Informasi Elektronik Permudah Wisatawan di Semarang
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS - Kota Semarang, Jawa Tengah memperkuat identitas sebagai kota wisata. Salah satunya dengan menyediakan berbagai informasi terkait pariwisata dengan KiosK atau media informasi elektronik yang memudahkan wisatawan. Ini juga penjabaran dari konsep kota cerdas.
Kota Semarang menempati peringkat dua dalam Indeks Kota Cerdas Indonesia (IKCI) 2018 oleh Litbang Kompas, untuk kategori Kota Metropolitan atau jumlah penduduk minimal 1 juta jiwa. Semarang meraih skor 63,69 atau di bawah Surabaya (67,03) dan di atas Tangeran Selatan (61,68).
Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi, Sabtu (29/12/2018), mengatakan, berbicara konsep kota cerdas secara luas, masih banyak yang perlu dikejar oleh Pemkot Semarang, terutama dalam rangka penguatan Semarang sebagai kota wisata. Termasuk dengan penyediaan informasi bagi wisatawan.
"Misalnya dengan menempatkan KiosK (media informasi elektronik bagi publik) di ruang-ruang publik guna mendukung keperluan wisatawan. Mulai dari memandu hingga mempermudah wisatawan untuk melakukan transaksi berbagai keperluan, seperti transportasi," ujar Hendrar.
Pada 2018, lanjut Hendrar, Pemkot Semarang memulainya dengan memasang komputer interaktif untuk memandu para wisatawan di Goa Kreo. Dari satu media informasi tersebut, para wisatawan dapat mencari tahu secara mandiri, terkait segala hal terkait pariwisata di Kota Semarang.
Hendrar menuturkan, hal tersebut terus diupayakan karena masuk dalam rencana pengembangan konsep Semarang Smart City. Pada akhirnya, dengan memanfaatkan infrastruktur teknologi informasi, pelayanan diharapkan prima, termasuk bagi para wisatawan yang berkunjung.
Kota Semarang menawarkan sejumlah obyek pariwisata seperti Lawang Sewu, Sam Poo Kong, dan kawasan Kota Lama Semarang. Bahkan, Kota Lama tengah direvitalisasi agar kian tertata dan menarik untuk dikunjungi. Ada juga bus untuk keliling Semarang secara gratis, yakni Si Denok dan Si Kenang.
Reformasi birokrasi
Sebagai upaya mennjabarkan konsep kota cerdas, Hendrar menuturkan, pihaknya secara fundamental menerapkan lebih dulu pada tataran birokrasi Pemkot Semarang. Yakni, bagaimana agar pemkot terus meningkatkan pelayanan publik dari dalam.
Maka dari itu, konsep kota cerdas digunakan sebagai sarana melakukan reformasi birokrasi yang lebih SMART (Systemic, Monitorable, Accessible, Reliable, dan Time Bound). "Artinya, birokrasi yang terhubung sistem, mudah diakses, terpercaya, serta terikat waktu yang jelas," ujar Hendrar.
Kota Semarang pun meraih predikat pelayanan publik terbaik dari Kemenpan RB dalam tiga tahun berturut-turut, yakni 2016, 2017, dan 2018. Menurut Hendrar, apresiasi tersebut juga dapat dikatakan sebagai tolok ukur bahwa penjabaran konsep kota cerdas oleh Kota Semarang dalam jalur yang tepat.
Sebelumnya, Pelaksana tugas Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, Litani Satyawati, mengatakan, aksesibilitas ke Semarang meningkat seiring dibangunnya terminal baru Bandara Jenderal Ahmad Yani, dan akan dioperasikannya Tol Batang-Semarang. Wisatawan juga bisa memilih moda trasnportasi kereta api.
Pemkot Semarang berupaya meningkatkan daya tarik agar wisatawan mau datang. "Termasuk melalui atraksi yang disajikan. Salah satunya Folklore Festival 2018 pada 14-16 Desember. Acara digelar di Desa Wisata Kandri agar para peserta, dari berbagai daerah di Indonesia, semakin tertarik," katanya.
Seiring dengan revitalisasi Kota Lama, Litani yakin pariwisata di Semarang semakin menggeliat. Selain karena kekayaan kebudayaan dan nilai sejarah di Kota Lama, juga tersedia Semarang Creative Gallery atau galeri UMKM, yang menampilkan produk-produk menarik serta unik, khas Semarang.
Sementara itu, Kota Salatiga menempati peringkat dua pada IKCI 2018, untuk kategori Kota Sedang atau jumlah penduduk 100.000-500.000 jiwa. Salatiga meraih skor 58,99, di bawah Manado (59,04) dan di atas Yogyakarta (58,96).
Wali Kota Salatiga Yulianto, menuturkan, pelayanan berbasis teknologi informasi terus dioptimalkan. agar pelayanan lebih baik, cepat, dan transparan. "Saat ini sudah dimulai di sejumlah OPD, tetapi belum terkoneksi satu sama lain. Ini yang akan kami optimalkan. Pelayanan berbasis aplikasi akan terus ditingkatkan," ujarnya.