SURABAYA, KOMPAS — Kota Surabaya kembali meraih tiga penghargaan sekaligus dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Pada awal 2019, Kota Surabaya juga mendapat penghargaan ketiga kalinya sebagai kota cerdas.
Semua pekerjaan mengubah kota dan melengkapinya dengan berbagai fasilitas dan kemudahan agar warganya sejahtera. ”Jadi, tujuan utama dari kerja keras bukan untuk mengumpulkan penghargaan. Justru semakin mendapat apresiasi dari berbagai lembaga, berarti seluruh insan di lingkungan Pemkot Surabaya harus bekerja lebih optimal lagi,” kata Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini di Surabaya, Sabtu (12/1/2019) malam.
Pada pengujung 2018, kota dengan penduduk 3,5 juta jiwa ini sukses meraih penghargaan kota terpopuler dari Guangzhou International Award.
Kepala Bagian Humas Pemkot Surabaya Fikser mengatakan, Pemkot Surabaya kembali mendapat tiga penghargaan yang bakal diterima Kota Surabaya. Ketiganya ialah Adipura Kencana, Kinerja Pengurangan Sampah, dan Nirwasita Tantra. Penghargaan akan diterima dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada Senin (14/1/2019) serta diserahkan langsung oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Menurut Fikser, sejak kepemimpinan Wali Kota Risma tahun 2010, Surabaya tercatat sudah delapan kali berturut-turut menerima penghargaan Adipura. Surabaya dinilai konsisten mewujudkan kebersihan dan keindahan kota.
Mengurangi sampah sambil secara bertahap menata kota mulai dilakukan Risma ketika menjabat Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya pada 2005.
Penataan kota semakin gencar dengan memperluas ruang terbuka hijau lewat pembuatan ratusan taman yang seluruhnya tanpa pagar serta menggelar kompetisi kebersihan kampung atau rukun tetangga (RT). Kesadaran masyarakat untuk menata lingkungan, termasuk mengolah dan mengurangi sampah, terus meningkat.
Menurut dosen Jurusan Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Warmadewanthi, bertambahnya jumlah penduduk berpotensi meningkatkan volume sampah yang dihasilkan. Gaya hidup zero waste perlu digalakkan agar produksi sampah terus berkurang.
Kesadaran dan komitmen mulai dari warga, swasta, hingga pemerintah turut menjadi kunci keberhasilan dalam pengurangan dan pengelolaan sampah.
Warmadewanthi menyebutkan, penelitian pada 2016 menunjukkan bahwa timbunan sampah yang dihasilkan warga Surabaya rata-rata 0,4 kilogram per hari. Jumlah ini lebih rendang dibandingkan standar yang dipakai KLHK sebanyak 0,7 kg per orang per hari.
”Warga Surabaya mulai berperilaku dan melakukan gaya hidup bebas sampah sehingga produksi sampah terus berkurang,” ujarnya.
Kini, setiap hari sampah yang dihasilkan sebanyak 3,34 juta warga Surabaya diperkirakan sekitar 1.336 ton. Sampah plastik menempati urutan kedua terbanyak dengan 19 persen di bawah sampah organik sebanyak 54 persen.
Jika dihitung jumlah warga, volume sampah plastik sebanyak 92.651 ton atau sekitar 277.954 meter kubik per tahun. Adapun yang menjadi timbunan karena belum terkelola sekitar 50 persen atau 138.977 meter kubik per tahun.