Pasca-Tsunami, Penyintas Kebingungan Melanjutkan Usaha
Oleh
PRAYOGI DWI SULISTYO
·3 menit baca
PANDEGLANG, KOMPAS--Warga di Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten, masih bingung melanjutkan usaha dan memilih tempat tinggal pascatsunami Selat Sunda. Mereka hanya menunggu instruksi dari pemerintah.
Para penyintas tsunami mengisi hari-hari mereka di pengungsian dengan bernyanyi, berkumpul dengan keluarga dan sesama pengungsi, dan ada juga yang hanya berdiam diri. Beberapa anak-anak bermain lompat tali dengan teman sebaya.
Salah satu pengungsi, Yati (45), warga Kampung Kalangsari, Desa Cigondang, Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten masih kebingungan apabila harus keluar dari posko pengungsian. "Saya belum tahu harus kerja apa setelah keluar dari sini (posko pengungsian)," tutur perempuan yang sehari-hari bekerja sebagi pedagang makanan dan minuman tersebut, Sabtu (5/1/2019).
Untuk sementara, Yati akan tinggal bersama dengan saudaranya. Ia mengaku, warung dan rumahnya hancur diterjang ombak tsunami.
Yati mengaku masih trauma. Saat tsunami menerjang, ia tergulung ombak sejauh lima meter. Tubuhnya terluka, tetapi berangsur membaik karena mendapatkan penanganan oleh petugas medis.
Ia berharap masih mendapatkan bantuan makanan dan sandang, karena seluruh tabungan serta modal usahanya telah hilang. Yati pun akan menuruti instruksi pemerintah, jika harus pindah ke tempat yang aman. Ia juga akan berusaha berdagang lagi apabila mendapatkan bantuan dana.
Tetangga Yati, Sukron (25) memilih bermain gawai dengan istrinya, Dewi (18) untuk menghilangkan kejenuhan. Pria yang sehari-hari bekerja sebagai buruh serabutan itu berencana kembali ke rumahnya. "Rumah saya hanya rusak ringan, jadi akan saya perbaiki," ujar Sukron.
Sukron berencana bekerja menjadi tukang ojek karena motornya tidak hancur sambil bekerja serabutan.
Sementara, Saniin (75), warga Kampung Masjid Timur, Desa Labuan, Kecamatan Labuan, Pandeglang ingin kembali ke rumahnya selepas keluar dari pengungsian.
Pria yang sehari-hari bekerja sebagai nelayan tersebut tidak ingin pindah ke tempat lain. Sebab, jarak rumahnya jauh dari pantai. Adapun rumah Saniin berada 100 meter dari bibir pantai.
Ia berencana kembali menjadi nelayan, apabila ada kapal yang melaut. "Saya sejak kecil kerja di laut dan tidak bisa kerja di darat. Kalau tidak ada kapal, ya diam saja," ujar Saniin.
Tempat futsal
Petugas keamanan posko pengungsian, Joni (32) mengatakan, masa tanggap darurat di poskonya akan berakhir tanggal 9 Januari 2019. Setelah itu, ia berharap para pengungsi dapat pindah karena tempat pengungsian akan digunakan sebagai tempat usaha futsal oleh pemiliknya, kecuali ada bencana alam susulan.
Tempat pengungsian akan digunakan sebagai tempat usaha futsal oleh pemiliknya, kecuali ada bencana alam susulan - Joni, petugas posko pengungsian Labuan, Banten
Menurut Joni, para penyintas masih terus membutuhkan kebutuhan logistik untuk hidup sehari-hari, seperti makanan dan sandang. Mereka juga butuh uang saku untuk membeli makanan di luar posko pengungsian.
Sebelumnya, pemerintah telah menentukan, masa tanggap darurat akan berakhir hari ini. Selanjutnya, akan memasuki fase transisi darurat selama dua bulan.