Warga mendatangi Kantor Pegadaian Unit Pelayanan Cabang Labuan,di Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten, Rabu (9/1/2019). Pascatsunami Selat Sunda, transaksi gadai di kantor pegadaian ini menurun 30 persen dibandingkan hari biasa.PANDEGLANG, KOMPAS – Lebih dari dua pekan usai tsunami Selat Sunda, aktivitas perkantoran dan bisnis sudah berjalan normal di Pandeglang, Banten. Kendati demikian, volume transaksi usaha dan penjualan menurun.
Di Kantor Pegadaian Unit Pelayanan Cabang Labuan, Kecamatan Labuan, Pandeglang, transaksi gadai harian pascatsunami menurun 30 persen dibandingkan hari biasa, yang mencapai Rp 300 juta per hari.
“Nasabah yang datang pun lebih sepi dibandingkan biasanya,” ujar Kepala Kantor Pegadaian Unit Pelayanan Cabang Labuan Sandy Kharisma, saat ditemui, Rabu (9/1/2019).
Sandy mengungkapkan, jumlah nasabah yang datang ke Kantor Pegadaian Unit Pelayanan Cabang (UPC) Labuan bisa sampai 50-100 orang per hari sebelum bencana terjadi. Namun, usai tsunami menerjang pesisir Banten 22 Desember 2018 silam, nasabah hanya berkisar 10-20 orang per hari.
“Mayoritas nasabah yang datang untuk menggadaikan barang elektronik. Terutama setelah banjir,” ucap Sandy.
Empat hari pascatsunami atau pada 26 Desember 2018 lalu, banjir memang merendam sebagian permukiman warga di Desa Labuan dan Desa Cigondang, Kecamatan Labuan, akibat luapan Sungai Cipunten Agung. Sebagian wilayah itu adalah area terdampak tsunami. “Karena sebagian rumah warga kebanjiran, jadi banyak yang menggadaikan televisi, kulkas, dan mesin cuci,” kata Sandy.
Selain transaksi gadai, pembayaran pinjaman kredit mikro juga tersendat karena sebagian besar nasabah yang menerima kredit terkena dampak tsunami. Setidaknya 50 persen dari nasabah pinjaman mikro merupakan penyintas tsunami.
“Nasabah untuk kredit mikro kebanyakan nelayan dan para pedagang di pesisir. Jika memang mereka menjadi korban tsunami akan kami ajukan agar ada keringanan pembayaran,” kata Sandy.
Kantor Pegadaian UPC Labuan sendiri sudah beroperasi sejak Rabu (26/12/2018). Kantor ini berjarak setidaknya 1 kilometer dari garis pantai dan tidak terdampak tsunami. “Karyawan kami juga tidak ada yang rumahnya terkena tsunami. Operasional kantor berjalan seperti biasa,” tutur Sandy.
Uum (42), warga Desa Labuan, Kecamatan Labuan, salah satu nasabah, mendatangi kantor pegadaian pada Rabu (9/1/2019) untuk menebus cincin emasnya yang sudah digadai. Dia baru sempat ke kantor pegadaian karena sebelumnya sibuk membenahi rumah. Meskipun tidak terkena tsunami, rumah Uum terendam banjir akibat luapan Sungai Cipunten Agung.
Penjualan turun
Selain transaksi jasa gadai dan kredit mikro, sektor bisnis lain juga terdampak. Penjualan sepeda motor di PT Mahkota Inti Sejahtera, misalnya, merosot drastis pascatsunami. PT Mahkota Inti Sejahtera adalah selaku dealer penjualan sepeda motor Suzuki, Kawasaki, dan Viar di Kecamatan Labuan.
Mahdi, pegawai bagian penjualan di PT Mahkota Inti Sejahtera, mengakui, penjualan sepeda motor Suzuki, Kawasaki, dan Viar turun lebih dari 50 persen dibandingkan hari normal sebelum bencana. Adapun penjualan sepeda motor baru efektif seminggu terakhir atau sejak Rabu (2/1/2019).
“Empat hari sesudah tsunami atau setelah Natal kantor sudah buka tetapi belum menjual sepeda motor. Sebab, (sepeda motor) yang di dealer diamankan dulu khawatir terkena tsunami susulan. Baru seminggu ini penjualan baru berjalan lagi,” kata Mahdi.
Menurut Mahdi, selama seminggu terakhir sepeda motor yang terjual baru empat unit. Padahal, pada hari biasa sebelum bencana rata-rata penjualan 2-3 unit sepeda motor per hari atau 15 unit sepeda motor per minggu.