“Bukankahbeberapa program yang anda janjikan seperti pembentukan badan khusus penerimaanpajak juga sudah diinisiasi oleh pemerintahan sekarang?Bagaimana anda bisa meyakinkan kami dampaknya akanberbeda?”
Pertanyaan tanpa basa-basi ini disampaikan dalam bahasa Inggris oleh seorang wartawan berambut pirang kepada Mantan Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli. Dengan menggunakan mikrofon, politisi senior itu pun terus langsung memberikan jawaban dengan lantang. Setelah beberapa menit memberikan jawaban, pertanyaan-pertanyaan kritis lainnya pun terus mengalir kepada para narasumber yang berada di depan hadirin.
Itulah suasana pertemuan foreign press briefing atau konferensi pers asing yang digelar oleh Badan Pemenangan Prabowo-Sandi pada Jumat (11/1/2019) sore lalu, yang menjadi edisi ketiga sejak masa kampanye jelang Pemilihan Presiden 2019.
“Ini untuk membangun relasi yang lebih dekat, tanpa gap, dengan mereka. Istilahnya silahturahmi,” kata Irawan sambil tersenyum.
Dalam pertemuan hari itu, hadir beberapa wartawan media luar negeri seperti dari kantor berita Kyodo News dan Jiji Press Jepang, CNN News Asia, Straits Times Singapura serta surat kabar Wall Street Journal.
Di permukaan, acara ini digelar dengan tujuan untuk menyediakan kesempatan bagi para wartawan media asing mendapatkan informasi yang komprehensif dan berinteraksi langsung dengan tim sukses paslon nomor urut 02 tersebut.
“Kalau hanya doorstop (wawancara singkat) seusai acara-acara begitu kan tidak mendalam, sambil lalu. Tetapi juga kalau wawancara satu per satu waktunya tidak cukup,” tutur Direktur Hubungan Luar Negeri Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi Irawan Ronodipuro.
Namun, seperti dalam masa kampanye, setiap keputusan dan manuver yang dibuat oleh sebuah tim sukses pasangan capres-cawapres memiliki motif dan tujuan yang tersirat. Hal ini pun diakui oleh Irawan.
Kalangan oposisi harus senantiasa menunjukkan perkembangan diri dan menyampaikan persepsinya atas dunia.
Ia mengungkapkan bahwa acara ini tidak dibuat hanya semata-mata untuk memberikan informasi kepada pers, tetapi juga memiliki motif untuk membangun jembatan dengan dunia mancanegara. “Ini untuk membangun relasi yang lebih dekat, tanpa gap, dengan mereka. Istilahnya silahturahmi,” kata Irawan sambil tersenyum.
Memperlancar pemberitaan mengenai Prabowo-Sandi pun juga menjadi tujuan yang ingin dicapai oleh Irawan. “Kami kan nggak punya media. Terus bagaimana kami bisa lancar berkomunikasi dengan media? Timbul lah gagasan membuat (foreign press briefing),” ujar Irawan.
Peningkatan citra
Upaya menarik perhatian dunia luar negeri bagi oposisi memang menjadi agenda yang penting, menurut Peneliti Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes. Ia mengatakan, selama ini, pemberitaan tentang oposisi di media internasional tidak sebanyak dari sisi pemerintahan yang sedang berjalan. Untuk itu, perlu sebuah kondisi yang memperbesar kemungkinan media internasional dapat mengangkat citra Prabowo.
Pengajar Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran Teuku Rezasyah pun menyampaikan pandangan yang serupa. Menurut dia, ini terlihat dari kunjungan Prabowo ke berbagai acara internasional, seperti bertemu PM Singapura Lee Hsien Loong di acara yang digelar majalah The Economist.
“Kalangan oposisi harus senantiasa menunjukkan perkembangan diri dan menyampaikan persepsinya atas dunia. Ini sudah menjadi tradisi juga di negara-negara maju seperti Inggris dan Australia,” kata Rezasyah.
Pemberitaan tentang oposisi di media internasional tidak sebanyak dari sisi pemerintahan yang sedang berjalan.
Razasyah mengatakan, upaya kubu Prabowo-Sandi untuk membangun komunikasi dengan media asing secara khusus memang normal dilakukan. Acara seperti ini menjadi penting bagi kubu paslon nomor urut 02 dalam menghadapi berbagai isu dan kritik yang muncul dan berseliweran dalam dunia yang serba digital saat ini, menurut Rezasyah.
“Dengan acara ini dunia bisa melihat sisi kenegarawan Pak Prabowo serta menjelaskan kritik-kritik dunia dan masyarakat Indonesia atas peranan beliau pada tahun 1998. Ini mekanisme mencerdaskan masyarakat Indonesia dan dunia sehingga mereka memiliki cara pandang yang lebih objektif atas Pak Prabowo,” pungkas Rezasyah.