Sheikha Latifa, Putri Pemimpin Dubai, dan Polemik Seputar Kisah Pelariannya
Oleh
RETNO BINTARTI
·2 menit baca
Pemerintah Uni Emirat Arab, Senin (24/12/2018), merilis foto Sheikha Latifa dan menyatakan putri pemimpin Dubai, Sheikh Mohammed bin Rashid al-Maktoum, itu berada di rumah bersama keluarga di Dubai. Penerbitan foto ini menjawab kabar yang belakangan merebak bahwa Sheikha Latifa berupaya melarikan diri ke luar negeri guna mencari suaka. Ayah Latifa adalah Perdana Menteri UEA sekaligus juga wakil presiden negara kaya itu.
Kelompok-kelompok yang bergerak di bidang hak asasi meminta UEA agar membuka keberadaan dan kondisi Sheikha Latifa. Hal ini perlu dilakukan setelah muncul kabar dari media bahwa perempuan kelahiran 5 Desember 1985 tersebut dipaksa pulang setelah melarikan diri dari UEA.
Tentang video pertemuan Latifa dengan mantan Komisioner Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Mary Robinson, dalam pernyataan mereka, pemerintah UEA mengatakan, pertemuan terjadi di Dubai atas permintaan kerajaan. ”Foto-foto diambil saat mereka bersama pada sore hari dan dibagikan atas izin mereka,” demikian pernyataan Abu Dhabi.
Selama kunjungan di Dubai, Mary Robinson memastikan kembali bahwa Sheikha Latifa mendapat perawatan yang diperlukan dan bantuan yang dibutuhkan, demikian pernyataan dari pemerintah.
Tak punya pilihan
Dalam video yang sempat beredar, Sheikha Latifa mengungkapkan tentang apa yang dialami dia serta anggota kerajaan di dalam lingkup kerajaan, antara lain dalam hidup mereka tidak ada kebebasan untuk memilih.
Latifa mengungkapkan upaya untuk melarikan diri sudah dia inginkan sejak dia berusia 16 tahun. ”Ayah saya adalah orang paling jahat yang pernah saya kenal dalam hidup saya. Dia benar-benar setan. Tidak ada yang baik dari dirinya,” kata Latifa dalam video.
”Jika Anda menyaksikan tayangan ini, ini bukan sesuatu yang baik. Bisa jadi saya mati atau saya dalam situasi sangat, sangat buruk,” katanya lagi.
Wajah putri ini tampak seperti orang yang penuh kecurigaan. Dalam video tersebut, dia juga mengisahkan upaya pelariannya yang saat masih remaja dan keadaannya setelah diketemukan. Latifa mengaku dipenjara dan dibius.
Pihak keluarga kerajaan membantah pengakuan tersebut dan menyatakan, sangat kaget dengan spekulasi terus-menerus dari media. Dalam penyataannya, kerajaan menyatakan Latifa disanjung dan disayang oleh keluarganya.
Upaya pelarian pada Maret lalu kabarnya direncanakan oleh sejumlah orang-orang yang bersimpati kepada Latifa, seperti guru bela dirinya dan mantan mata-mata Perancis Hervé Jaubert. Latifa sudah sempat dibawa hampir melewati perbatasan Oman dan menurut rencana lanjut menuju India.
Namun, kapal yang membawa Latifa dicegat sekitar 80 kilometer dari pantai India. Sheikha Latifa kemudian dipaksa pulang naik helikopter.
Kerajaan dalam kasus ini menuduh Jaubert membawa Latifa untuk meminta tebusan 100 juta dollar AS.