Pemkot Denpasar Genjot Pengembangan Ekonomi Kreatif
Oleh
Pascal S Bin Saju
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah Kota Denpasar, Bali, berencana menggenjot pengembangan ekonomi kreatif dari segala aspek sebagai program prioritas. Dalam pelaksanaannya, komunitas masyarakat dari sejumlah kalangan di wilayah itu akan dilibatkan.
”Ekonomi kreatif menjadi program prioritas kami. Selain itu, kami juga akan melahirkan sejumlah start up (perusahaan rintisan) untuk mengurangi jumlah pengangguran dan memberi kesempatan kerja kepada masyarakat muda,” kata Wali Kota Denpasar IB Rai Dharmawijaya Mantra di Jakarta, Rabu (9/1/2019).
Ia menyampaikan hal itu pada acara pemberian penghargaan Indeks Kota Cerdas Indonesia (IKCI) 2018 yang diselenggarakan harian Kompas. Denpasar memperoleh peringkat pertama (terbaik) untuk kategori kota besar. Selain Denpasar, ada 11 kota lain di Indonesia yang memperoleh penghargaan IKCI 2018, antara lain Surabaya, Padang Panjang, dan Manado.
Menurut Rai, persiapan pengembangan ekonomi kreatif tengah dilakukan, yaitu dengan membuat ekosistem rintisan. Untuk itu, Pemkot Denpasar mempermudah perolehan izin usaha mikro kecil dari segi waktu. Izin tersebut dapat diurus di kantor kecamatan dalam waktu sekitar lima jam.
Pemkot Denpasar mempermudah perolehan izin usaha mikro kecil dari segi waktu. Izin tersebut dapat diurus di kantor kecamatan dalam waktu sekitar lima jam.
”Izin itu juga bisa untuk mengakses KUR (kredit usaha rakyat) sebesar Rp 1 juta hingga Rp 25 juta. Syaratnya adalah warga harus jujur. Mereka tidak perlu kesulitan mendapat izin UKM (unit kecil menengah), modal, dan tempat kerja. Jadi, pelaku start up bisa mengasah kemampuan dan mengeksplorasi talenta mereka,” tutur Rai.
Jumlah UMKM di Denpasar pun meningkat selama beberapa tahun terakhir. Mengutip dari laman resmi Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, UMKM di Denpasar pada 2013 berjumlah 11.575. Pada 2014, jumlahnya meningkat menjadi 11.877 UMKM.
Sementara itu, pada 2015 tercatat ada 11.905 UMKM di Denpasar. Jumlah itu meningkat signifikan pada tahun selanjutnya. Ada 30.761 UMKM pada 2016 dan 30.840 UMKM pada 2017.
Di sisi lain, Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Kota Denpasar mencatat ada 31.826 UKM di Denpasar. Ini dikutip dari laman resmi dinas tersebut pada 9 Januari 2019.
Menurut Rai, pengembangan ekonomi kreatif dilakukan untuk memperkuat ekonomi pariwisata di Denpasar. Namun, keduanya tidak bisa dikembangkan secara maksimal tanpa pelibatan aspek kebudayaan. Sebab, kebudayaan menjadi roh bagi pembangunan Denpasar selama ini.
Pelibatan komunitas
Komunitas masyarakat akan dilibatkan dalam pengembangan ekonomi kreatif di Denpasar. Hal itu bertujuan agar masyarakat dapat menjalankan dan mengembangkan sendiri usahanya sesuai karakteristik komunitas.
”Misalnya, waktu itu kami membersihkan Sungai Tukad Bindu bersama komunitas masyarakat. Setelah bersih, sungai itu kini punya nilai tambah buat masyarakat. Sekarang sungai itu menjadi destinasi wisata, olahraga, bermain, bahkan destinasi kuliner,” tutur Rai.
Menurut dia, pelibatan komunitas harus sejalan dengan pembangunan ekosistem rintisan. Artinya, pemerintah dan komunitas harus terlibat bersama.
Wali Kota Denpasar juga menambahkan, komunikasi dengan sejumlah komunitas di Denpasar sudah dilakukan untuk pengembangan ekonomi kreatif. Selain itu, kerja sama dengan sejumlah pihak juga dilakukan.
”Kami baru saja bekerja sama dengan Pemerintah Kota Perth, Australia, pada aspek start up dan pariwisata. Mereka bagus sekali dalam memberdayakan komunitas masyarakat dari segala kalangan. Selain itu, kami juga menjalin kerja sama dengan Korea dalam hal ini,” ucap Rai. (SEKAR GANDHAWANGI)