Pengungsi Pulang dan Abaikan Ancaman Anak Krakatau
Oleh
Benediktus Krisna Yogatama
·3 menit baca
LAMPUNG SELATAN, KOMPAS — Sebanyak 179 pengungsi asal Pulau Sebesi dan Pulau Sebuku memilih kembali pulang dari lokasi pengungsian di Kecamatan Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan, Minggu (6/1/2019) pagi. Kerinduan akan rumah serta keinginan mengurus sawah dan kebun membuat mereka mengabaikan peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau.
Untuk bisa kembali pulang, para pengungsi menumpang enam kapal motor yang telah disiapkan Pemkab Lampung Selatan. Kapal-kapal motor itu berangkat dari Dermaga Canti, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan.
Sebelumnya, 179 pengungsi itu berangkat dari tempat pengungsian mereka di Gedung Tenis Indoor Kalianda dan SDN 1 Way Urang Kalianda menuju Dermaga Canti dengan menumpang enam kendaraan. Enam kendaraan itu adalah 3 bus milik Pemkab Lampung Selatan, 2 mobil TNI AD, 1 truk satpol PP.
Adapun rinciannya 135 orang dari Gedung Tenis Indoor merupakan pengungsi asal Pulau Sebesi dan 44 orang dari SDN 1 Way Urang merupakan pengungsi dari Pulau Sebuku.
”Hari ini kami memulangkan mereka sesuai keinginan dan desakan mereka kepada pemkab,” ujar Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lampung Selatan I Ketut Sukerta, Minggu (6/1/2019).
Ia mengatakan, keputusan memulangkan mereka sudah memperhitungkan aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau. Meski demikian, lanjut Ketut, pihaknya tetap bersiaga mengantisipasi risiko terburuk.
”Secara jarak, dua pulau itu yang paling dekat dengan Gunung Anak Krakatau. Semoga tidak ada lagi bencana,” ujar Ketut.
Iman (40), warga Sebesi yang memilih kembali pulang, mengatakan, dia dan keluarganya rindu rumah. Belum lagi dia memiliki 0,5 hektar sawah dan kebun yang harus diurus seusai terbengkalai selama 14 hari mengungsi.
”Sebetulnya di pengungsian juga enak. Kebutuhan tercukupi, tetapi merasa bosan di sana. Banyak kerjaan juga di rumah,” ujar Iman.
Ia mengaku tidak mengkhawatirkan aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau. Tidak hanya itu, dia juga tidak terlalu memedulikan perpanjangan status tanggap darurat tsunami di Kabupaten Lampung Selatan yang diperpanjang hingga dua pekan ke depan.
”Rumah kami juga jauh dari pantai. Bertahun-tahun gunung itu aktif, kami juga tidak apa-apa,” ujar Iman.
Setelah bertahan selama lebih kurang 2 pekan, para pengungsi mulai memilih kembali pulang. Pada Sabtu (5/1/2018), pemkab juga memfasilitasi kepulangan 112 pengungsi dari dua pulau itu. Selain itu, para pengungsi juga sudah banyak yang pulang secara mandiri
Tetap bertahan
Meski demikian, sebagian besar warga masih bertahan di pengungsian. Dengan demikian, jumlah warga dua pulau itu yang masih berada di pengungsian adalah 771 orang.
Juwita (45) memilih bertahan di pengungsian lantaran kondisi pengungsian yang nyaman dan kebutuhan terpenuhi. Ia khawatir dengan adanya letusan Gunung Anak Krakatau membuat pasokan barang ke Pulau Sebesi menurun.
”Nanti kalau gunungnya meletus, barang susah ke pulau. Di sana tidak ada makan segala, nanti repot. Kami tunggu di sini saja sampai suasana tenang,” ujar Juwita.