Manusia sejatinya tidak boleh menyombongkan diri. Demikian juga atlet, tidak berhak untuk sombong. Sekalipun sudah berprestasi, mereka harus rendah hati dan terus bersemangat meraih prestasi-prestasi lain.
”Saya memang sengaja memilih tema khotbah Jumat tentang Hakikat Sombong. Tema itu sangat umum dan sesuai dengan jemaah yang hadir yang sebagian besar atlet sepeda. Saya mau memotivasi mereka untuk jangan mudah puas, apalagi sombong. Kejarlah cita-cita dan prestasi setinggi-tingginya,” ujar ustaz Abdul Wahid Aromdoni seusia memimpin shalat Jumat di Velodrom Internasional Jakarta, Rawamangun, Jakarta Timur, Jumat (11/1/2019).
Kejuaraan Asia Balap Sepeda Trek (ATC) 2019 sangat berbeda pada Jumat ini. Waktu rehat dibuat lebih panjang sejak pukul 11.00 hingga 14.00. Panitia pun mengosongkan sebagian lapangan yang ada di tengah velodrom. Semua itu dilakukan untuk mengakomodasi ibadah shalat Jumat.
Kehangatan pun terjalin saat shalat Jumat. Atlet dan pelatih Muslim dari setiap negara peserta ATC 2019, seperti Indonesia, Malaysia, Iran, Uni Emirat Arab, dan Uzbekistan, sejenak mengesampingkan persaingan. Kali itu, mereka bersandingan untuk sama-sama beribadah.
Ibadah itu pun membuat orang-orang non-Muslim yang ada di velodrom takjub, terutama orang-orang asing. Ada yang khusyuk melihat ritual ibadah shalat Jumat. Dan, ada pula jurnalis yang semangat mendokumentasikannya.
Ustaz Abdul Wahid yang menyampaikan khotbah, mengangkat tema Hakikat Sombong. Ia ingin para atlet itu tidak boleh mudah sombong jika sudah berprestasi. Apalagi, kesombongan ini rawan menghantui diri manusia, terutama orang-orang berprestasi dan populer seperti atlet. Kalau sombong sudah menghantui, niscaya kehancuran akan datang pada diri orang bersangkutan.
Sebagaimana pesan Ustaz Abdul Wahid saat khotbah, sejak zaman Rosul Muhammad SAW, orang-orang sombong pasti diberi azab oleh Allah SWT, yakni menderita di dunia hingga akhirat. Demikian dewasa ini. Apabila ada rasa sombong di hati, kehancuran pula akan datang pada orang bersangkutan.
Untuk atlet, rasa sombong bisa membunuh motivasi mereka menjadi lebih baik. Sebab, kadang kalah, sombong membuat atlet malas dan juga mudah meremehkan sesuatu. Akhirnya, prestasi mereka pun bisa terperosok. ”Untuk itu, kita jangan pernah sekali-kali merasa sombong,” kata Ustaz Abdul Wahid.
Bagi Ustaz Abdul Wahid, menjadi pengkhotbah dan imam shalat Jumat di tempat olahraga kali ini adalah pengalaman pertama untuk dirinya. Sebelumnya, ia hanya memimpin sholat dan menyampaikan khotbah di masjid-masjid atau di lapangan terbuka.
Menyambut baik
Para pelatih dan atlet menyambut baik inisiatif panitia menyelenggarakan shalat Jumat di dalam velodrom. Sebab, hal itu membuat atlet ataupun pelatih bisa segera fokus kembali pada persiapan sebelum lomba. ”Kalau keluar lagi, akan banyak waktu terbuang,” kata pelatih balap sepeda paralimpiade Malaysia, Salihfuddin bin Mohammad Nuh.
Velodrom Internasional Jakarta, Rawamangun, adalah stadion balap sepeda trek internasional yang dibangun untuk Asian Games 2018. Arena itu dianggap sebagai salah satu yang terbaik di Asia. ”Tempat ini sudah sangat baik. Kami senang Indonesia ada ini. Kehadiran arena ini bisa meningkatkan persaingan balap sepeda di negara Asia Tenggara, bahkan Asia,” pungkas Salihfuddin.
ATC 2019 diselenggarakan dari 8-13 Januari. Ketua Bidang Pertandingan Pengurus Besar Ikatan Sport Sepeda Indonesia (PB ISSI), yang juga Ketua Panitia Penyelenggara ATC 2019, Parama Nugroho mengatakan, ATC 2019 melombakan 70 nomor, yaitu 44 nomor untuk pebalap umum dan 26 nomor paracycling atau balap sepeda paralimpiade untuk atlet berkebutuhan khusus. Lebih dari 250 atlet asing yang mendaftar pada tiga kategori, yakni elite, yunior, dan paracycling.
ATC 2019 adalah kejuaraan yang masuk dalam kalender Persatuan Balap Sepeda Internasional (UCI) dan menyediakan poin untuk kualifikasi Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo 2020. Ketua Umum PB ISSI Raja Sapta Oktohari menjelaskan, ATC 2019 merupakan salah satu upaya memudahkan atlet Indonesia mengumpulkan poin ke Tokyo 2020. Kegiatan di Velodrom Internasional Rawamangun itu juga meringankan biaya perawatan yang mencapai Rp 1,2 miliar per bulan.
Hingga Jumat pukul 14.30, Indonesia sudah meraih 2 medali emas dan 4 perunggu. Salah satu medali emas disumbangkan Muhammad Fadli Imammudin di nomor individual pursuit (IP) 4.000 meter kelompok C4-C5.