TULUNGAGUNG, KOMPAS — Presiden Joko Widodo meresmikan tiga rumah susun sederhana sewa atau rusunawa di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Dua rusunawa diperuntukkan bagi mahasiswa dan satu lainnya untuk masyarakat berpenghasilan rendah.
”Tahun ini kami bangun 300 (menara) dan 45-nya ada di Jawa Timur. Paling banyak di Jatim karena di sini rusun itu betul-betul dipakai dan dibutuhkan,” kata Presiden di sela-sela acara peresmian rusunawa mahasiswa di STKIP PGRI Tulungagung, Jumat (4/1/2019), di Kabupaten Tulungagung.
Dalam kesempatan itu, Presiden meresmikan tiga rusunawa sekaligus, yakni rusunawa mahasiswa di STKIP PGRI Tulungagung dengan 37 kamar, rusunawa mahasiswa di IAIN Tulungagung dengan 37 kamar, dan rusunawa Jepun untuk masyarakat berpenghasilan rendah dengan 70 kamar. Selain itu, Presiden juga meresmikan Jembatan Ngujang II yang merupakan bagian dari jalan lingkar luar Tulungagung.
Menurut Presiden, fasilitas hunian sangat diperlukan mahasiswa untuk menunjang belajarnya. Di Provinsi Jatim, banyak rusunawa dibangun karena masyarakatnya relatif lebih siap untuk tinggal di hunian vertikal. Sebab, tidak semua orang siap untuk tinggal di rusun karena memerlukan kebiasaan atau budaya yang berbeda.
Dalam kesempatan terpisah, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono mengatakan, pembangunan rusunawa tersebut merupakan bagian dari Program Satu Juta Rumah yang didanai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Rusunawa STKIP Tulungagung dibangun pada 2018 dan menelan anggaran Rp 8,35 triliun. Sementara rusunawa IAIN Tulungagung menelan anggaran Rp 9,47 miliar dan rusunawa Jepun menelan anggaran Rp 20,1 miliar.
Menurut Basuki, dibangunnya rusunawa bagi mahasiswa diharapkan dapat membantu mahasiswa agar semakin fokus dalam belajar. Semua rusunawa yang dibangun sudah dialiri listrik dan air, serta dilengkapi dengan perabot.
Terkait dengan peresmian Jembatan Ngujang II, Pelaksana Tugas Bupati Tulungagung Maryoto Bhirowo mengatakan, jembatan tersebut merupakan bagian dari jalan lingkar luar Tulungagung dan bermanfaat mengurai kemacetan. Selain itu, dengan adanya Tol Trans-Jawa, waktu tempuh Tulungagung-Surabaya dapat disingkat dari 5 jam menjadi 2,5 jam. Pengiriman barang yang biasanya sekali seminggu menjadi dua kali seminggu.
Satu Juta Rumah
Hingga akhir Desember 2018, pemerintah mengklaim jumlah rumah yang dibangun baik rumah komersial ataupun rumah subsidi sebesar 1.132.621 hunian. Jumlah itu terdiri dari rumah komersial sebanyak 346.980 hunian atau 31 persen dan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah sebanyak 785.641 hunian atau 69 persen. Total jumlah rumah yang dibangun pada tahun 2018 meningkat dibandingkan 2019 sebesar 800.000-an.
Menurut Basuki, untuk 2018, total rusunawa yang dibangun pemerintah sebanyak 315 menara atau 11.655 unit. Untuk 2019, rusunawa yang akan dibangun Kementerian PUPR berjumlah 130 menara dengan anggaran Rp 2,7 triliun. Untuk hunian atau rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah yang menggunakan subsidi dari APBN, pemerintah akan tetap memastikan kualitas agar layak huni.
Sementara itu, Direktur Jenderal Penyediaan Perumahan Kementerian PUPR Khalawi Abdul Hamid mengatakan, pemerintah tetap akan membangun rusunawa pada 2019 meski jumlahnya tidak sebanyak 2018. ”Untuk 2019 kami fokus ke program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS). Sebab, masyarakat yang rumahnya tidak layak huni sangat besar. Dari jumlah 3,4 juta rumah, ditargetkan bisa turun menjadi 1,2 juta dalam lima tahun. Ini betul-betul dibutuhkan masyarakat,” kata Khalawi.
Untuk BSPS 2019, pemerintah menyiapkan Rp 4,3 triliun untuk membantu merenovasi 206.500 rumah. Khalawi memastikan proses pengusulan dan seleksi keluarga yang mendapat BSPS sebesar Rp 15 juta per rumah dilakukan dengan ketat. Dari pengalaman selama ini, dana tersebut hanya merupakan stimulan sehingga kontribusi penerima bantuan dan masyarakat sekitarnya lebih banyak berperan. (NAD/INA)