Tol Trans-Jawa Diyakini Tarik Minat Investor ke Jateng
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·4 menit baca
KENDAL, KOMPAS - Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jawa Tengah, Frans Kongi, Jumat (21/12/2018), mengatakan, beroperasinya jalan tol Trans-Jawa memudahkan transportasi bahan baku dan produk jadi. Jalur bebas hambatan akan melancarkan transportasi dan menurunkan biaya logistik.
Frans merespons peresmian tiga rus tol di Jawa Tengah oleh Presiden Joko Widodo pada Kamis, di Jembatan Kalikuto, di darah perbatasan Kabupaten Batang dan Kendal, Kamis (20/12/2018). Sebelumnya Jokowi meresmikan empat ruas tol di Jawa Timur, yang juga merupakan bagian Tol Trans-Jawa.
Tiga ruas tol yang diresmikan Presiden Joko Widodo di Jateng, kemarin, yakni ruas Tol Pemalang-Batang (34 km), Batang-Semarang (75 km), dan Salatiga-Kartasura (33 km). Sehingga Tol Merak-Pasuruan telah tersambung. Dalam periode 2015-2018, telah diselesaikan pembangunan jalan tol sepanjang 616 km.
Menurut Frans, beroperasinya Jalan Tol Trans-Jawa itu akan menumbuhkan minat para investor untuk menanamkan modal di Jateng. Ia mengatakan, menggunakan jalur tol, memang ada biaya lebih.
"Namun, dalam dunia usaha ini, apapun pasti sudah diperhitungkan. Ketepatan waktu itu sangat penting. Bagi kami, biaya tol tak sebanding dengan kerugian yang dihadapi akibat kemacetan di jalan," kata Frans.
Menurut Frans, dengan jalur arteri, dengan truk biasa, perjalanan tidak kurang dari 12 jam, dengan kendala kemacetan, jalan dan jembatan rusak, dan lainnya. Dengan adanya tol, waktu tempuh diyakini bisa dipangkas 30-40 persen. Baginya, ini merupakan hal penting.
Lebih lanjut, dia optimistis bahwa akan datang lagi investor-investor baru ke Jateng. "Negara mana pun, kalau industri mau maju, penanaman modal meningkat, jalan harus bagus. Namun, kami harap pemerintah juga menyediakan akses-akses ke tempat-tempat industri. Saya yakin investasi akan terus tumbuh," kata Frans.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian PUPR, Sugiyartanto, mengatakan, tersambungnya Tol Trans Jawa, kini 933 kilometer (km), dari Merak hingga Pasuruan, bakal mengalihkan jalur ekonomi. Terutama sejumlah angkutan barang yang selama ini melewati jalur Pantura.
"Otomatis, jalur ekonomi akan berpindah sebagian ke jalan tol, tetapi bukan berarti jalur arteri kemudian mati. Kendaraan berat, seperti angkutan logistik, sebagian akan pindah ke tol. Yang jelas, bicara waktu tempuh, sudah jelas akan lebih cepat. Juga lebih nyaman," kata Sugiyartanto.
Mengenai tarif, Sugiyartanto menuturkan, dari sisi investasi yakni Rp 1.000 per km, tetapi untuk jarak panjang, akan ada perhitungan khusus. Saat ini, tarif masih dalam tahap pembahasan bersama Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) dan ditargetkan tarif akan keluar pada Januari.
Sugiyartanto mengemukakan, tarif dibicarakan agar tidak ada pihak yang merasa dirugikan. "Tarif tidak akan terpaku Rp 1.000 per km. Bahkan, misalnya ada kegiatan ekonomi cukup signifikan, tentu ada penyesuaian. Kami hitung bersama, jangan sampai BUJT pun dirugikan. Bagaimana caranya agar saling menguntungkan," ujarnya.
Antisipasi dampak
Sementara itu, Bupati Batang, Wihaji, menuturkan, tol akan membantu banyak pihak, termasuk warga Batang. Namun, tak dipungkiri, ada perekonomian di jalur arteri yang ikut terdampak. Pihaknya pun mendorong konsep Transit-oriented Development (TOD) di Batang.
Wihaji mengatakan, kawasan itu rencananya ada di lahan 100 hektar milik PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IX. "TOD ini nantinya gabungan UMKM, tempat istirahat, dan pariwisata. Saya sudah sampaikan kepada Presiden, dan beliau sudah oke. Namun, teknisnya memang masih dalam pembicaraan karena ini wewenang Kementerian BUMN dan PUPR," katanya.
Menurut Wihaji, kawasan tersebut berada di tepi laut, sehingga ada sejumlah pariwisata yang ditawarkan, salah satunya mangrove. Namun, yang paling utama, rencana pembangunan tersebut yakni bagaimana agar UMKM-UMKM di Batang dapat terfasilitasi.
Sugito (55), warga Kota Solo, mengatakan, dirinya akan sangat terbantu dengan dioperasikannya ruas-ruas baru, termasuk Batang-Semarang. “Saat butuh cepat, tentu jalan tol jadi pilihan. Meski nantinya ada biaya yang harus dibayar, tidak apa-apa karena jadi lebih cepat dan nyaman,” ujarnya.
Sementara itu, Bastian (29), warga Kota Semarang, yang dalam bekerja kerap ke Kabupaten Batang, menuturkan, jalur pantura sudah sesak oleh truk-truk besar. Apalagi, truk mogok kerap kali membuat macet. Dia berharap, kepadatan terbagi dengan adanya jalur tol Batang-Semarang.