Calon Pengantin “Dhaup Ageng” Pakualaman Ikuti Upacara Adat
Oleh
Haris Firdaus
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS – Dua calon pengantin dhaup ageng atau pernikahan agung Kadipaten Pakualaman, Yogyakarta, mengikuti sejumlah upacara adat sesuai dengan tradisi di kerajaan tersebut. Beberapa upacara adat, misalnya nyengker dan siraman, merupakan rangkaian dari prosesi dhaup ageng yang akan dilaksanakan pada Sabtu (5/1/2019).
Calon pengantin laki-laki dalam dhaup ageng itu adalah Bendoro Pangeran Haryo (BPH) Kusumo Bimantoro, putra pertama dari Kanjeng Gusti Adipati Aryo (KGPAA) Paku Alam X yang merupakan pemimpin di Kadipaten Pakualaman sekaligus Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Sementara itu, calon pengantin perempuan adalah Maya Lakshita Noorya yang merupakan seorang dokter.
Pada Jumat (4/1/2019), kedua calon pengantin itu menjalani upacara siraman secara terpisah. Siraman merupakan upacara memandikan pengantin yang menjadi simbol penyucian diri.
“Siraman itu bertujuan untuk menyucikan diri karena besok pagi kedua calon pengantin akan melaksanakan prosesi akad nikah,” kata anggota tim penata acara Dhaup Ageng Kadipaten Pakualaman, Mas Ngabehi Citropanambang, Jumat siang, di Pura Pakualaman.
Siraman calon mempelai perempuan dilakukan di Ndalem Kepatihan Pakualaman. Lokasi tempat tersebut berada di luar kompleks Pura Pakualaman yang merupakan istana Kadipaten Pakualaman. Sementara itu, upacara siraman pengantin laki-laki dilakukan di Bangsal Parangkarsa yang berada di dalam kompleks Pura Pakualaman.
Upacara siraman pengantin putri diikuti oleh sejumlah pihak, misalnya kedua orangtua dan nenek dari sang calon serta ibunda dari BPH Kusumo Bimantoro, yakni Gusti Kanjeng Bendoro Raden Ayu Adipati (GKBRAA) Paku Alam X.
Sementara itu, siraman BPH Kusumo Bimantoro antara lain diikuti oleh GKBRAA Paku Alam X, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas yang merupakan istri Raja Keraton Yogyakarta, serta sejumlah kerabat Keraton Surakarta.
Sebelumnya, pada Kamis (3/1/2019), kedua calon pengantin sudah menjalani upacara nyengker. Menurut Citropanambang, dalam upacara nyengker, kedua calon pengantin akan dipingit di suatu tempat dan tidak boleh pergi dari tempat tersebut. Calon pengantin putri menjalani nyengker di Ndalem Kepatihan Pakualaman, sementara calon mempelai pria menjalani ritual itu di Gedhong Ijem di kompleks Pura Pakualaman.
Selama menjalani nyengker, calon pengantin perempuan—yang bukan berasal dari keluarga besar Kadipaten Pakualaman—juga akan menjalani proses nyantri atau beradaptasi dengan lingkungan. Dalam proses ini, calon pengantin perempuan akan belajar mengenai budaya dan tata krama di Kadipaten Pakualaman.
“Dengan nyantri, calon pengantin wanita diharapkan bisa beradaptasi dengan lingkungan Pakualaman dan belajar bagaimana kehidupan di dalam istana Pakualaman,” ujar Citropanambang.
Rangkaian Kegiatan
Ketua Umum Panitia Dhaup Ageng Kadipaten Pakualaman, Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Indrokusumo, mengatakan, dhaup ageng BPH Kusumo Bimantoro dan Maya Lakshita Noorya terdiri dari rangkaian kegiatan dan upacara adat yang dimulai sejak 24 Desember 2018 dan berakhir pada 7 Januari 2019.
“Upacara-upacara dalam dhaup ageng merupakan upacara adat dan budaya yang sudah pernah diberlakukan masa-masa sebelumnya. Kami masih menjaga kesakralan dan kelengkapan upacara-upacara itu,” kata Indrokusumo.
Sementara itu, prosesi ijab kabul kedua mempelai akan dilakukan pada Sabtu (5/1/2019) di Masjid Ageng Pakualaman. Pada hari itu juga dilakukan resepsi yang digelar di Bangsal Sewatama Pura Pakualaman. Keesokan harinya, juga akan digelar resepsi tahap kedua di tempat yang sama.
Ketua Bidang Perlengkapan dan Umum Panitia Dhaup Ageng Kadipaten Pakualaman, Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Radyowisroyo menjelaskan, jumlah undangan yang dikirimkan untuk resepsi hari pertama sebanyak 750 buah.
Tamu undangan pada resepsi hari pertama antara lain terdiri dari para pejabat negara, duta besar negara sahabat, serta perwakilan keraton-keraton di Indonesia. Berdasarkan informasi dari panitia, Presiden Joko Widodo dijadwalkan hadir dalam resepsi pada Sabtu besok.
Sementara itu, pada resepsi hari kedua, panitia menyebarkan 1.500 undangan untuk para tokoh masyarakat, budayawan, agamawan, dan berbagai kelompok masyarakat di Yogyakarta.