MATARAM, KOMPAS - Pemerintah dan para pihak lain diharapkan menggelar pertemuan atau kegiatan lain di Lombok, Nusa Tenggara Barat, agar turut mengangkat ekonomi daerah. Meeting, Incentive, Convention, Exhibition (MICE) tahun 2018 memutar roda bisnis, seperti hotel yang sepi tamu pascagempa Juli-Agustus 2018.
“Pertemuan di hotel-hotel akan mendongkrak tingkat kunjungan wisatawan ke Lombok," kata Ketua Asosiasi Hotel Mataram (AHM) Ernanda Agung, yang juga General Manager Hotel Golden Palace Lombok,Kamis (10/1/2019) di Mataram.
Pascagempa Lombok, kementerian dan lembaga menggelar rapat di hotel-hotel di Lombok. Itu mendorong pemulihan ekonomi, khususnya sektor pariwisata. "Teman-teman dari kementerian dan lembaga lain, kalau bikin acara pada datanglah ke Lombok," ujar Darmin Nasution, Menko Bidang Perekonomian, dalam acara Sosialisasi dan Bimbingan Teknis Sistem Online Single Submission (OSS) di Mataram.
Menurut Darmin, hal sama pernah dilakukan setelah serangan bom di Bali tahun 2004. Kemudian, semua kementerian/lembaga menggelar kegiatan secara bergantian, sehingga lambat-lambat perekonomian Bali hidup lagi.
Ernanda berharap kegiatan kementerian dan lembaga menggelar rapat di Lombok tetap dilanjutkan tahun 2019. "Saya mohon pemerintah, terutama pusat untuk mengarahkan program MICE ke Lombok sebagai langkah sangat bagus bagi pemulihan pariwisata," katanya.
Hal senada dikatakan Stevy Yasinta, Public Relation Hotel Kila Senggigi, Lombok Barat. Obyek wisata itu masih sepi kunjungan. Selain karena bukan musim libur, wisatawan masih terpengaruh gempa Lombok dan pemberitaan gempa.
Kondisi saat ini membuat tingkat hunian hotel hanya 27 persen dan maksimal 30 persen dari 166 kamar, termasuk vila. “Adanya rapat-rapat di Lombok, selain kamar terjual, makanan juga terjual,” ucap Stevy.
Jumlah kunjungan juga dipengaruhi harga tiket pesawat terbang dari dan ke Lombok, yang malah lebih mahal harga tiket ke luar negeri. Sebelum gempa, rute Lombok-Jakarta yang semula sekitar Rp 900.00 malah naik menjadi Rp 1,7 juta. Bahkan, mendekati Rp 2 juta. Adapun rute Lombok-Surabaya Rp 770.000, yang semula Rp 400.000-Rp 500.000.
General Manager Hotel Santika Lombok di Mataram, Reza Bovier, mengatakan. selain harga tiket mahal, maskapai penerbangan juga diminta berkoordinasi dengan para pemangku kepentingan dan mengavaluasi jam kedatangan. “Kalau terbang jam 20.00 WIB dari Bandung, sampai Mataram jam 22.00-23.00 Wita, dengan catatan tidak ada penundaan, jadi waktunya kurang tepat,” katanya.
Oleh karena jam terbang kurang tepat, menurut General Manger Hotel Cocotinus Jelantik di Sekotong Barat, Lombok Barat, banyak yang membatalkan kunjungan. Umumnya, tamu hotel ini terbang dari Kuala Lumpur, Malaysia, ke Lombok menumpang Air Asia dengan lama kunjungan tiga hari. Penerbangan dari Malaysia tiba di Lombok pukul 20.00 Wita. Mereka harus mengurus dokumen kemigirasian, lalu menuju penginapan sekitar pukul 00.00 Wita.
Artinya, masa kunjungan maksimal tiga hari terpotong sehari untuk perjalanan udara serta penyelesaian urusan administrasi. “Kalau tiba pagi hari dari Malaysia, masih ada kesempatan tamu untuk tour,” tutur Jelantik.