Banyuwangi Promosi Budaya dan Wisata ke Arab Saudi
Oleh
Angger Putranto
·3 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Sebanyak 20 pelajar dan seniman lokal yang menjadi duta budaya Banyuwangi berangkat ke Festival Janadriyah di Arab Saudi. Keberangkatan duta budaya itu diharapkan menjadi sarana promosi budaya dan pariwisata bagi Banyuwangi dan Indonesia.
Keberangkatan duta budaya Banyuwangi merupakan penunjukan dari Kementerian Pariwisata Indonesia. Festival Janadriyah yang tahun ini memasuki penyelenggaraan ke-33 menjadikan Indonesia sebagai tamu utama.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas melepas rombongan duta budaya Banyuwangi tersebut di Pendopo Sabha Swagata, Banyuwangi, Minggu (30/12/2018). ”Kesempatan ini harus dioptimalkan. Tampil di Festival Budaya Janadriyah menjadi kesempatan untuk mempromosikan budaya dan pariwisata Banyuwangi kepada masyarakat di Arab Saudi yang kental dengan kultur agama Islam,” ujarnya.
Selain berdampak pada wisata, Anas menilai, kesempatan ini juga berdampak secara psikologis bagi pelaku seni budaya di Banyuwangi. Menurut Anas, ini bukti bahwa kebudayaan lokal Banyuwangi mendapat tempat dan diapresiasi oleh masyarakat di Arab Saudi.
Dalam kesempatan tersebut, Anas sempat menyinggung peristiwa penolakan pergelaran Gandrung Sewu oleh salah satu organisasi keagamaan di Banyuwangi. Ia mengaku, peristiwa tersebut menjadi pukulan tersendiri bagi pelaku seni budaya di Banyuwangi.
”Dengan adanya undangan untuk tampil dalam Festival Janadriyah di Arab Saudi, Banyuwangi semakin percaya bahwa budaya bisa berdampingan dengan nilai-nilai luhur kebudayaan lain. Dengan demikian, kasus penolakan Gandrung Sewu kemarin tidak akan terjadi lagi di Banyuwangi,” kata Anas.
Selain menjadi duta budaya dalam Festival Janadriyah di Arab Saudi, 20 pelajar dan seniman lokal tersebut juga mendapat kesempatan untuk beribadah umrah. Menurut Anas, hal itu merupakan bentuk penghargaan kepada pelaku seni.
Budianto, salah satu seniman yang ikut berangkat ke Festival Janadriyah, mengucapkan terima kasih atas kepercayaan yang diberikan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Sependapat dengan Anas, Budianto mengatakan, keberangkatan seniman ke Arab Saudi untuk menjadi duta budaya sekaligus beribadah menjadi bukti bahwa seni dan agama bisa berdampingan.
”Selama persiapan banyak orangtua anak-anak (pelajar) yang ikut menunggui latihan. Tak jarang mereka menangis, tidak menyangka karena giat dan rutin berkecimpung dalam kesenian anak mereka bisa berangkat ibadah umrah,” tuturnya.
Budianto mengatakan, dalam Festival Janadriyah, rombongan Banyuwangi akan menampilkan beberapa kesenian, antara lain Hadrah Kuntulan, Sholawat Hadrah, dan tari Gandrung. Selain Banyuwangi, berbagai kesenian dari Aceh dan Lampung juga turut ditampilkan di sana.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi Yanuarto Bramuda menjelaskan, Festival Janadriyah merupakan festival seni dan budaya tahunan yang diselenggarakan di Riyadh, Arab Saudi, sejak tahun 1405 H/1985. Festival Janadriyah pertama kali diselenggarakan pada 1985.
”Festival yang diselenggarakan Kementerian Garda Nasional Arab Saudi ini biasanya dihadiri oleh banyak pengunjung dari dalam dan luar Arab Saudi. Kami berharap kesempatan ini menjadi momentum untuk menarik wisatawan dari negara-negara di Semenanjung Arab untuk berkunjung ke Indonesia, terutama Banyuwangi,” ujarnya.
Bramuda mengakui, kunjungan wisatawan dari negara-negara di Semenanjung Arab ke Banyuwangi jumlahnya tidak banyak. Hingga Oktober 2018, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Banyuwangi mencapai 98.800 orang. Adapun kunjungan wisatawan dari Semenanjung Arab tak lebih dari 2 persen.
Wisata yang halal friendly, kata Bramuda, juga menjadi materi promosi yang dibawa ke Janadriyah. Salah satu yang ditawarkan ialah pantai syariah yang memberi ruang khusus bagi kaum wanita agar lebih nyaman menikmati keindahan pantai tanpa harus mengabaikan prinsip budaya atau agama yang ia anut.