Mengadopsi cerita rakyat mengenai sejarah yang menghubungkan Bali dan Daha (Kediri), Teater Sendiri Jakarta mengemas pertunjukan teatrikal Calon Arang secara kekinian. Bukan hanya itu, sang sutradara Nawir Hamzah memboyong para pekerja dari sejumlah media televisi sebagai pemainnya.
Para pemain yang biasanya tampil di layar kaca membawakan berita kali ini harus berakting dengan tampilan kostum ala kerajaan Bali. Pementasan yang berlangsung pada 10-11 Januari 2019 tersebut berlokasi di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat.
Pertunjukan ini menceritakan seorang dukun bernama Calon Arang. Sifatnya yang penuh amarah dan dendam menjadikan rakyat sebagai korban.
Karakter Calon Arang, dimainkan oleh Maria Anneke yang bekerja sebagai presenter Kompas TV, menyuguhkan akting yang tak kalah dengan pemain teater profesional yang lain. Didukung riasan dan kostum bak tokoh antagonis, bahkan kulit wajahnya dibuat berwarna abu-abu seperti tokoh Mak Lampir.
”Yang paling penting, cerita ini mengingatkan bahwa kejahatan Calon Arang adalah kejahatan yang tak pernah mati. Sama halnya dengan kebajikan yang datang dan menghilang, kemudian datang lagi,” ujar Nawir Hamzah di Jakarta, Jumat (11/1/2019).
Ia mempunyai seorang putri bernama Ratna Manggalih yang belum juga menemukan jodohnya meski sudah dewasa. Kemudian, datang seorang laki-laki bernama Mpu Bahula yang merupakan putra dari Mpu Bharadah hendak mempersunting Ratna Manggalih.
Celetukan satire
Namun, di balik semuanya itu, tersimpan maksud bahwa menikahi Ratna hanya untuk mengetahui kelemahan Calon Arang. Meski pada akhirnya buku pusaka milik Calon Arang berhasil dicuri dan ia kalah, kejahatan dan murkanya tetap tertinggal.
Kejahatan-kejahatan tersebut akan ada dalam rupa berbeda. Itulah sumpah Calon Arang sebelum lenyap dari kancah pertempuran dengan Mpu Bharadah.
Penyesuaian dengan konteks situasi politik di Indonesia sekarang membuat banyak penonton tertawa. Celetukan-celetukan satire atau sindiran seperti perdebatan antara ”kampret” dan ”kecebong”, bahkan sindiran bahwa wartawan mudah dicurigai, menjadi bahan intermeso.
Nawir mengatakan, pemain yang merupakan pekerja media tentu sudah akrab dengan situasi politik saat ini sehingga akan lebih mudah menyampaikan pesan.
”Suatu hari mungkin saya akan mengajak anggota DPR bermain supaya anggota DPR yang lainnya datang dan dia dengar keluhan kita,” celetuk Nawir.
Kejahatan-kejahatan tersebut akan ada dalam rupa berbeda. Itulah sumpah Calon Arang sebelum lenyap dari kancah pertempuran dengan Mpu Bharadah.
Untuk menampilkan sebuah pertunjukan yang apik, kental dengan nuansa kolosal yang dipadukan gaya kekinian, dibutuhkan waktu lebih kurang satu tahun. Hal ini mengingat pemain yang sebagian besar jurnalis mempunyai jadwal pekerjaan yang padat. Hanya satu kali dalam seminggu bertemu untuk latihan.
Menurut Nawir, teater harus berinovasi. Cerita yang diangkat merupakan legenda lama, tapi harus diperbarui agar tidak ketinggalan zaman. Hal tersebut juga sebagai salah satu upaya untuk memasyarakatkan teater.
Kendala waktu dan sponsor
Maria Anneke sebagai lakon utama sekaligus pemimpin produksi dalam teater tersebut menyebutkan, kendala utama yang dihadapi adalah waktu dan sponsor. ”Jadwal kami sebagai jurnalis agak susah untuk dipadukan bersama. Makanya, membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan teater profesional,” ucapnya.
Anneke menjajal dunia teater sejak lima tahun terakhir. Ia tertarik karena teater membuat seseorang menjadi lebih baik, artinya tidak sekadar meraih penonton, tetapi juga belajar menyampaikan rasa kepada penonton.
Hal tersebut berpengaruh juga pada pekerjaannya yang jadi lebih berani, lebih tahu apa yang ingin disampaikan, lebih memahami manusia daripada sebelumnya, dan yang paling utama menciptakan percaya diri.
Adapun menurut salah satu penonton, Azizah (27), pertunjukan yang dibawakan Teater Sendiri dengan lakon Calon Arang tersebut layak untuk ditonton. Walaupun harga tiket lebih murah dibandingkan pertunjukan teater lainnya, kualitas akting, cerita, dan kostumnya tidak main-main.
Menonton teater baginya mempunyai keseruan tersendiri jika dibandingkan dengan menonton film di bioskop. ”Teater itu ceritanya unik dan rada bikin mikir. Serunya lagi, mainnya secara langsung, jadi kualitas aktingnya bisa dilihat secara nyata,” ujar Azizah yang ditemui seusai menonton pertunjukan Calon Arang. (FRANSISCA NATALIA ANGGRAENI)
Editor:
M Fajar Marta
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.