Simfoni ini tetap populer dalam setiap konser musik dunia.
Musik ini dibawakan para siswa dalam sebuah simfoni orkestra dengan konduktor Gempu Irianto, guru SMM.
Pada kesempatan itu diadakan pemotongan tumpeng untuk peringatan HUT ke-67 SMM dan peniupan lilin oleh Kepala SMM, diikuti para guru, tamu, dan perwakilan siswa. Juga diberikan penghargaan kepada para konduktor yang sukses membimbing para siswa untuk tampil.
Visi sekolah ini menjadi SMM, sebagai sekolah musik yang profesional bertaraf internasional dengan misi melaksanakan pembelajaran dengan kurikulum yang berlaku, melaksanakan pembelajaran dengan sistem individu, penguasaan pembelajaran, sistem modular, berbasis produksi, dan pelatihan berbasis kompetensi, dan menjalin kemitraan dengan komunitas, lembaga, atau seniman di bidang musik, dan menciptakan suasana harmonis dan kekeluargaan bagi semua warga sekolah.
Prinsip koordinasi, sinkronisasi, integrasi dalam melaksanakan tugas sehari-hari, pada unit masing-masing senantiasa ada koordinasi, integrasi dan koordinasi baik ke dalam maupun keluar lingkungan sekolah untuk kelancaran tugas dan pengembangan sekolah.
Risdianto (53) salah satu penikmat seni yang hadir pada konser itu mengatakan, musik klasik yang ditampilkan para siswa SMM tidak jauh berbeda dengan konser musik klasik asli. Perbedaan hanya terlihat pada penampilan para pemain, yakni tampak para siswa SMM masih sangat muda tetapi sudah sangat piawai memainkan sebuah orkestra dengan harmonis.
“Anak-anak ini harus lebih banyak diberi ruang untuk tampil, tidak hanya di Yogyakarta tetapi juga di luar Yogyakarta, bila perlu ke luar negeri. Mereka memiliki talenta yang hebat di bidang musik,”kata Risdianto.
Meski di era ini banyak yang berubah terutama kehadiran robot di segala bidang, tetapi robot tidak bisa menggantikan peran seni, dan industri kreatif