Korban Tewas Banjir Bandang di Dairi Kembali Ditemukan
Oleh
Nikson Sinaga
·2 menit baca
SIDIKALANG, KOMPAS — Tim SAR gabungan menemukan seorang lagi korban banjir bandang di Desa Bongkaras dan Longkotan, Kecamatan Silima Pungga-Pungga, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara, Jumat (21/12/2018). Dengan demikian, sudah tiga korban yang ditemukan meninggal dan empat korban lagi masih hilang.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Dairi Bahagia Ginting mengatakan, satu korban yang ditemukan atas nama Walbiner Simarmata (38), warga Desa Bongkaras. ”Korban ditemukan tertutup batang kayu di sekitar ladangnya yang merupakan lokasi awal korban saat diterjang banjir bandang,” katanya.
Ginting mengatakan, mereka masih terus berfokus melakukan tindakan tanggap darurat, yakni pencarian empat korban lagi yang masih hilang. Pencarian dilakukan tim SAR gabungan yang terdiri atas 40 personel yang berasal dari BPBD Kabupaten Dairi, Polri, Basarnas, dan TNI. Pencarian juga dibantu puluhan masyarakat setempat.
Banjir bandang sebelumnya menerjang Desa Bongkaras dan Longkotan pada Selasa (18/12/2018) pukul 17.00. Air dengan volume besar dan arus yang deras tiba-tiba muncul dari arah hulu Sungai Aek Bongkaras menghantam permukiman dan areal pertanian. Tujuh warga yang sedang bertani ikut hanyut terbawa arus sungai yang bercampur material batang pohon, batu, dan lumpur.
Empat korban yang masih hilang adalah Jaluddin Boang Manalu (83), Kino Tumanggor(45), Lina Padang, dan Nadia Hasugian (3).
Dua rumah, satu pabrik tahu, saluran irigasi, pipa air minum, dan lebih dari 100 hektar lahan pertanian juga rusak diterjang banjir bandang tersebut. Material banjir bandang yang menumpuk di jalan dan jembatan juga sempat memutus akses menuju desa.
Pencarian korban pun terkendala material banjir bandang yang menumpuk di badan sungai dan perladangan. Batang kayu berdiameter 20-40 sentimeter dengan panjang 2-5 meter menumpuk di badan sungai. Batang kayu itu terbawa arus sungai dari gunung. Batu-batu besar dan lumpur juga ikut terbawa arus banjir bandang.
Personel Kantor SAR Medan, Adi Pandawa, mengatakan, mereka menyisir sungai sejauh 5 kilometer dari lokasi awal korban hilang. Namun, mereka hanya bisa melakukan pencarian secara visual karena alat berat tidak memungkinkan turun ke lokasi.
Petugas kesulitan karena batang kayu, batu, dan lumpur menutup areal sungai. Petugas pun harus menggali atau menggeser batang kayu secara manual untuk mencari korban. Adi mengatakan, mereka akan melanjutkan pencarian korban selama tujuh hari pertama.