Blok F Belum Menarik bagi PKL
Tempat penampungan pedagang kaki lima di Blok F Tanah Abang belum ideal. Penyempurnaan akses mesti dilakukan agar pedagang di trotoar tak enggan pindah.
JAKARTA, KOMPAS — Lantai 7 Blok F Tanah Abang diproyeksi menampung sebagian pedagang kaki lima yang kini berjualan di trotoar Jalan Jatibaru Raya, Jakarta Pusat. Namun, sebagian pedagang enggan pindah karena lokasinya yang sulit dijangkau pembeli.
Wali Kota Jakarta Pusat Bayu Meghantara, Rabu (19/12/2018), mengatakan, ada 650 pedagang kaki lima (PKL) di Jalan Jatibaru Raya yang terdata. Sebanyak 446 PKL telah direlokasi ke jembatan penyeberangan multiguna (JPM). Sisanya akan direlokasi ke lantai 7 Blok F. Untuk jadwalnya, Bayu tidak bisa memastikan.
”Untuk lokasi, pada prinsipnya PD Pasar Jaya sudah siap. Tinggal dari Dinas UMKM lagi yang akan mengatur kapan 79 PKL yang telah mengatakan berminat siap direlokasi,” ujarnya.
Eni Chaniago (43), pedagang kaus kaki di trotoar Jalan Jatibaru Raya, enggan direlokasi ke Blok F. Keengganannya disebabkan lokasi untuk PKL di Blok F yang jauh dari jangkau pengunjung, sedangkan dagangannya bukan dagangan unik.
”Masa untuk beli barang Rp 15.000 pengunjung mau datang jauh-jauh ke lantai 7. Ujung-ujungnya (dagangan kami) tidak laku. Teman-teman PKL lainnya juga banyak yang menolak,” katanya.
JPM Tanah Abang tidak terhubung langsung dengan lantai 7 Blok F. Untuk bisa ke sana, pengguna JPM mesti melewati lantai 1 Central Tanah Abang dan lantai 2 Blok F. Dari lantai 2 Blok F, pengunjung bisa naik lift atau tangga menuju lantai 7.
Berdasarkan pantauan di lantai 7 Blok F, lokasi tempat penempatan PKL memiliki dinding terbuka. Meskipun demikian, tempatnya agak gelap karena tidak ada penerangan.
Lokasi itu berdekatan dengan tempat parkir lantai 7 A Blok F dan persis satu tingkat di atas areal parkir lantai 6 Blok F. Tempat itu lengang dari pengunjung.
Terdapat 150 kios dengan ukuran kira-kira 1,5 meter x 2 meter dengan tinggi 1 meter di lokasi itu. Bentuk dan ukurannya hampir sama dengan kios PKL di JPM Tanah Abang. Semua kios tersusun atas empat deret dan dinomori dari 1 hingga 150.
Hingga Rabu siang, sebagian kios sudah dipasangi pintu gulung (rolling door). Lima tukang masih memasang pintu gulung pada kios lainnya. Budi, salah satu tukang, mengatakan, ada tujuh tukang yang bekerja di sana. Pekerjaan mereka ditargetkan selesai pada Kamis, 20 Desember.
Belum steril
Hingga kemarin, trotoar Jalan Jatibaru Raya di seberang Stasiun Tanah Abang belum steril dari PKL. PKL masih menggelar dagangannya hampir di sepanjang trotoar.
Kemarin siang, PKL menggelar dagangan mulai dari trotoar dekat Halte Tanah Abang hingga trotoar Pasar Kebon Jati atau seberang Blok G Tanah Abang.
Mereka berjualan pakaian, kaus kaki, aksesori ponsel, buah-buahan, hingga minuman. Beberapa pemilik kios di pinggir trotoar turut menjulurkan dagangannya ke trotoar.
Di beberapa tempat, keberadaan PKL itu membuat jalur pejalan kaki sempit. Pejalan kaki berdesak-desakan dengan pengunjung yang sedang melihat-lihat dagangan yang digelar PKL.
Menurut sebagian pedagang yang bertahan, petugas satuan polisi pamong praja (satpol PP) intensif menertibkan mereka setelah 446 PKL direlokasi ke JPM Tanah Abang pada Senin, 10 Desember. Dalam sehari, petugas bisa 3-4 kali menertibkan PKL.
Namun, penertiban belum efektif. Ketika puluhan petugas satpol PP menyisir trotoar Jalan Jatibaru Raya, Rabu sekitar pukul 14.20, PKL bergegas menyembunyikan dagangan mereka ke kios-kios pedagang resmi. Beberapa menit setelah petugas pergi, PKL berangsur menggelar kembali dagangannya.
”Setiap hari mata saya liar. Pas satpol PP datang, cepat-cepat sembunyikan dagangan. Nanti kalau sudah aman, keluarkan lagi,” kata Zainab (60), seorang PKL.
Satpol PP hanya menertibkan PKL yang menggelar dagangan melewati ubin berwarna kuning. Ubin yang sejatinya untuk memandu penyandang tunanetra itu beralih fungsi menjadi pembatas antara wilayah yang boleh dan tidak boleh untuk menggelar dagangan PKL. Apabila dagangan tidak melewati ubin kuning, PKL tidak terkena penertiban.
Bayu Menghantara mengakui, masih banyak PKL yang membandel. Namun, pihaknya akan terus menertibkan PKL yang berjualan di trotoar Jatibaru Raya sampai benar-benar bersih.
”Hari ini ada 60 anggota satpol PP yang kami kerahkan untuk menertibkan PKL di Jalan Jatibaru Raya,” kata Bayu saat dihubungi.
Sementara itu, terkait tidak ditertibkannya sebagian PKL, Bayu menyebutkan, pihaknya akan mengevaluasi langkah penertiban ini, termasuk apakah bagian tersebut masuk area halaman kios atau masuk area trotoar.
Dihubungi terpisah, Kepala Satpol PP DKI Jakarta Yani Wahyu Purwoko mengatakan, pihaknya setiap hari menyisir PKL di trotoar Jalan Jatibaru Raya, mulai pagi, siang, hingga sore.
Semua trotoar harus steril dari PKL karena trotoar diperuntukkan bagi pejalan kaki. Terkait PKL yang membandel, lanjut Yani, pihaknya akan terus menertibkan. ”Upaya pertama satpol PP preventif. Kedua, mengimbau dan memberikan peringatan (kepada PKL). Ketiga, kalau masih membandel, ya, represif,” tutur Yani. (YOLA SASTRA)