Perusahaan Tekfin Siapkan Layanan Aduan untuk Warga
Oleh
E19 / M KURNIAWAN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Asosiasi pengusaha teknologi finansial berbasis pinjaman akan menyiapkan layanan untuk merespons aduan warga yang dilaporkan Lembaga Bantuan Hukum. Hal itu diputuskan setelah pertemuan antara lembaga yang bertanggungjawab belum menemukan solusi.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI), Sunu Widyatmoko, menyampaikan kekecewaan atas pertemuan pihak Lembaga Bantuan Hukum (LBH) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), di Jakarta, Jumat (14/12/2018). Sunu menyayangkan pihak LBH tidak merinci informasi terkait perusahaan tekfin yang melanggar serta bentuk pelanggaran apa yang dilakukan.
"Dari pertemuan tersebut, tidak ada informasi mengenai bentuk pelanggaran serta perusahaan yang terlibat. Kalau kita tidak mendapatkan informasi tersebut, pihak asosiasi sulit untuk menggugat perusahaan yang dimaksud ke pengadilan," kata Sunu.
Mulai Senin (17/12/2018), AFPI akan membuka layanan aduan warga melalui sambungan telepon. Sunu berharap, warga yang sebelumnya melapor ke LBH dapat memanfaatkan layanan aduan ini.
Kejelasan informasi LBH juga ditunggu oleh Senior Vice President Corporate Affairs UangTeman, Adrian Dosiwoda. Ia sangat ingin menuntaskan aduan tersebut ke pengadilan bila memungkinkan.
"Pihak kami sebisa mungkin mengikuti aturan perlindungan konsumen yang ditentukan OJK. Namun, kami jadi dibuat menunggu karena informasi dari LBH belum merinci," kata Adrian.
Edukasi
Adrian mengatakan, UangTeman saat ini berusaha meningkatkan literasi keuangan para nasabah. Hal itu dilakukan untuk mematahkan anggapan bahwa tekfin pinjaman hanya akan merugikan nasabah.
"Selama ini orang melihat kalau tekfin ini merugikan. Padahal, bentuk pinjaman apapun, kalau digunakan untuk konsumsi dan tidak memperkirakan kemampuan mengembalikan, pasti jadi berantakan," kata Adrian.
Tanggal 14-16 Desember 2018 ini, UangTeman mengumpulkan nasabah loyal mereka sebagai bentuk apresiasi. Dalam kesempatan tersebut, nasabah juga diedukasi mengenai perencanaan keuangan.
Adrian mengatakan, UangTeman memiliki keinginan untuk mendorong pinjaman nasabah ke arah yang lebih produktif. Saat ini, ada 35 persen nasabah yang menggunakan pinjaman mereka untuk dana usaha. Sementara itu, sebagian besar nasabah lain menggunakan pinjaman untuk biaya pendidikan dan berobat.
"Penggunaan pinjaman masih didominasi kebutuhan dana mendesak, yakni 25 persen untuk biaya pendidikan dan 20 persen untuk biaya berobat," tutur Adrian.
Dorongan itu, salah satunya dilakukan dengan memacu nasabah dalam program kompetisi. Melalui program Untung Kilat Berlipat, nasabah dipacu untuk menciptakan ide bisnis yang menarik dan dapat segera dijalankan.
Seorang nasabah UangTeman, Eddo Renaldi, merupakan salah satu yang memanfaatkan pinjaman tersebut untuk kegiatan produktif. Sejak menjadi nasabah pada Desember 2016, ia mulai menggunakan pinjaman tersebut untuk bisnis kuliner pada Agustus 2017.
"Kebutuhan meminjam dari tekfin untuk kebutuhan bisnis baru muncul setelah kami membuat produk sampel. Saya dan istri butuh dana tambahan untuk memasok persediaan daging," kata Eddo.
Hingga tahun ini, Eddo telah melakukan pinjaman sebanyak 31 kali ke UangTeman. Ia tidak ragu, karena ia telah memperkirakan kemampuan finansial di setiap jadwal pengembalian.
"Dana yang saya pinjam menyesuaikan dengan skala usaha. Sejak 2017, pinjaman itu meningkat dari kisaran Rp 1 juta, hingga mencapai Rp 6 juta saat ini," kata Eddo. (E19)