Mereka Batal Pakai Sepatu Baru Usai Transaksi Elektronik Gagal
Oleh
Andy Riza Hidayat
·4 menit baca
Berbekal Kartu Jakarta Pintar (KJP) Plus, warga Jakarta berbondong-bondong berbelanja kebutuhan sekolah di pusat-pusat perbelanjaan, Kamis (3/1/2019). Meskipun berangkat dengan penuh harap, sebagian warga harus pulang dari pasar dengan tangan hampa. Penyebabnya, transaksi debit dengan kartu tersebut tak dapat diproses.
Kamis siang, Pasar Palmerah, Jakarta Pusat, ramai dipadati ibu yang ingin membeli sepatu, alat tulis, dan seragam pada gerai yang mencantumkan tulisan ”Terima KJP”. Aktivitas itu mereka lakukan untuk menyiapkan putra-putrinya untuk kembali ke sekolah pada semester II tahun ajaran 2018/2019 mulai Senin (7/1/2019).
Santi (34) bersama putra sulungnya, Luki (11), yang duduk di kelas IV sekolah dasar, membawa beberapa tas plastik hitam, masing-masing berisi seragam sekolah dan kotak sepatu baru. Selain untuk Luki, ia juga membeli pakaian sekolah untuk putra bungsunya yang duduk di kelas 1 SD.
Untuk membeli semua perlengkapan itu, Santi menggunakan KJP Plus milik kedua anaknya. Sempat ada kendala berupa penolakan transaksi setelah ia menggesekkan kartu dan memasukkan nomor identifikasi pribadinya (PIN). ”Sempat offline, jadi engak bisa. Kalau lagi rame, emang gitu deh. Mungkin mesinnya kepanasan gara-gara kebanyakan orang,” kata Santi.
Ramainya Pasar Palmerah menimbulkan antrean panjang transaksi debit dengan KJP Plus. Untuk menyiasati kepadatan itu, Nani (37), warga Tanah Abang, memutuskan mengambil Rp 100.000 dari rekening Bank DKI putrinya yang duduk di kelas 4 SD untuk membeli buah. ”Nanti saya ganti kalau uangnya udah cair lagi. Soalnya, Rp 100.000 itu uang jajan anak saya,” katanya.
Keputusan itu diambilnya juga karena masalah yang kerap ditemuinya saat bertransaksi dengan KJP Plus, yaitu mesin electronic data capture (EDC) yang tidak dapat memproses transaksi. ”Dari tadi emangofflinemulu mesinnya,” ujarnya.
Puluhan warga antre penuh harap di depan kasir 1 gerai sepatu Ramayana. Pemegang KJP Plus terpaksa mengantre panjang sambil menunggu EDC Bank DKI kembali aktif. Anggota staf Departemen Kontrol Ramayana, Arif, meminta para pembeli bersabar. ”Mohon bersabar dulu, kami pasti akan tetap layani,” katanya kepada seorang pembeli di depan kasir.
Menurut dia, sejak Kamis pagi, KJP Plus beberapa kali tidak bisa digunakan untuk transaksi. Perlu waktu lama untuk sistem kembali normal. Adapun EDC Bank BCA disebutnya tak dapat digunakan untuk transaksi KJP Plus.
Di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, karyawan Toko Abang Adek, Heri Setiono (23), sempat menolak beberapa pemegang KJP Plus yang hendak membeli alat tulis. Sejak pukul 09.00, EDC BCA di tokonya tidak bisa memproses transaksi dengan KJP Plus. Beberapa pembeli tersentak saat Heri mengatakan, ”Mesinnya lagi error.”
Sekitar pukul 14.15 WIB, Heri mencoba lagi transaksi dengan KJP Plus untuk satu pelanggan lainnya. Ia mengucap bismillah sebelum menggesekkan kartu di mesin EDC BCA tokonya. Pada percobaan ketiga, baru transaksi berhasil dilakukan.
”Kasihan pelanggan kalau kayak gini. Kalau udah errorgitu, ya kita enggak bisa ngapa-ngapain, tunggu aja sampai sore atau besok,” kata Heri.
Berdasarkan pengalamannya, kegagalan transaksi paling sering terjadi pada awal tahun ajaran baru atau awal semester. Adapun transaksi KJP Plus terbilang lancar pada hari-hari biasa. Ia menduga terdapat masalah jaringan pusat Bank DKI atau jaringan seluler kartu ataupun kabel telepon yang terpasang di mesin EDC.
Hal yang sama dialami Wahyu (18), karyawan Toko Sepatu Guci Mas. Empat kali menggesek kartu dan memasukkan nomor PIN selalu berujung pada tulisan ”Declined”. Menurut dia, gagal transaksi kerap terjadi saat uang dari Bank DKI baru cair sebab transaksi pada hari-hari biasa tergolong lancar.
Nuraini (35) yang gagal membeli sepatu seharga Rp 150.000 di Guci Mas pun pulang dengan tangan hampa. Namun, ia maklum dengan kegagalan transaksi sebab uang subsidi di rekening KJP Plus putrinya cair sebesar Rp 600.000 baru-baru ini. ”Emang, kalau lagi awal tahun sama Lebaran, dapetnya banyak. Jadi, orang-orang langsung pada nyerbu, pada belanja,” katanya.
Menanggapi hal ini, Direktur Teknologi dan Operasional Bank DKI Priagung Suprapto, melalui keterangan tertulis, menyatakan, yang terjadi adalah ketidakstabilan arus transaksi. Ia menekankan bahwa transaksi tidak gagal, tetapi hanya terkendala.
”Penyebabnya tidak lain adalah jumlah transaksi yang sangat tinggi. Sampai saat ini transaksi masih berjalan dengan baik. Memang, pada saat-saat tertentu, respons jaringan agak lambat,” papar Priagung.
Sejak diubah dengan Peraturan Gubernur Nomor 4 Tahun 2018 tentang KJP Plus, jumlah penerima subsidi di bidang pendidikan meningkat. Per September 2018, dengan anggaran Rp 1,821 triliun, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dapat memberikan subsidi bagi 805.015 siswa SD, SMP, dan SMA/SMK, pusat kegiatan belajar mengajar (PKBM), serta lembaga kursus pelatihan (LKP). Jumlah tersebut meningkat dengan adanya 124.969 peserta baru.
Dengan peningkatan jumlah penerima manfaat, tidak heran jika transaksi dengan KJP Plus meningkat. Sayangnya, teknologi penggunaan kartu KJP Plus tidak selamanya lancar. Gangguan layanan ini yang membuat puluhan ibu dan anak usia sekolah pulang dari toko tanpa seragam atau sepatu baru. (Kristian Oka Prasetyadi)