Kepedulian Warga Tangerang Bangkit di Reruntuhan Rumah yang Terbakar
Oleh
·4 menit baca
Rumah Kasruh (49) di Gang Dahlia, Sukasari, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang, Banten menjelma simpul kepedulian warga, Rabu (9/1/2019). Meskipun rumahnya luluh lantak dilahap kobaran api, ibu satu anak ini masih tersenyum. Dia bangga masih ada kepedulian di antara para tetangganya untuk meringankan beban.
Kamis (10/1/2019) siang, sebuah baskom penuh nasi putih, satu kotak berisi puluhan tempe dan ikan pindang, beberapa piring jengkol, serta orek tempe telah dihidangkan di rumah Ana (60) yang berjarak satu rumah dari Kasruh. Beberapa saat kemudian, ibu-ibu setempat yang menyiapkan makanan memanggil bapak-bapak dan para pemuda makan bersama.
"Warga kompak, tadi yang masak warga RT 004 RW 010 juga," kata Kasruh yang bekerja serabutan. Seorang ibu lain menambahkan, mereka semua sudah seperti saudara, sehingga wajar bila saling membantu.
Menjelang waktu salat, Kasruh mendapatkan pinjaman baju gamis dari Ana. Sejak kebakaran, ia masih mengenakan baju yang sama. Setelah azan dikumandangkan, seseorang dari Masjid Nurul Amin di Jalan Sukabakti II mengambil alih mikrofon dan megafon, kemudian menyerukan penggalangan bantuan.
"Alhamdulillah, sudah terkumpul Rp 10 juta dari warga Sukabakti untuk saudara-saudara kita yang tertimpa musibah kebakaran. Diperkirakan dana yang dibutuhkan untuk empat rumah adalah Rp 40 juta. Mari kita membantu yang kesusahan agar amal ibadah kita diridhoi," ujar suara dari masjid.
Bantuan psikologis juga mengalir. Para warga dari gang lain di pemukiman padat itu datang menengok para korban kebakaran. Mereka mendengarkan pengalaman para korban, kemudian bertukar salam dengan menempelkan pipi satu sama lain sembari mendoakan.
Pemerintah Kota Tangerang juga ikut meringankan beban Kasruh dan pemilik tiga rumah lain. Ana mengatakan, Kelurahan Sukasari dan Palang Merah Indonesia (PMI) cabang Kota Tangerang telah menyumbangkan bahan makanan, antara lain beras dan susu.
"Bantuan cepat datang karena pemerintah tanggap. Warga juga sudah menyumbang sedikit uang, bantu dengan makanan, bahkan juga baju-baju," kata Ana.
Kebakaran terjadi pada Rabu (9/1/2019) sore sekitar pukul 15.30 Waktu Indonesia Barat. Warga menduga, api muncul dari arus pendek listrik di rumah Kasruh dan cepat merembet ke rumah Juleha (52) di sisi selatan dan rumah kosong di sisi utara karena ketiganya berada dalam satu petak yang dindingnya menjadi satu. Asal-usulnya, tanah tersebut dibeli secara patungan.
Sementara itu, api merembet ke rumah keempat di pojok gang karena, dugaan warga, mengikuti hembusan angin. Para warga yang melihat kobaran api pun membantu dengan menyiram air seadanya.
Tidak lama kemudian, enam mobil pemadam kebakaran tiba di lokasi. Sebagian petugas naik ke menara masjid dan menyemburkan air dari atas. Beberapa yang lain memadamkan api dari luar Gang Dahlia. Akibat kebakaran ini, empat keluarga di tiga rumah harus mengungsi.
Tak sempat
Saat api mulai membara, Kasruh sedang bekerja di daerah Kalideres, begitu pula suami, anak, dan keponakannya. Mendengar kabar via telepon bahwa rumahnya terbakar, ia segera pulang. "Tetapi, api sudah terlanjur besar, sedangkan pintu dikunci. Saya enggak sempat nyelamatin apa-apa, cuma baju yang nempel di badan ini," kata dia.
Sementara itu, Juleha merasa bersyukur bisa menyelamatkan diri dari amuk Si Jago Merah. Sore itu, ia sedang di rumah ketika tetiba mencium bau kabel terbakar.
"Saya kira kabel terbakar itu di rumah saya. Tapi tiba-tiba api udah gede terus merembet dari sebelah (rumah Kasruh). Saya dan anak-anak saya langsung lari keluar," kata Juleha.
Kepanikan menjadi penyebab utama mereka tidak bisa menyelamatkan barang-barang berharga ketika kebakaran. Juleha mengatakan, ia hanya mengatahui berbagai tips kebakaran dari televisi, namun ia bingung saat peristiwa terjadi. Baik Juleha maupun Kasruh belum pernah menerima penyuluhan penyelamatan diri dari kebakaran di kelurahan.
Data Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Tangerang, sejak 2015 hingga 2018, sebanyak 77 dari 104 kelurahan di Kota Tangerang telah menerima penyuluhan kesiapsiagaan kebakaran. Adapun 29 sisanya akan ditargetkan selesai sepanjang tahun ini.
Bimbang
Pascakebakaran, Kasruh berencana mengungsi ke rumah kerabatnya di Kalideres, sementara Juleha akan menuju kerabatnya yang juga di Sukasari. Namun, keduanya masih belum memiliki bayangan apa yang harus diperbuat untuk memulai lagi kehidupannya.
Sidik (59), suami Kasruh, juga bimbang dengan masa depan keluarganya. Sebelumnya, ia berniat merapikan susunan kabel semrawut di rumahnya yang baru dipugar secara gratis oleh pihak Kelurahan Sukasari. Namun, ia belum memiliki uang karena bengkelnya di Poris Plawad digusur. "Udah ada masalah itu, sekarang rumah terbakar," kata dia.
Juleha pun tak kalah galau. Ketika menyelamatkan diri dari api yang merembet dan menyambar, ia lupa membawa hasil berdagang ketoprak sebesar Rp 2,5 juta. Ia juga tak mengetahui bahwa suaminya menyimpan uang tunai Rp 30 juta di dalam rumah.
"Dia dagang di depan bank, saya kira hasil jualannya ditabung di bank juga. Habis semuanya. Tapi ya sudah lah, yang penting bisa selamat," ujarnya.
Di tengah ketidakpastian dan kegalauan, para korban kebakaran mengharapkan bantuan pemerintah untuk membangun lagi rumah beserta dinamika yang tumbuh di dalamnya bersama keluarga. Kendati begitu, setidaknya mereka masih bisa tersenyum dalam kebersamaan. (Kristian Oka Prasetyadi)