SUKABUMI, KOMPAS – Relokasi bagi penyintas longsor di Kampung Garehong, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, direncanakan akan tetap berada di Taman Nasional Gunung Halimun. Hanya saja penentuan lokasi tidak mudah. Sebab, tidak mudah mencari lokasi yang aman dari longsor sekaligus ideal bagi lahan pertanian warga.
Bupati Sukabumi Marwan Hamami mengatakan, pihaknya telah duduk bersama dengan Gubernur Jabar Ridwan Kamil dan pihak Taman Nasional Gunung Halimun terkait relokasi. Rencananya, relokasi warga tidak jauh dari tempat saat ini, masih berada di area taman nasional.
"Kami mencermati di mana ada ruang yang memungkinkan di sekitar taman nasional. Jangan sampai kita buka lahan baru di taman nasional tetapi jauh dari permukiman sekarang. Harus dekat juga dengan mata pencaharian pertanian mereka," ujar Marwan usai meninjau korban longsor pada Sabtu (5/1/2019).
Untuk memastikan lokasi relokasi kelak aman dari kemungkinan longsor, sebelum lokasi ditetapkan, pemerintah akan meminta rekomendasi dari Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) serta Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Namun, menurut Marwan, relokasi tidak mudah karena warga meminta relokasi ke tempat baru yang bisa dijadikan area persawahan. Padahal, daerah sekitar taman nasional memiliki struktur tanah seperti Kampung Garehong, yang rawan longsor jika lereng gunung dijadikan sawah.
"Ini yang masih kami pertimbangkan. Karena susah juga. Mereka kan sudah turun temurun bertani dan sudah ketergantungan mencari kehidupan dari sana," katanya.
Kepala Sub-bidang Gerakan Tanah Wilayah Barat di Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Sumaryono, mengatakan, pemerintah sudah seharusnya mengedukasi warga terkait risiko longsor. Edukasi lebih mudah karena longsor baru saja terjadi.
"Jika masyarakat diizinkan bertani di lereng, sama saja mengulang kesalahan. Harusnya tak buat bertani. Selama ini, kan, pertanian sampai ke atas-atas. Kalau lahan basah apalagi daerah lereng, potensi longsornya tinggi, seperti terjadi di Kampung Garehong," tutur Sumaryono.
Salah satu korban longsor, Arnasa (60), tidak masalah dengan relokasi. Namun, dia meminta pemindahan itu tidak terlalu jauh. Jika pindah, Arnasa akan sulit mencapai lokasi persawahan, yang sebelumnya terletak sekitar lima kilometer dari rumahnya.
"Saya memilih bertani di lahan lebih datar sekitar lima kilometer dari sini. Kalau jalan kaki sekitar 1,5 jam. Kalau dipindahkan ke dusun lain, saya tidak bisa garap sawah itu, jadi tidak punya pekerjaan nanti," tuturnya.