Pertamina Tambah Stok BBM dan Elpiji di Kalimantan
Oleh
Lukas Adi Prasetya
·3 menit baca
BALIKPAPAN, KOMPAS — Pertamina menyiapkan stok tambahan untuk Kalimantan mengantisipasi kenaikan kebutuhan bahan bakar minyak dan elpiji selama libur panjang Natal 2018 dan Tahun Baru 2019. Stok tambahan bervariasi di tiap-tiap daerah. Rata-rata kenaikan stok sekitar 8 persen untuk produk bahan bakar minyak dan 5 persen untuk elpiji.
Region Manager Communication and Corporate Social Responsibility Pertamina Kalimantan Yudi Nugraha, Jumat (21/12/2018), mengutarakan, kenaikan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) dan elpiji pada saat Natal dan Tahun Baru lumrah terjadi. Tidak hanya bagi masyarakat yang merayakan, libur panjang pada minggu ketiga dan keempat Desember juga dijadikan momen liburan keluarga.
Pihak Pertamina Marketing Operation Region (MOR) VI memastikan stok BBM dan elpiji di Kalimantan aman. Mengacu tren peningkatan konsumsi BBM dan elpiji yang terjadi selama ini, Pertamina menyiapkan stok tambahan yang bervariasi di tiap-tiap daerah. Rata-rata kenaikan 8 persen untuk produk BBM dan 5 persen untuk elpiji.
Di Kalimantan Timur, misalnya, untuk BBM jenis gasoline seperti pertalite, Pertamina menyiapkan stok hingga 765 kiloliter per hari atau meningkat 4 persen dari rata-rata harian normal. Untuk pertamax, disiapkan 158 kiloliter per hari atau meningkat 5 persen dari konsumsi normal.
Sementara premium diantisipasi kenaikannya hingga 6 persen atau setara 955 kiloliter per hari. Adapun untuk BBM jenis gasoil yang digunakan untuk kendaraan bermesin diesel seperti solar, trennya cenderung stabil dengan rata-rata konsumsi harian 613 kiloliter.
Begitu pula dengan bahan bakar pesawat, avtur, yang diperkirakan normal dengan konsumsi harian 400 kiloliter. ”Konsumsi avtur ataupun produk BBM lainnya diprediksi meningkat secara signifikan pada H-3 Natal dan H-4 Tahun Baru,” kata Yudi.
Untuk produk elpiji, Pertamina juga mengantisipasi kenaikan konsumsi produknya. Melihat tren konsumsi tahun lalu, kenaikan konsumsi elpiji diperkirakan mencapai 5 persen atau sekitar 338 MT per hari untuk ukuran 3 kg. Selain itu, 95,7 MT per hari untuk elpiji nonsubsidi ukuran 5,5 kg (bright gas) dan 12 kg.
Guna mengamankan distribusi BBM dan elpiji ke masyarakat, antara lain, dilakukan pemantauan berkala dan pembentukan tim satuan tugas (satgas). Tim ini bekerja hingga 8 Januari 2019. Sejumlah 113 pekerja telah ditunjuk untuk bertugas bergantian. Jumlah ini belum termasuk petugas satgas yang tersebar di puluhan lokasi kerja Pertamina se-Kalimantan.
Terminal BBM dan terminal elpiji, lanjut Yudi, jika diperlukan akan beroperasi selama 24 jam setiap hari. ”Ini sebagai antisipasi meningkatnya konsumsi pada hari-hari tertentu disesuaikan dengan pantauan tim satgas,” ujar Yudi.
Untuk Kalimantan, Pertamina menyiapkan 1.085 pangkalan elpiji siaga, 42 SPBU yang berada di jalur ramai dan wisata untuk buka 24 jam, serta menambah 49 mobil tangki.
Ahmad Ubaidillah Maksum, Sales Executive Elpiji Pertamina MOR VI, mengingatkan, hanya pangkalan yang boleh menjual elpiji bersubsidi. Pengecer, seperti toko dan kios, tidak boleh menjual elpiji jenis itu. Warung makan yang beromzet di atas Rp 800.000 per hari juga tidak boleh memakai elpiji subsidi. Terkait hal ini, Pertamina sudah melakukan inspeksi mendadak.
Seperti dalam sidak Rabu (19/12), disita 37 tabung elpiji dari dua toko (pengecer) dan satu restoran. Ahmad mengutarakan, masyarakat yang semestinya tidak berhak membeli elpiji bersubsidi jangan mengambil hak mereka yang berhak mendapatkan elpiji bersubsidi.