JAKARTA, KOMPAS — Pelaku usaha rintisan teknologi finansial semakin fokus menyasar segmen komunitas warga di berbagai daerah. Hal ini karena segmen tersebut dinilai dapat memunculkan potensi ekonomi.
Hal itu dilakukan usaha teknologi finansial (tekfin) berbasis perencanaan keuangan, PT RUMA, atau dikenal dengan nama Mapan. Salah satu program mereka, yaitu Arisan Mapan, menggunakan konsep arisan untuk mempertemukan warga dengan pihak penyedia barang.
Direktur Utama Mapan Hendra Tjanaka di Jakarta, Senin (7/1/2019), mengatakan pangsa pasar dari program ini tersebar di sekitar Jawa hingga Bali. Lewat program cicilan kolektif berbentuk arisan, pihaknya menarik minat kalangan ibu rumah tangga dan warga yang sudah berkeluarga.
"Konsep arisan adalah hal yang paling dekat dengan masyarakat Indonesia, terutama yang ada di daerah-daerah atau kawasan sub-urban," kata Hendra dalam jumpa pers di Bulungan, Jakarta Selatan.
Arisan Mapan mensyaratkan satu orang ketua dengan jumlah anggota sekitar 4-10 orang. Setiap anggota kemudian dapat mencicil bayaran selama tenggat yang disepakati, sambil menunggu giliran menerima barang arisan yang telah mereka tentukan setiap bulan.
Program arisan tersebut Hendra gunakan untuk melihat pola kebutuhan barang warga di berbagai daerah. Kemudian, ia memanfaatkan data itu untuk memasok kebutuhan warga melalui kemitraan dengan usaha daerah setempat.
"Lewat aplikasi Mapan di gawai, kami dapat melihat pola kebutuhan mereka terhadap barang. Kami semacam mempertemukan konsumen dan produsen lewat katalog barang Mapan," kata Hendra.
Lewat cara itu, ada lebih dari 30 katalog barang yang dapat dicicil oleh 2.300 anggota. Barang yang dihasilkan dari usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di berbagai daerah itu diberi merek ulang, disesuaikan harga dan kualitasnya agar dapat dijangkau oleh segmen warga yang dituju.
Menurut Direktur Kebijakan Publik Asosiasi Fintech Indonesia (Aftech) Ajisatria Suleiman, sejumlah pelaku tekfin telah mengembangkan layanan ke daerah. Sebagian besar dari mereka fokus dengan potensi wilayah kota-kota besar di Jawa, seperti Yogyakarta dan Surabaya (Kompas, 26/12/2018).
Pelaku tekfin asal daerah juga mengusahakan ekspansi. Sebagai contoh, Fresh Time, usaha tekfin pengiriman sayur dan buah organik di Semarang, Jawa Tengah, sedang menargetkan ekspansi pasar ke Jogjakarta dan Surabaya.
Selain itu, sejumlah tekfin e-dagang juga mulai menyasar jasa pembiayaan usaha di daerah. Bulan Desember 2018 lalu, Kementerian Keuangan bermitra dengan perusahaan tekfin Bukalapak, Go-pay, T-cash, dan T-money untuk pembiayaan usaha ultramikro.
Harapan pertumbuhan
Hendra yakin banyak potensi daerah yang belum tergarap. Ia mengatakan, anggota Arisan Mapan sebanyak 2.300 orang itu meningkat dari tahun 2017 yang jumlahnya sekitar 1.000 orang.
"Di sejumlah daerah, masih banyak potensi usaha yang belum bertemu dengan target pasar mereka. Melalui data kebutuhan yang disampaikan anggota, kami berharap dapat menemukan produsen lokal yang turut membantu kebutuhan tersebut," kata Hendra. (ADITYA DIVERANTA)