CILEGON, KOMPAS - Jumlah penumpang yang menyeberang melalui Pelabuhan Merak menuju Pelabuhan Bakauheni pada periode libur Natal dan tahun baru 2019 menurun 7,92 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Tsunami yang menerjang pesisir Selat Sunda pada 22 Desember lalu membuat jumlah penumpang menurun.
Berdasarkan data PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Cabang Merak, jumlah penumpang dari 18 Desember 2018 hingga 2 Januari 2019 mencapai 557.011 orang. Jumlah tersebut menurun dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 637.530 orang.
Jumlah kendaraan yang menyeberang pada tahun ini mencapai 117.072 unit, menurun 6,27 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebanyak 124.910 unit.
Manager Usaha Pelabuhan PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Cabang Merak Rudy Mahmudi mengatakan, penurunan jumlah penumpang itu dampak dari tsunami yang terjadi 22 Desember lalu.
“Kemungkinan besar masih ada kekhawatiran penumpang mengenai tsunami dan aktifnya Gunung Anak Krakatau,” ujar Rudy ditemui Kamis (3/1/2019).
Sebelum tsunami, jumlah penumpang pada 18 Desember sampai 22 Desember tahun ini lebih banyak dari periode yang sama tahun lalu. Dalam lima hari itu, jumlah penumpang mencapai 210.452 orang, meningkat 18,16 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebanyak 178.104 orang.
Namun mulai tanggal 23 Desember, jumlah penumpang periode saat ini selalu lebih rendah dari jumlah penumpang periode sebelumnya.
Rekreasi
Meski mengalami jumlah penurunan, masih banyak penumpang yang menumpang penyeberangan kapal feri. Maskun (49), warga Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung, memilih menumpang kapal feri sambil mengendarai mobilnya.
Euis (34), istri Maskun, berkampung halaman di Kabupaten Tangerang. Setiap kali Maskun pergi ke kampung halaman istrinya, dia selalu menggunakan penyeberangan kapal feri bersama istri dan dua anaknya.
“Anak-anak senang naik kapal. Hampir setiap tahun kalau kami ke Pulau Jawa ya naik kapal,” ujar Maskun ditemui di kapal feri.
Maskun rela merogoh kocek hingga sekitar satu juta rupiah sekali perjalanan dari Bandar Lampung ke Tangerang. Rincian pengeluarannya antara lain bensin mencapai Rp 500.000, ongkos kapal feri sebesar Rp 374.000, dan sisanya untuk cemilan.
Dia pun rela menempuh perjalanan selama 9 jam, termasuk di antaranya sekitar 1,5 jam di kapal feri, untuk mencapai lokasi tujuan.
Maskun mengaku tidak takut khawatir dengan tsunami dan aktivitas vulkanik gunung merapi. Menurutnya, bencana alam tidak mungkin terjadi berturut-turut jadi dia yakin selamat dalam perjalanan.
“Saya berdoa saja di perjalanan supaya selamat,” ujar Maskun yang pergi pada tanggal 26 Desember dan kembali lagi pada 3 Januari ini.