Potensi Kerugian Pariwisata Akibat Tsunami Rp 42,72 Miliar
Oleh
Dwi Bayu Radius/Harry Susilo/Prayogi Dwi Sulistyo
·2 menit baca
SERANG, KOMPAS – Potensi kerugian sektor pariwisata di Banten dan Lampung akibat tsunami Selat Sunda beberapa waktu lalu mencapai Rp 42,72 miliar. Jumlah tersebut dihitung berdasarkan kamar-kamar hotel yang kosong dan batalnya kunjungan wisatawan.
Menteri Pariwisata Arief Yahya di sela Rapat Koordinasi Pemulihan Pariwisata bertema “Selat Sunda Bangkit” di kawasan wisata Anyer, Kabupaten Serang, Banten, Jumat (11/1/2019), mengatakan, informasi itu berasal dari Asosiasi Agen Perjalanan Indonesia (ASITA) dan Badan Pusat Statistik (BPS).
“Saya sendiri belum menghitung potensi kerugian pariwisata karena tsunami tapi berdasarkan contoh-contoh yang sudah terjadi, jumlah itu tak terlalu salah,” katanya. Potensi itu pun dihitung sejak tsunami terjadi, Sabtu (22/12/2018) hingga akhir Desember lalu.
Wisatawan yang membatalkan kunjungannya selama rentang waktu tersebut sebanyak 21.362 orang. Potensi itu juga dihitung berdasarkan 10.681 kamar hotel yang kosong. “Dampak bencana terhadap pariwisata begitu buruk. Sebelumnya, di Bali juga begitu,” kata Arief.
Sementara itu, Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Banten juga menyampaikan potensi kerugian akibat tsunami dengan jumlah mencapai hampir Rp 500 miliar. Potensi tersebut dihitung berdasarkan hotel-hotel yang rusak di Banten.
Selain itu, terdapat taksiran kerugian versi Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Serang dengan jumlah Rp 10,66 miliar. Taksiran itu dihitung sesuai kerusakan hotel-hotel di Kabupaten Serang. Pembatalan pesanan kamar hotel juga menyebabkan potensi kerugian lain senilai Rp 15,15 miliar.
Berdasarkan data dinas tersebut, jumlah wisatawan pada 24 Desember 2018-1 Januari 2019 ditaksir mencapai 123.455 orang. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pandeglang juga menyampaikan kerugian karena kerusakan tujuan wisata Tanjung Lesung sebesar Rp 150 miliar.
Jika tsunami tak terjadi, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Tanjung Lesung pada 24 Desember 2018 hingga 1 Januari 2019 diperkirakan mencapai 158.720 orang. Sepinya kawasan ekonomi khusus itu menyebabkan potensi kehilangan pendapatan sebesar Rp 2,5 miliar.
“Saya sebutkan contoh daerah lain yang pariwisatanya lesu karena bencana, yaitu Lombok (Nusa Tenggara Barat),” kata Arief. Potensi wisatawan mancanegara yang batal berkunjung ke karena gempa di pulau tersebut sekitar 100.000 orang per bulan.
Gubernur Lampung Muhammad Ridho Ficardo mengatakan, banyak tujuan wisata di Lampung yang terkena dampak tsunami. Pantai Tanjung Tuha, Minang Rua, dan Belebuk di Kecamatan Bakauheni, Kabupaten Lampung Selatan misalnya, sangat memprihatinkan. Gazebo dan pondok di pantai-pantai itu rusak.
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung bersama para pengelola hotel, restoran, agen perjalanan, dan maskapai penerbangan berupaya memulihkan pariwisata. Paket wisata dengan tarif terbaik ditawarkan tetapi tak menurunkan kualitas pelayanan.