Warga Palu Lepas 2018 dan Sambut 2019 dengan Zikir Bersama
Oleh
Videlis Jemali
·2 menit baca
PALU, KOMPAS — Penyintas gempa bumi, likuefaksi, dan tsunami di Kota Palu, Sulawesi Tengah, melepas tahun 2018 dan menyambut 2019 dengan zikir bersama, Senin (31/12/2018). Kegiatan itu dilaksanakan di Pantai Talise, daerah yang pada 28 September lalu diterjang tsunami.
Zikir dimulai pukul 18.45 Wita. Penyintas mendaraskan Al Quran secara bersama yang dikomandoi dari panggung oleh 10 pemimpin zikir. Acara berlangsung khusyuk dalam terpaan angin sepoi dari arah pantai Teluk Palu.
Warga duduk di jalan aspal yang dulu diterjang tsunami. Mereka memakai alas berupa tikar dan koran. Ada juga yang duduk di beton sisa terjangan tsunami di bibir pantai Teluk Palu.
Tak kurang dari 2.000 orang mengikuti zikir tersebut. Mayoritas warga adalah perempuan. Tak hanya orang dewasa, zikir itu juga diikuti banyak anak-anak.
Khatib dalam khotbahnya menyatakan ada dua rezeki terbesar bagi manusia, yakni hidayah dari Allah dan ilmu. Hidayah Allah mewujud dalam keindahan hidup yang dinikmati manusia.
Sementara ilmu merupakan sarana manusia untuk mencari dan mendekatkan manusia kepada Tuhan. ”Gempa dan tsunami adalah ujian dari Tuhan untuk jemaah yang berilmu. Azab bagi manusia bukanlah bencana, melainkan melupakan Allah,” katanya.
Ibah (22), warga Kelurahan Birobuli Selatan, menyatakan senang acara penutupan dan penyambutan tahun diisi dengan acara keagamaan seperti ini. ”Kita berdoa agar Kota Palu lebih baik ke depannya, bangkit dari keterpurukan karena bencana,” katanya.
Tak hanya di pantai, zikir juga dilaksanakan oleh instansi-instansi pemerintah. Pemerintah Provinsi Sulteng, misalnya, menggelar zikir di halaman kantor gubernur.
Acara doa bersama menutup tahun 2018 dan menyambut 2019 diisi dengan doa bersama di kompleks perumahan Citra Land, Kelurahan Tondo, Kecamatan Mantikulore, Palu, Minggu (30/12/2018). Wakil setiap agama membawakan doa masing-masing sesuai agamanya di depan sekitar 1.000 hadirin.
Sebelumnya, Gubernur Sulteng Longki Djanggola melalui edarannya mengimbau agar penutupan tahun 2018 dan penyambutan 2019 diisi dengan ibadah atau doa bersama. Hindarkan acara-acara yang berbau hura-hura, seperti menyalakan kembang api, petasan, dan acara hiburan. Pengelola tempat hiburan diminta untuk tak membuka usahanya.