Industri Makanan dan Minuman Diprediksi Tumbuh Lebih Cepat Tahun Ini
Oleh
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Industri pengolahan terutama makanan dan minuman diprediksi akan tumbuh lebih cepat tahun ini. Perhelatan pemilu tahun ini dinilai akan mendorong permintaan makanan dan minuman. Selain itu, industri makanan dan minuman relatif tidak terpengaruh gejolak nilai tukar mengingat sebagian besar bahan bakunya berasal dari dalam negeri.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara Jumat (11/1/2019) di Jakarta mengatakan, pada kuartal III 2018, industri makanan dan minuman tumbuh di kisaran 8 persen. Angka ini di atas rata-rata pertumbuhan industri.
"Di masa pemilu biasanya ada dorongan tingkat konsumsi rumah tangga di kelas menengah bawah. Hal ini akan berimplikasi positif pada pertumbuhan industri makanan dan minuman," ujar Bhima.
Dalam rilis Bank Indonesia yang diterbitkan Kamis (10/1/2018), kinerja sektor industri pengolahan pada triwulan IV tahun 2018 berada pada level ekspansi. Hal ini terlihat dari nilai Prompt Manufacturing Index (PMI) Bank Indonesia (BI) yang sebesar 51,92 persen.
Sementara itu, hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan IV tahun 2018 menunjukkan kegiatan usaha dan investasi sektor industri pengolahan terindikasi meningkat dengan saldo bersih tertimbang (SBT) sebesar 0,32 persen dan 2,71 persen.
Peningkatan kinerja industri pengolahan didorong oleh kenaikan volume produksi yang sejalan dengan pesanan yang terus meningkat. Berdasarkan rincian subsektor, ekspansi kinerja sektor industri pengolahan terjadi pada subsektor industri alat angkut, mesin dan peralatannya.
Adapun untuk kinerja sektor industri pada triwulan I tahun 2019 diperkirakan akan terus ekspansif. Hal ini terindikasi dari PMI-BI yang berada pada fase ekspansi dengan indeks yang meningkat menjadi sebesar 54,75 persen.
Peningkatan ini terutama didorong oleh kenaikan volume produksi. Sejalan dengan ekspansi PMI-BI, SBT kegiatan usaha sektor Industri Pengolahan triwulan I tahun 2019 tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan SBT triwulan sebelumnya. Berdasarkan rincian subsektor, ekspansi kinerja sektor Industri Pengolahan diprakirakan pada subsektor industri makanan, minuman dan tembakau.
Selain industri makanan dan minuman, Bhima memandang industri tekstil dan pakaian jadi serta industri alas kaki juga akan tumbuh positif di tahun 2019.
Tekstil dan pakaian jadi menurut Bhima tumbuh 10 persen pada kuartal IV tahun 2018. Industri ini berorientasi ekspor, sehingga perang dagang membuat mereka harus berganti orientasi ke pasar dalam negeri. Kinerja sektor ini akan terbantu dengan maraknya pamasaran di platform e-dagang.
"Di tahun pemilu pesanan kaos partai dan atribut kampanye pasti akan meningkatkan pertumbuhan sektor ini," tambah Bhima.
Bhima menuturkan, prospek alas kaki bagus pada tahun ini karena permintaan dalam negeri cukup stabil.
Tenaga kerja
Pada rilis PMI-BI juga disebutkan bahwa pada triwulan I tahun 2019, indikator jumlah tenaga kerja sektor industri pengolahan diperkirakan ekspansi dengan indeks sebesar 51,14 persen. Peningkatan penyerapan jumlah tenaga kerja ini untuk mendukung ekspansi kegiatan usaha.
Bhima berpendapat, serapan tenaga kerja di industri manufaktur dalam beberapa tahun masih meningkat, meskipun masih kalah jika dibandingkan dengan serapan tenaga kerja di sektor lain.
Industri manufaktur kebanyakan mengandalkan penanaman modal asing. Sementara itu, investor asing memiliki kecenderungan untuk berhati-hati dalam berinvestasi, terlebih pada tahun politik.
"Perluasan penanaman modal asing yang lambat akan berpengaruh terhadap serapan tenaga kerja. Cara yang terbaik saat ini adalah memacu produktivitas yang ada," tutur Bhima.
Meski ada tantangan pada investasi asing, industri manufaktur dinilai masih menjadi penopang serapan tenaga kerja terbanyak setelah sektor pertanian.
Perluasan penanaman modal asing yang lambat akan berpengaruh terhadap serapan tenaga kerja. Cara yang terbaik saat ini adalah memacu produktivitas yang ada
Optimisme serupa juga disampaikan oleh Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) Adhi S Lukman. Adhi mengatakan, meski menghadapi sejumlah tantangan, industri makanan dan minuman akan tetap tumbuh. Dengan demikian, tingkat penyerapan tenaga kerja di bidang industri manufaktur khusunya makanan dan minuman juga akan tumbuh.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani mengatakan, ekspansi pada sektor makanan dan minuman ini mampu memberikan dampak berganda dari hulu ke hilir. “Dari industri bahan baku sampai dengan ujung restoran, semuanya akan mendapatkan dampak peningkatan yang merata pada ekspansi tahun ini,” pungkas Hariyadi. (KRISTI DWI UTAMI)