Kota Tangerang, Banten, ingin membuktikan diri sebagai kota yang layak huni dan berkembang dengan basis digital. Pembuktian ke arah sana terangkum dalam program Tangerang Live 2.0. Seperti apa itu?
Oleh
Pingkan Elita Dundu/Andy Riza Hidayat
·3 menit baca
Kota Tangerang, Banten, ingin membuktikan diri sebagai kota yang layak huni dan berkembang dengan basis digital. Pembuktian ke arah sana terangkum dalam program Tangerang Live 2.0. Seperti apa itu?
Keterbatasan bukan halangan untuk merengkuh kesuksesan. Dengan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) kurang dari Rp 5 triliun, Kota Tangerang berlari menata persoalan kota. Adalah Arief Rachadiono Wismansyah yang ingin membuktikan keinginan itu.
Setelah menjabat Wali Kota Tangerang (2013-2018), Arief kembali mendapat kepercayaan memimpin kota ini periode 2018-2023. Bersama Wakil Wali Kota Sachrudin, mereka merumuskan kerangka kerja dalam program Tangerang Live 2.0.
Harian Kompas menggali program itu melalui wawancara khusus dengan Arief di Pusat Pemerintahan Kota Tangerang, Kamis (19/12/2018) dalam ulasan berikut.
Apa yang sudah Bapak lakukan di periode pertama ?
Periode pertama Tangerang Live 1.0. Fokusnya menjadikan kota ini layak huni, layak investasi, layak dikunjungi dan kota digital.
Program apa saya yang sudah dilakukan selama ini?
Kami telah membangun 1.000 ruang belajar selama lima tahun, beasiswa bagi 77.000 siswa SD dan 33.000 siswa SMP melalui beasiswa Tangerang Cerdas.
Dalam penanggulangan banjir, kami mengurangi titik banjir dari 31 titik di tahun 2014, menjadi dua titik di tahun 2018. Dalam hal penataan ruang publik, kami membangun banyak taman.
Di bidang transportasi, kami sudah bangun dua koridor barat dari 6 koridor Tayo (Tangerang Ayo). Kami akan bangun empat koridor di tahun 2019. Termasuk integrasi dengan angkutan kota. Kami lagi coba hitung angkot kami subsidi dan berintegrasi.
Lalu, apa yang akan dilakukan dalam Tangerang Live 2.0 ?
Program ini dibuat untuk menghadapi era industrialisasi 4.0. Isu besarnya masalah sumber daya manusia, layanan publik dan penanganan masalah sosial.
Apa visi lima tahun ke depan dalam program itu ?
Visi kami mewujudkan kota yang sejahtera, mewujudkan manusia yang berakhlak mulia, dan berdaya saing. Peningkatan kesejahteraan masyarakat kami genjot dengan mewujudkan program Kampung Kita. Kami juga ingin membentuk warga yang berakhlak mulia agar dapat menjunjung nilai sosial budaya masyarakat.
Untuk meningkatkan daya saing, kami memudahkan layanan pendidikan yang terakses ke lapangan kerja.
Bagaimana meningkatkan layanan warga itu ?
Peningkatan layanan dapat diwujudkan dengan mengembangkan aplikasi tunggal yang memudahkan layanan warga. Mereka tidak perlu repot mengurus dokumen mulai dari tingkat RT, RW, kelurahan, hingga kota. Semua layanan berbasis aplikasi yang terintegrasi ini kami kontrol dalam ruang khusus dengan layar besar.
Terkait pemberdayaan warga, apa yang akan dilakukan ?
Kami ingin meningkatkan kesejahteraan warga dengan program Kampung Kita. Program ini dijalankan dengan mengintegrasikan 19 organisasi perangkat daerah, mulai di tingkat lurah hingga kota.
Ke depan, saya minta mereka membuat kegiatan di RW dan RT. Karena itu perlu ada kolaborasi antarperangkat daerah dalam menyusun program Kampung Kita.
Misal, Dinas Pariwisata buat program kampung budaya dan kampung wisata. Tujuannya agar kampung menjadi hidup, supaya anak-anak tidak hanya main gim online (daring).
Dampak apa yang diinginkan dari program ini ?
Ada investasi yang masuk, lingkungan menjadi bersih. Satu hal yang lebih penting, warga merasa lebih memiliki kampung dan kota. Sementara ini baru sekitar belasan kampung tematik, beberapa di antaranya Kampung Batik Larangan dan Kampung Hidroponik.
Apa yang akan dilakukan dengan program ini ?
Kami baru mengembangkan belasan kampung tematik. Kami ingin menargetkan satu tahun ada 300 RW. Kegiatan kami geser ke tingkat RW sehingga lingkungan di tingkat RW menjadi hidup.
Apa lagi yang akan dilakukan dalam Tangerang 2.0?
Membenahi sarana prasarana, salah satunya membenahi stadion di Tangerang menjadi arena laga olahraga berkelas internasional. Tidak hanya stadion tertutup, tetapi juga stadion terbuka. Stadion Benteng, misalnya, kapasitas kami kecilkan dengan pembenahan fasilitas jauh lebih baik. Atapnya seperti stadion di Amsterdam Arena yang menggunakan membran. Prasarana olahraga lain juga dibangun seperti wisma atlet dan bumi perkemahan. Target kami, Tangerang menjadi tempat kejuaraan nasional.