Manusia seolah semakin sulit saling menghargai. Di era seperti ini, toleransi mestinya dimiliki manusia untuk menjalani hidup sesama. Itulah sebagian sari Pancasila.
Nilai itulah yang dipelajari oleh sineas Lola Amaria (41) di tahun 2018. Sepanjang tahun 2018, dara yang suka pijat ini mendalami nilai toleransi dan Pancasila pada masa produksi film "Lima". Film ini berisi lima cerita dan digarap lima sutradara berbeda. Dalam riset dan penggodokan ide, film itu melibatkan dua penulis, empat sutradara, serta dirinya yang merangkap sebagai sutradara sekaligus produser.
"Film itu tidak hanya mengajarkan saya tentang Pancasila, tetapi juga menerapkan nilainya saat bekerja. Segenap kru dan sutradara, dari latar belakang berbeda-beda, baik secara suku maupun agama," tutur Lola saat di bilangan Cilandak, Jakarta Selatan, Jumat (28/12/2018).
Toleransi hanya soal perbedaan latar belakang. Dalam film yang terdiri dari lima sudut pandang cerita tersebut, tiap sutradara saling meleburkan ego. Untuk durasi, misalnya, ada masa-masa sulit ketika durasi cerita tiap sutradara mesti dipangkas, namun harus dilakukan demi kepentingan bersama.
"Ada yang harus legawa untuk dipotong durasinya sampai tersisa 15 menit. Ada juga yang menjadi 25 menit karena kepentingan alur cerita," ujar Lola tentang film yang sempat terganjal di Lembaga Sensor Film terkait usia penonton itu.
Bagi dia, nilai Pancasila penting untuk dipahami kembali. Sebab, lima saling berkaitan dan perlu diterapkan secara runut.
"Artinya, bila manusia sudah memahami arti berketuhanan, maka selanjutnya manusia bisa bersikap secara adil dan beradab. Setelah itu, kita akan bisa menerima persatuan dan keberagaman dalam kehidupan, sehingga bisa hidup saling bertoleransi," ujar perempuan yang memilih masak dan membuat kue untuk mengurangi stress ini.
Menyambut Tahun Baru 2019, Lola tidak ingin terlalu terobsesi dengan target-target yang sebelumnya tidak tercapai. Ia ingin lebih banyak bersyukur dengan yang dimiliki saat ini. Salah satunya, film "Lima" berhasil dirilis dan diapresiasi penonton. Melihat penonton yang tersentuh saat menyimak film itu, menjadi kepuasan tersendiri bagi Lola.
Film ini sarat makna tentang perbedaan dan sikap saling menghargai. Seperti halnya pesan film tadi, Lola selalu mengajak penonton untuk kembali meresapi sari Pancasila. (E19)