Mengonsep Ulang Pasar Rakyat
Pasar tradisional cenderung tumbuh negatif, sementara pasar modern tumbuh cepat. Namun, terobosan bisa membuat pasar rakyat tumbuh dan tetap hidup sebagai ”rumah”.
Tahun ini, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan merevitalisasi 21 pasar tradisional atau pasar rakyat. Tiga di antaranya akan dilengkapi dengan bioskop rakyat, yaitu Pasar Kenari, Pasar Teluk Gong, dan Pasar Metro Atom. Targetnya, bioskop rakyat itu akan diluncurkan saat Lebaran.
Bioskop rakyat itu hasil kerja sama antara PD Pasar Jaya dan Persatuan Artis Film Indonesia. Bioskop akan terdiri atas 4 studio berkapasitas 50 orang. Film yang akan diputar tidak hanya dari luar negeri, tetapi juga film-film nasional, dokumenter, dan indie.
Lantaran tujuannya adalah menghibur masyarakat kecil, tiket bioskop akan dibuat lebih murah. Untuk masyarakat umum Rp 20.000 per orang, sedangkan pemegang Kartu Jakarta Pintar Rp 15.000 per orang. Tiket bioskop seharga Rp 15.000 per orang itu juga berlaku untuk para pekerja penanganan sarana dan prasarana umum DKI Jakarta.
Di beberapa daerah lain, pasar rakyat diintegrasikan dengan wisata dan usaha kecil menengah. Pasar Titi Kuning di Medan, misalnya, tak hanya menyediakan kebutuhan harian, tetapi juga suvenir dan oleh-oleh khas daerah setempat. Hanya saja, kerja sama dengan pelaku jasa travel dan wisata untuk mendatangkan wisatawan ke pasar itu belum berjalan optimal.
Di Balige, Sumatera Utara, Pasar Balige menjadi salah satu tujuan wisata. Pasar yang kerap disebut Pasar Onan itu memiliki enam deretan bangunan rumah adat yang disebut Balerong dengan hiasan lukisan Gorga dan ornamen arsitektur Batak.
Di Jayapura, Papua, pemerintah membangun Pasar Mama-mama. Kendati bangunannya modern, pasar itu memuat sebagian kearifan lokal serta kerajinan dan makanan khas Papua. Pemerintah setempat mengembangkan pasar itu sebagai pasar budaya melalui program ”Tong Maju”. ”Tong” atau ”katong/kitong/kitorang/torang” dalam dialek Papua berarti ”kita”.
Program itu antara lain pendampingan para mama Papua menjadi pedagang dan perajin usaha rumah tangga, termasuk kerajinan dan kuliner khas Papua. Pasar itu juga dilengkapi dengan ruangan Rumah Anak Harapan yang diperuntukkan bagi anak-anak pedagang untuk belajar dan menimba keterampilan.
Revitalisasi dan pembangunan 5.000 pasar rakyat memang menjadi program lima tahun pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Dalam kurun 2015-2018, Kementerian Perdagangan serta Kementerian Koperasi dan UKM telah merevitalisasi dan membangun 4.181 pasar rakyat.
Pada tahun depan, 1.037 pasar rakyat akan direvitalisasi dan dibangun sehingga totalnya melebihi target, yaitu 5.218 pasar. Kementerian Perdagangan mencatat, total dana pembangunan dan revitalisasi pasar selama kurun 5 tahun itu sebesar Rp 12,74 triliun.
Konsep revitalisasi dan pembangunan pasar itu memang tidak hanya sekadar bangunan fisik. Konsepnya menyangkut pula pengelolaan pasar, kearifan lokal, dan integrasi pasar dengan sektor-sektor lain. Pada akhir tahun ini, konsep itu perlu dilihat kembali karena masih banyak pasar yang setelah dibangun mangkrak dan warga setempat atau pedagang lama kurang mendapat tempat.
Integrasi pasar dengan sektor-sektor lain, terutama pertanian dan wisata, juga perlu dilihat kembali. Berbagai terobosan kreatif sejumlah pemerintah daerah bisa menjadi percontohan.
Gagasan utama revitalisasi pasar adalah agar pasar rakyat tidak kalah bersaing dengan pasar modern. Survei AC Nielsen menyebutkan, jumlah pasar rakyat di Indonesia berkurang. Pada 2007, ada 13.550 pasar rakyat di Indonesia. Namun, jumlahnya berkurang menjadi 13.450 unit pada 2009, bahkan merosot menjadi 9.950 unit pada 2011. Perbandingan pertumbuhan pasar rakyat terhadap pasar modern juga cukup drastis. Pertumbuhan pasar rakyat minus 8 persen, sebaliknya pasar modern tumbuh 31,4 persen.
Rumah ekonomi
Dalam tulisan ”Pasar Tradisional: Rumah Budaya dan Rumah Ekonomi”, karya Aris Saputra dan Wiharto, Ketua dan Sekretaris Pasamuhan Pedagang Pasar Tradisional Surakarta, di buku Rumah Ekonomi Rumah Budaya: Membaca Kebijakan Perdagangan Indonesia (2012), pasar bukan sekadar tempat berdagang. Pasar adalah rumah. Di dalamnya ada persaudaraan antarpedagang, kedekatan antara pedagang dan pembeli, serta tempat membaurnya berbagai orang dari berbagai latar belakang.
Bagi mereka, pasar sebagai salah satu cermin filosofi demokrasi dan kearifan budaya lokal yang lentur atas sesama manusia. Mereka bebas bertransaksi, tawar-menawar harga secara terbuka, tanpa ada paksaan banderol harga.
Ketika pasar modern menjual konsep kekinian, pasar rakyat bisa diperkaya dengan konsep tradisional khas daerah, kearifan lokal setempat, dan mempromosikan spot-spot foto yang instagramable. Pasar-pasar khas daerah yang memiliki sejarah dan bangunan bersejarah perlu dipertahankan.
Pasar rakyat bisa diberdayakan sesuai karakteristik dan potensi daerah. Pasar bisa memberikan nilai tambah bagi daerah ketika menjadi tempat mempromosikan dan menjual produk-produk khas daerah. Banyak usaha dan industri kecil menengah yang tidak punya akses pasar. Karena itu, pasar rakyat diharapkan bisa memberikan tempat bagi mereka.
Di sisi lain, regulasi pembangunan pasar modern perlu ditegakkan. Masih banyak pemerintah daerah yang memberikan izin pembangunan pasar modern berdekatan dengan pasar rakyat. Ke depan, fungsi pasar sebagai barometer harga pangan pokok, serta rumah budaya dan rumah ekonomi orang kecil, perlu terus dihidupkan.