China Memboikot Apple?
Apple memproyeksikan penurunan pendapatan pada kuartal pertama 2019. Total pendapatan diperkirakan 84 miliar dollar AS, turun dari perkiraan sebelumnya sebesar 89 miliar-93 miliar dollar AS. Penurunan penjualan di pasar China adalah alasan utama di balik penurunan itu.
Demikian disampaikan Chief Executive Officer (pimpinan umum) Apple Tim Cook, Rabu (2/1/2019). Penurunan itu, 5 miliar hingga 9 miliar dollar AS, sudah diberi tahu kepada pemegang saham Apple. Cook menambahkan, penurunan pendapatan terutama terjadi akibat penurunan penjualan iPhone dan itu terutama terjadi di pasar China.
Apakah penurunan pendapatan ini terjadi akibat aksi boikot oleh konsumen di pasar China? Demikian pertanyaan wartawan televisi CNBC kepada Cook.
Apakah penurunan pendapatan ini terjadi akibat aksi boikot oleh konsumen di pasar China?
”Iya, saya mendengar itu. Ada laporan yang menyebutkan hal itu. Hanya saja bagi saya jelas, Pemerintah China tidak berniat sedikit pun tentang aksi boikot terhadap produk Apple. Benar, mungkin ada aksi boikot tetapi itu hanya bagian kecil di balik penurunan pendapatan ini,” kata Cook dengan meyakinkan.
Turunnya pendapatan akibat penurunan penjualan di China, menurut Cook, lebih disebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi di China. ”Kita sudah mengamati itu dengan menurunnya aliran pengunjung ke toko-toko Apple hingga November 2018. Saya memang belum mendapatkan informasi soal penjualan Desember,” kata Cook.
Dia menambahkan, ”Tidak ada aksi boikot meluas. Jangan lupa China bukan monolitik. Seperti AS juga tidak monolitik. Banyak warga dengan aneka opini dan ide. Jadi aksi boikot tidak meluas.”
Hal lebih masuk akal adalah penurunan pertumbuhan ekonomi. ”Dalam pandangan saya, perang dagang AS-China turut berperan menurunkan perekonomian China,” kata Cook, yang mengatakan telah menyampaikan isu itu terhadap Gedung Putih.
Ada keanehan
Meski demikian, ada keanehan soal perkembangan terbaru Apple ini. Perekonomian China sebenarnya sudah lama mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi, yakni sejak 2009 dari 9,21 persen hingga 6,63 persen pada 2018. Namun, baru kali ini Apple merasakan penurunan penjualan secara dratis.
Hingga Maret 2018, Apple meraih penjualan 44,764 miliar dollar AS di pasar China. Total pasar China memberi kontribusi 19,6 persen terhadap total penjualan Apple di seluruh dunia.
Dengan penurunan penjualan 5 miliar-9 miliar dollar AS, jika itu terjadi karena pasar China, tetap seiring dengan pernyataan Cook bahwa jika memang ada aksi boikot tidak lebih dari bagian terkecil.
Akan tetapi tetap menggelitik? Apakah penurunan itu, walau kecil, bukankah efek boikot? Cook menyampaikan potensi penurunan penjualan berdasarkan pengamatan terakhirnya hingga November 2018.
Laporan soal seruan boikot Apple di China gencar pada Desember 2018. Ini dikatakan sebagai akibat penangkapan pejabat keuangan Huawei, Meng Wanzhou, di Vancouver, Kanada, dalam perjalanan transit dari China menuju Meksiko pada 1 Desember 2018.
Situs Nikkei Asian Review pada 24 Desember menuliskan, sebagai dukungan terhadap Huawei, sejumlah perusahaan di China memberi subsidi 10-20 persen bagi para karyawan jika membeli produk Huawei. Sekitar 20 persen korporasi China juga akan membeli produk Huawei, terutama sistem manajemen bisnis.
Pada 11 Desember, situs televisi CNN juga memberitakan perusahaan-perusahaan China mengancam karyawan jika kepergok menggunakan produk-produk Apple. Ancaman itu juga disebutkan terjadi setelah penangkapan Meng Wanzhou oleh aparat Kanada.
Menurut Peter Navarro, penasihat dagang Presiden Donald Trump, penangkapan ini merupakan hasil kerja sama yang baik antara AS dan Kanada. Alasannya, Huawei adalah perusahaan dengan perilaku buruk dan itu menjadi alasan di balik penangkapan tersebut.
CNN mengisahkan sejarah tentang perusahaan-perusahaan Jepang di China yang pernah diserang pada 2012. Ini terjadi karena kedua negara terjebak sengketa wilayah saat itu.
Hal serupa terjadi untuk Perancis pada 2008 ketika Pemerintah Perancis menyatakan dukungan pada Tibet. Hyundai dan Lotte, korporasi Korea Selatan, juga pernah menjadi sasaran boikot terkait isu pengerahan rudal AS di Korsel.
Rana Mitter, Direktur University China Center di Oxford University, mengatakan, boikot produk AS di China sering terjadi dalam tiga tahun terakhir. ”Namun, hal ini tidak berkembang jika tidak ada persetujuan dari pejabat,” kata Mitter. Harian Inggris, The Daily Mail, edisi 12 Desember 2018 juga turut memberitakan aksi boikot produk Apple di pasar China tersebut.
Terkait Huawei
Hal menarik, aksi boikot ini muncul sepanjang Desember 2018 dan tidak dikaitkan dengan perang dagang AS-China, di mana Presiden Trump memang terus-menerus menghantam China dengan tarif impor. Berita-berita menyebutkan bahwa aksi ini terkait dengan penangkapan Meng.
Tidak muncul keterangan resmi dari Pemerintah China tentang aksi boikot ini. Hanya saja berita soal penurunan pendapatan Apple juga muncul di media China.
Berita penangkapan Meng dinilai oleh Pemerintah China sebagai tindakan semena-mena dan dipandang sebagai aksi negara hegemonik, yakni AS, yang dengan kekuatannya bisa menekan negara mana saja. China telah menegaskan, negara itu tidak akan bisa menerima tekanan dari negara hegemonik, seperti dikatakan Liu Deliang, profesor hukum di Beijing Normal University.
Oleh sebab itu, Presiden Trump saatnya berpikir ketika hendak melakukan tindakan pada China, yang bagi China dianggap begitu seenaknya. Jika tidak berpikir ulang, mungkin bukan hanya Apple yang akan menjadi korban, melainkan juga sejumlah korporasi AS lainnya. (AP/AFP/REUTERS)